Rangga pulang dari kampus, dia membawa sebuah bingkisan yang didalamnya ada beberapa baju baru untuk Bella. Dia sengaja membelikannya untuk sang istri.
"Mas, udah pulang?" tanya Bella basa basi, tapi Rangga gak menjawab samasekali.
"Iish dasar batu es," gerutu Bella.
Rangga menyodorkan bingkisan yang ada ditangannya lalu Bella menyambutnya.
"Apa ini?"
"Buka aja!" jawab Rangga.
Bella membuka bingkisan itu.
"Waahh, makasih ya Mas, aku udah gak nyaman banget ini pake baju tipis terus," ucap Bella senang.
"Udah cepetan ganti baju kamu!" perintahnya.
Rangga yang melihat penampilan Bella seperti ini sebenarnya ia ingin sekali menerkamnya sekarang juga, tapi ia sadar jika ini belum saatnya ia melakukan hal itu, karena ia yakin kalau Bella belum mencintai dirinya, Rangga pun hanya bisa berpura-pura seolah-olah tidak tertarik dengan tubuhnya yang putih, mulus dan seksi itu.
Bella pun segera mengganti bajunya.
"Ah, akhirnya gue pake baju yang bener juga," ucap Bella lega.
Ponsel Bella bunyi dengan nyaring.
"Mampus gue," panik Bella setelah melihat nama yang tertera di layar ponselnya,
kali ini Bella terpaksa menjawab telpon dari Sindi.
"Ha-Halo, Sin?" sapa Bella gugup.
"Bellaaaaaaa Lo dimana, kenapa Lo gak masuk kampus, kenapa Lo gak angkat telpon dari gue sama Amel?" teriak Sindi dari sebrang sana.
"Emmh gue... lagi gak enak badan, Sin. tadi HP gue di cas," jawab Bella berbohong.
"Ya udah, gue sama Amel ke rumah lo ya, lo mau kita beliin apa di jalan?" tanya Sindi.
Mati gue, gimana nih jawabnya, batin Bella panik.
"Emmh .... sebenarnya gue lagi gak di rumah sih guys," ucap Bella gugup.
"Lah terus Lo dimana, bukannya Lo lagi gak enak badan, apa jangan-jangan lo di rumah sakit? ya ampun separah apa sih penyakit lo, Bell?" tanya Sindi.
"Emmh ... enggak kok, gue bukan di rumah sakit, gue lagi di rumah Oma. iya gue lagi di rumah Oma gue, guyss," jawab Bella berbohong lagi.
"Oh di rumah Oma ya, lumayan jauh dong," ucap Sindi.
"Iya guys sorry ya, tapi besok gue balik kok," jawab Bella.
"Oh gitu ya, Besok lo masuk kampus kan, Bell?" tanya Sindi lagi.
"Masuk kok. ini juga gue udah baikan, mungkin besok gue berangkat dari rumah Oma gue."
"Oke deh, kita ketemu di kampus besok ya," ucap Sindi.
"Oke, yaudah gue tutup dulu telponnya ya, soalnya Oma gue datang, bye guys," ucap Bella sambil menutup telponnya.
"Huft, selamet," ucap Bella lega.
"Kenapa mesti berbohong?" ucap Rangga tiba-tiba mengagetkan Bella.
Bella terkejut saat Rangga tiba-tiba ada dibelakangnya dan ternyata dia mendengar percakapan Bella dengan sahabatnya itu.
"Emmh, iya aku kan lagi ngerahasiain pernikahan kita Mas sama mereka," jawab Bella jujur.
"Kenapa?" tanya Rangga lagi.
"Aku belum siap buat jujur ke mereka tentang pernikahan kita," jawab Bella lagi kali ini dia gugup dan takut Rangga marah akan keputusannya.
"Oh," jawab Rangga singkat.
"Mas gak marah kan kalo aku ngerahasiain ini dulu dari teman-teman kampus aku?" tanya Bella.
"Terserah kamu aja," jawab Rangga yang sebenarnya ia tidak ingin merahasiakan pernikahannya pada siapapun.
Menurut Rangga itu cukup membuktikan kalau Bella memang belum bisa mencintainya hingga ia harus merahasiakan pernikahannya.
"Oh iya, Mas udah makan siang belum, mau aku masakin apa?" tanya Bella
"Terserah."
"Hadeuh, gue nanya baik-baik pun sikap dia masih aja dingin sama gue, jangan sampe deh gue jatuh cinta sama manusia es ini, gak ada romantis romantisnya samasekali, kalo gini terus bisa-bisa hidup gue bakal kek di kuburan, sepi banget," gerutu Bella sambil melangkah menuju dapur untuk mencari apa yang bisa ia siapkan untuk sang suami.
"Lah gue kan gak bisa masak ya," ucap Bella sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat ia mengingatnya.
Bella membuka kulkas, disana tersedia sayuran, telur, daging dan makanan cepat saji, Bella mengambil sebuah nugget yang menurutnya praktis dan hanya tinggal ia goreng. Suitroom di hotel ini memiliki dapur minimalis dan peralatan masak sehingga siapapun yang menginap di sana bisa memakai dapur tersebut.
"Masak ini aja deh." Bella menyalakan kompor lalu ia menggorengnya satu persatu.
"Gini bukan sih cara masaknya?" tanya Bella pada dirinya sendiri.
Diam-diam Rangga memperhatikan sang istri yang sedang masak lalu ia menghampirinya karena ia begitu gemas melihat Bella yang masak hingga tampak kehitaman.
"Kalo gak bisa masak gak usah, mending diem aja!" ucap Rangga tiba-tiba menggantikan Bella.
Bella pun tercengang saat melihat Rangga yang begitu mahir nya dalam memasak, sungguh ia merasa Insecure menjadi seorang perempuan karena dia memang tidak pernah belajar masak.
"Kamu kok bisa sih masak secepat itu?" tanya Bella.
"Karena aku gak suka membuang-buang waktu ku." jawab Rangga.
"Maksud aku, kok kamu bisa masak sih, kapan belajarnya?" tanya Bella lagi
"Kamu lupa kalo aku punya restoran," jawab Rangga lagi.
"Oh iya ya aku lupa," ucap Bella.
Makan siang pun sudah siap, kini Bella membantu Rangga untuk membawa makanannya ke atas meja.
Ternyata ada beruntungnya juga ya nikah sama Mas Rangga, dia bisa masak dan rasanya juga lumayan enak, batin Bella sambil menatap Rangga.
"Kenapa? " tanya Rangga.
"Kenapa apanya?" Bella nanya balik.
"Kenapa ngeliatin aku kayak itu?"
"Ish ge'er banget kamu, siapa juga yang ngeliatin," ucap Bella bohong.
"Udah cepetan makan nya, habis ini kita ke rumah Mama buat ngambil perlengkapan kuliah kamu besok!" ajak Rangga.
"Beneran, Mas kita ke rumah Mama sekarang?" tanya Bella tak percaya.
"Hemmm," jawab Rangga singkat
"Yeay, ke rumah Mama," teriak Bella sambil mengacungkan tangannya begitu senang.
Rangga yang melihat tingkah laku istrinya yang seperti bocah dikasih permen itupun hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Ritual makan siang pun sudah selesai, Bella langsung siap-siap untuk pergi ke rumah orang tuanya.
Sesampainya di sana Bella langsung masuk mencari sang Mama. "Mamaaaa Bella pulang!" teriak Bella.
Begitu mendengar suara sang putri tercinta,
Mama pun langsung keluar dari kamarnya,
lalu Bella langsung memeluk sang Mama.
"Ya ampun Ma, Bella kangen banget sama Mama," ucap Bella.
"Baru juga satu hari kamu pergi, masa udah kangen lagi," ucap Mama.
"Iya, tapi Bella beneran kangen banget loh sama Mama dan Papa,".
"Iya, Mama juga kangen kok sama kamu, gak ada kamu di rumah rasanya sepiii banget," ucap Mama jujur.
"Papa belum pulang dari kantor ya Ma?" tanya Bella.
"Iya, Papa kamu masih di kantor, eh iya kamu kesini sama siapa?" tanya Mama sambil melihat sekitar.
"Sama Mas Rangga Ma, tuh dia lagi di kursi depan rumah," jawab Bella lalu Mama langsung menghampiri Rangga yang sedang duduk di kursi depan rumah.
"Eh Nak Rangga kenapa duduk di sini, kenapa kamu gak ajak suami kamu masuk ke dalam, Bell?" ucap Mama.
Rangga pun langsung menyalami sang mertua dengan sopan.
"Ayok Mas kita masuk," ajak Bella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
ya ampun bella kamu tu ya masak suami nya ga di suruh masuk malah nunggu di kursi depan
2023-10-17
0