4. Akhirnya ....

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Aku menggunakan gaun yang dibelikan oleh Alex.

Banyak kenangan yang lagi-lagi melintas setiap kali kain itu bergesekan dengan kulit. Cepat-cepat aku berusaha untuk mengusirnya. Namun, apa yang bisa kulakukan? Setelah kenangan-kenangan itu, kini bermunculan pertanyaan. Apakah Alex akan datang malam ini? Kalau iya, apa yang akan kulakukan jika kami bertemu? Apa yang seharusnya kulakukan? Bagaimana seharusnya aku bersikap?

Lalu aku teringat akan Mbak Puja yang sudah menggantikan posisi lelaki itu.

Ah, iya. Mungkin saja Alex tidak akan datang. Tidak, tidak, tidak. Bukan mungkin, akan tetapi pasti.

Alex pasti tidak akan datang. Jadi, aku tidak perlu mencemaskan apa yang akan aku lakukan dan bagaimana caraku seharusnya bersikap jika bertemu dengannya. Sudahlah, Kayra. Jangan bermimpi.

Namun, sejujurnya aku ... masih ingin berpegangan pada harapan dan mimpi itu.

Sudahlah, Kayra, sudah. Enyahkan harapan-harapan itu, setidaknya untuk malam ini. Ini adalah malam yang sangat penting. Kamu tidak boleh salah fokus. Pusat lerhatianmu seharusnya ada pada acara peresmian yayasan.

Gaun itu terasa agak longgar di tubuhku, padahal sewaktu aku mencobanya pertama kali empat atau lima bulan yang lalu, gaun ini sangat pas. Dan sekarang ....

Aku tidak bisa melakukan penyangkalan lagi. Aku benar-benar sudah kehilangan sebagian berat badanku.

Dengan limbung aku ke luar dari kamar sembari menjinjing sebuah paper bag yang berisi sepatu hak tinggi yang senada dengan gaun itu. Aku pikir akan lebih safe jika aku memakainya nanti saja, takut langkah bergetar dan gontai ini akan membuatku terjatuh dan cedera. Hal tersebut tidak termasuk di dalam daftar hal-hal yang aku inginkan terjadi pada malam sepenting ini.

Semua orang sudah bersiap; Papa dan Mama tentu diundang oleh Om Seno dan Tante Meli. Mereka bahkan yang datang sendiri ke rumah untuk mengantarkan undangan. Sedangkan Bang Rian akan melewati malam panjang ini di sampingku, menjadi pendampingku. Berjaga-jaga kalau saja nanti aku butuh bantuan.

Mama, yang selalu mengutamakan kewajibannya sebagai seorang ibu, bahkan sudah membuatkan jus campuran sayur dan buah khusus untukku semenjak keesokan hari saat aku dipergoki pulang tengah malam. “Ini, minum dulu sebelum kita berangkat.” Mama menyuruhku duduk dan menghabiskan jus yang rasanya ajaib itu. Tak tanggung-tanggung, beliau juga menambah satu butir vitamin. Tidak punya pilihan lain, segera kuhabiskan semua itu lalu berjalan menuju teras depan.

Semenjak malam yang paling bersejarah itu, tidak ada orang rumah yang menyinggung soal Alex dan bertanya soal apa, bagaimana, dan kenapanya. Aku yakin pasti banyak sekali pertanyaan dalam pikiran mereka, akan tetapi tak satu orang pun yang membuka suara. Tebakanku adalah karena Papa menginstruksikan kepada semua orang untuk tidak bertanya. “Biarkan Kayra yang menyelesaikan masalahnya sendiri. Kalau sudah tiba saatnya, dia pasti akan cerita.” Papa memang sering berkata begitu.

Empat puluh menit kwmudian dan kami sampai di Hotel Minang. “Rian, kamu temenin adikmu terus, ya.” Untuk kesekian kalinya Mama mengingatkan Bang Rian yang juga untuk kali yang sama mengangguk dengan pasti.

Aku mendesah dan segera memasang Lulus Gwyneth Black Suede Rhinestone Lace-Up Heels dari merek fashion favoritku Lulus dan bersiap untuk ke luar dari mobil. Namun, belum-belum pintu mobil sudah terbuka. Bang Rian lantas melingkarkan tangannya di bahuku saat aku sudah berdiri di samping mobil.

Di dalam, sudah banyak donatur dan undangan yang hadir. Bahkan pengurus cabang yang baru akan dilantik malam ini sudah siap dengan seragam dari kain songket khas Sumatra Barat yang mereka buat. Anak-anak yang akan dibina oleh yayasan pun sudah hadir di sini.

Tahu-tahu Tante Meli sudah berjalan ke arah kami untuk menghampiri. “Oh, dear, kamu baik-baik aja, Sayang? Kelihatannya kamu tidak terlalu fit.” Tante Meli menatapku khawatir.

Aku hanya menggeleng dan tersenyum.

"Gak apa-apa, Tante. Aku baik-baik aja kok. Apa aku harus perbaiki makeup aku?" Kututupi suasana hati dengan berseloroh.

"Ah, jangan, jangan. You look fabulous, as always. Tante cuma mau memastikan kondisi kamu aja, Ra," timpal wanita yang tampak selalu segar, as always, meski usianya sudah di kepala lima tersebut.

****

Acara pembukaan berjalan dengan lancar, semua agenda acara berjalan dengan baik. Sekarang waktunya untuk makan malam bersama. Aku memilih untuk duduk di sudut ruangan bersama Papa dan Mama. Kakiku rasanya sangat lemah dan badanku mulai menggigil. Kalau boleh jujur, rasanya aku sudah tidak sanggup lagi. Papa yang dari tadi sudah vokal akan kekhawatirannya soal kesanggupanku untuk menghadiri acara ini segera menyuruh Bang Rian untuk menghubungi Tante Meli atau Om Seno untuk berpamitan.

“Kita pulang sekarang aja ya, Nak?” Mama memegang dahiku untuk mengecek suhu tubuh. “Badan kamu panas sekali.”

Tak lama kemudian Bang Rian kembali bersama Tante Meli dan Om Seno yang juga terlihat sangat cemas. “Kami harus segera bawa Kayra pulang untuk beristirahat.” Dengan pandanganku yang mulai kehilangan titik fokusnya, aku melihat—atau lebih tepatnya mendengar, Papa berbicara dengan Om Seno. Mama menjabat tangan Tante Meli dan minta maaf karena harus segera kembali.

Bang Rian mengarahkan tanganku ke bahunya agar dia bisa menopang tubuhku. Aku mencoba berdiri dengan kedua kaki, akan tetapi tidak berhasil. Rasanya seperti tulang kakiku sudah menjadi terlalu lunak dan aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu.

****

Aku bangun di sebuah kamar yang tidak aku kenal suasananya. Penglihatanku belum sepenuhnya kembali, akan tetapi aku mendengar seseorang memanggil namaku. “Kay, kamu udah bangun, Sayang?” Suara seorang wanita yang begitu kuhafal terdengar. Mama.

Mataku bergerak-gerak, mengerjap-ngerjap, mencoba menyesuaikan cahaya yang terlalu terang yang ada di atas sana.

“Pa, Kayra sudah bangun, Pa.” Aku kembali mendengar suara Mama memanggil suaminya yang sepertinya langsung berlari ke arahku. Dari lirikan mata, aku dapat melihat beliau juga menjangkau sesuatu yang terletak di sekitar kepalaku.

Tak lama kemudian beberapa orang masuk ke dalam ruangan, dokter serta gerombolannya. Semua berjalan dengan begitu cepat, atau begitu lambat—aku tidak terlalu awas. Yang jelas ... aku tidak begitu merekam apa yang sudah terjadi. Tahu-tahu hanya tinggal kami bertiga lagi di dalam kamar.

Mama mungkin menyadari kebingunganku dengan situasi ini, beliau kemudian memegang tangan kiriku dan tersenyum. “Enggak apa-apa, Kayra Sayang. Kamu cuma kelelahan aja kok,” terang beliau. Bibirnya tersenyum, akan tetapi senyum itu tidak mencapai matanya.

Aku mengangguk.

****

Entah berapa lama aku tertidur, saat membuka mata aku hanya menemukan Bang Rian yang tengah berkonsentrasi pada layar ponsel yang setelah beberapa saat aku sadari adalah milikku. Aku tercekat saat hendak memanggil abangku itu, rasanya kerongkonganku kering sekali. Aku mencoba sekali lagi, akan tetapi hanya berhasil mengeluarkan suara seperti bisikan. Bang Rian lantas menoleh kepadaku dan langsung mendekat saat dia tahu bahwa aku sudah sadar. Disentuhnya pipiku lembut dengan telapak tangan yang kapalan karena sering mengangkat beban itu. “Kamu udah bangun, Dek?”

Aku mengangguk, mencoba untuk tersenyum. Senyum yang aku yakin lebih terlihat seperti ringisan. “Mi-minum," pintaku dengan kerongkongan sekering gurun Sahara.

Dengan cekatan Bang Rian mengambilkan gelas yang ada di meja samping tempat tidur. Kuhirup cairan itu melalui sedotan, rasanya benar-benar menakjubkan. Kuhabiskan isi gelas itu dalam sekejap. "Ak-aku ... aku kenapa, Bang?” Suaraku hilang-hilang timbul.

Bang Rian lagi-lagi mengelus pipiku.

“Udah, jangan banyak bicara dulu.” Dia kemudian merapikan selimut yang menutup kedua kakiku hingga dada. “Kata dokter kamu kelelahan, kekurangan nutrisi juga. Kamu istirahat aja, ya,” ucapnya sembari mengelus rambutku.

Entah berapa lama setelahnya, untuk kesekian kali aku kembali tertidur.

To be continued ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!