Hijrah Cinta Arunika
Pagi itu, sang Cakrawala menampakkan awan hitamnya, hingga membuat sang Bentala tampak redup karena mentari terselimuti. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat perempuan bernama Arunika.
Hari baru telah datang. Jiwa yang kosong harus terisi dengan cita dan asa. Aru mencoba menghidupkan kembali jiwanya yang sempat hancur diserang pahitnya kenyataan.
Dia mematut dirinya di depan cermin. Penampilannya kali ini sangat berbeda jauh dari penampilan sebelumnya. Aru yakin, setelah ini dia akan menjadi bahan perbincangan di kampus. Namun, bukankah perbuatan baik terkadang disalahkan artikan oleh sebagian orang? Dan sudah seharusnya, Aru tidak perlu memusingkan hal itu.
Setelah memakai gamis berwarna hitam dengan motif bunga-bunga kecil, dia mulai mengenakan hijab pashmina yang sejak semalam telah dipersiapkan. Sebelumnya, Aru tidak tahu bagaimana cara menggunakannya.
Namun, dengan kekuatan gadget pintar, hal itu tidaklah sulit. Aru telah selesai mengenakan hijab pashmina-nya. “hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir," gumam Aru memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hari ini, dia akan kembali ke kampus demi menyelesaikan pendidikan yang hampir lima bulan ini ditinggalkan. Bukan tanpa sebab. Dia memiliki masalah yang cukup serius sampai mengguncang jiwa dan batinnya.
Dua bulan yang lalu, Aru menyadari jika dia tidak mendapati tamu bulanannya hampir dua periode. Sadar jika pernah melakukan hubungan dengan sang Kekasih, Aru pun memeriksa dengan alat test kehamilan.
Betapa terguncangnya hidup Aru ketika alat tersebut menunjukkan hasil garis dua atau sering diartikan dengan positif hamil. Dia mencoba mencari pertanggungjawaban dari laki-laki yang mengatakan jatuh cinta padanya dan tidak akan meninggalkan Aru.
Namun, dia justru ditinggal begitu saja bagai tak berguna. Habis manis, sepah pun dibuang. Begitu kata pepatah yang cocok menggambarkan kondisi Aru saat itu.
Mama dan Papanya mengetahui aib tersebut dan sempat marah pada Aru yang tidak bisa menjaga diri. Namun, rasa kecewa lebih mendominasi isi hati mereka.
Tidak ada niatan untuk menggugurkan. Janin di kandungannya adalah sebuah anugerah walau datang di waktu yang tidak diharapkan. Namun, semakin hari pikiran Aru semakin tak menentu. Hingga janin itu pergi sebelum Aru melihat bagaimana bentuk dan rupanya.
Hidupnya kembali terpuruk hingga dia menyadari jika apa yang saat ini menimpa hidupnya adalah hasil dari apa yang diperbuat di masa lalu. Pergaulan bebas dan melazimkan segala bentuk zina. Aru kehilangan jati diri dan arah jalan pulang.
Hingga setitik hidayah dari Tuhan menghampiri kalbunya. Dia mulai belajar mengikhlaskan yang telah terjadi. Dia berusaha menganggap jika apa yang menimpanya merupakan bagian dari pendewasaan dalam perjalanan hidupnya.
Ngaji online. Adalah salah satu media yang menjadi titik balik dari hijrahnya Arunika. Tentunya, Aru sudah menganalisa terlebih dahulu sebelum benar-benar masuk komunitas tersebut. Yang pasti, di dalamnya mengajarkan agama yang damai dan toleransi tinggi.
Merasa tak ada lagi yang kurang, Aru keluar dari kamar lalu menuruni anak tangga dimana keluarganya sedang berkumpul saat pagi hari. "Assalamualaikum, semua," sapa Atu disertai senyuman manis.
Tidak ada yang menjawab salamnya. Mungkin terlalu kagum sekaligus terkejut melihat penampilan Aru yang sekarang. "Ka-kamu Aru, anakku kan?" tanya sang Mama tidak percaya dengan penglihatannya.
"Iya, Ma. Ini aku, Aru, anak Mama. Doakan ya, Ma. Aku ingin memperbaiki diri," jawab Aru penuh kelembutan.
Mama Kalea pun tersenyum penuh haru. Senyum putrinya telah kembali. Papa Javas yang mendengar hal tersebut, tidak mampu menyembunyikan senyumnya. beliau ikut bersyukur melihat keadaan sang Putri yang mulai bangkit dari keterpurukan.
Bukan tanpa sebab. Karena hampir lima bulan ini, Aru selalu mengurung diri dalam kamar. Keluar jika akan makan dan mengambil minum. Begitu seterusnya hingga berbulan-bulan. Namun, semua keluarga selalu mengunjungi kamar Aru agar hidup gadis tersebut tidak terpuruk terus-menerus.
"Selamat pagi ... Ma ...." Sapaan Abidzar terputus-putus ketika melihat sosok baru yang sudah duduk meja makan.
"Kak Aru?" lirih Abidzar hampir tidak percaya dengan penglihatannya.
"Apa sih, Dek. Sini, Duduk. Kamu harus makan," ucap Aru tersenyum manis sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya. Bocah berseragam SMP itu pun melongo melihat penampilan sang Kakak yang sangat berbeda dari biasanya.
"Kakak kesambet apa? Atau sudah dapat wangsit, Kak?" Abidzar tak henti-hentinya bertanya, mencoba mencari tahu alasan yang membuat sang Kakak berubah. Namun, Abi merasa bahagia karena perubahan itu lebih ke yang lebih baik lagi.
Lagi-lagi Aru menanggapi dengan senyum. "Kan habis dari goa, Bi," celetuk Aru yang membuat semua keluarga terkekeh.
Melihat kembalinya sang Anak, Mama Kalea merasa bersyukur pada Tuhan. Berharap, semoga keluarganya bisa kembali harmonis seperti dulu.
Satu jam kemudian, Aru telah berdiri di depan gedung kampus tempatnya dulu menimba ilmu. Aru menghela napas kasar ketika mengingat setiap gunjingan yang mahasiswa lain lontarkan kala mengetahui jika Aru telah hamil sebelum menikah.
"Aku harus percaya jika Allah itu ada. Aku hanya perlu menutup telinga agar tak lagi mendengar gunjingan mereka semua," gumam Aru menyemangati diri sendiri.
Kebanyakan manusia, mereka cenderung hanya akan menghakimi tanpa ingin tahu cerita secara utuh. Mereka juga cenderung mendengar hanya dari satu belah pihak. Padahal, ada dua pihak yang bersangkutan, yang harus didengar versi ceritanya. Baru setelah itu, mereka dapat menyimpulkan.
Dengan langkah yang sedikit berat, kaki Aru melangkah memasuki gedung. Saat baru pertama kali masuk, semua mata seakan tertuju ke arahnya. Tatapan setiap orang juga beragam. Namun, Aru mencoba tidak peduli dan terus berjalan.
Hingga tanpa sengaja, Aru menabrak dada seseorang karena berjalan menundukkan kepala. "Astaghfirullah!" pekik Aru terkejut.
Ketika Aru mendongak, keterkejutan itu semakin bertambah. Namun, ekspresi itu hanya sebentar karena setelahnya, Aru merubah raut wajahnya menjadi datar.
"Wow! Ada yang baru nih, Bro!" pekik suara dari samping pria yang tidak lain adalah teman dari seseorang yang Aru tabrak.
Sosok laki-laki yang Aru tabrak menatapnya dengan pandangan tak terbaca. "Aku permisi," pamit Aru lebih dulu. Dia tidak pernah sanggup melihat tatapan laki-laki yang pernah mengatakan jika Aru mu ra han.
Laki-laki yang entah memiliki masalah apa sehingga seringkali merendahkan diri Aru. Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya salah. Aru memang tidak lagi memiliki harga diri. Sampai kini, Aru membenci dirinya yang dulu.
Dia adalah Dirgantara Mahesa. Mahasiswa yang mengambil kuliah Pascasarjana (S2) di jurusan management.
Sampai Aru berjalan menjauh pun, tatapan Dirga seakan masih menelisik penampilannya. Mungkin saja, laki-laki itu akan mencari bahan untuk mengolok-oloknya lagi. Tentunya dengan penampilan baru Aru, pasti akan ada saja yang mengatakan jika Aru menutup aurat hanya untuk menutupi aib.
"Ya Allah. Berikan aku kekuatan yang lebih banyak lagi," batin Aru berdoa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...selamat datang dan selamat membaca di novel terbaru ku yah......
...semoga kalian suka🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
strong Aru 💪💪💪
2023-05-03
0
LANY SUSANA
lanjutttt
2023-04-02
1
kenzie
mampirr anak pertama javas sama kalea
2023-04-02
1