Setelah mengulangi kegiatan panas yang entah keberapa kalinya, Gamma akhirnya mengajak Luna pulang karena hari juga sudah cukup siang. Sebenarnya Gamma masih enggan untuk pulang karena ia malas bertemu istrinya, tapi menghindar pun percuma karena masalahnya bukannya akan selesai.
"Aku akan tetap menceraikan Clarissa," ucap Gamma melirik Luna yang sejak tadi diam saja disampingnya.
Luna hanya melirik Gamma malas, mulutnya enggan untuk berbicara karena Gamma sudah menguras habis tenangnya. Saat ini saja ia masih cukup susah berjalan karena miliknya terasa begitu nyeri.
"Tuan menceraikan Nona Clarissa hanya karena sudah melakukan hal itu padaku, bukannya aku sudah bilang kalau aku tidak butuh tanggung jawab?" Kata Luna seadanya.
Gamma mengertakkan giginya erat, apa Luna ini memang tidak tertarik padanya hingga terus menolak dirinya?
"Dia sudah mengkhianati ku, untuk apa aku harus mempertahankan wanita seperti itu?" Tukas Gamma begitu jengkel.
"Bukannya sama saja? Tuan juga sudah mengkhianatinya, sudah impas 'kan?" Kata Luna lagi. Mungkin banyak wanita yang akan mengatakan kalau dirinya bodoh, tapi ia hanya melakukan apa yang menurutnya benar.
Gamma mendengus kecil, memang tidak ada gunanya berbicara dengan Luna yang sangat keras kepala itu. Ia akan tetap menceraikan Clarissa apapun alasannya.
Sesampainya di Jakarta, Gamma langsung mengantar Luna pulang lalu kembali ke rumahnya sendiri. Gamma masih begitu ingat dengan malas panasnya semalam dengan Luna, bayangan wajah wanita itu menangis dan men de sah, semuanya masih terekam jelas di otaknya.
"Luna ...." Batin Gamma tak sengaja menyebut nama itu.
"Gamma? Kamu sudah pulang? Sejak tadi Clarissa menelepon mu tapi kau tidak mengangkatnya."
Terdengar teguran dari seorang wanita yang sangat familiar membuat langkah Gamma langsung terhenti, dilihatnya Mamanya dan Clarissa sudah menunggunya di ruang tengah.
"Mama?" Ucap Gamma terkejut tentunya karena seingatnya Mamanya ini ada di Kalimantan.
"Mama baru saja datang Sayang, sejak tadi aku menghubungimu tapi kau tidak mengangkat, bagaimana pekerjaanmu? Apa berjalan dengan baik?" Clarissa segera bangkit dan menghampiri suaminya, tak lupa ia menyempatkan diri untuk mencium bibir Gamma tapi pria itu menolak.
"Why?" Ucap Clarissa bingung.
Gamma memasang wajah datarnya, ia menatap Clarissa dengan sangat tajam. Sungguh wanita yang licik, semalam wanita ia yakin kalau Clarissa yang bersama laki-laki itu.
"Aku sangat lelah mau istirahat," kata Gamma menghindari Clarissa.
"Ya, tadinya Mama ingin berbicara penting padamu, tapi sepertinya kau sangat lelah sekali, kau istirahat saja, Mama akan mengobrol dengan Clarissa saja," ujar Amalia Mama Gamma.
"Hal penting apa memangnya Ma?" Tanya Gamma penasaran.
"Apalagi kalau bukan cucu, Mama ingin aku secepatnya hamil Sayang," sahut Clarissa langsung menyela begitu saja.
"Apa?" Gamma terkejut, mungkin dulu ia memang setuju jika istrinya hamil, tapi setelah terjadi semalam, entah kenapa pemikirannya berubah.
"Clarissa benar, Mama ingin segera punya cucu, Clarissa juga sudah setuju untuk berhenti bekerja dan program punya anak," ujar Amalia begitu semangat menjelaskannya.
Gamma semakin tidak mengerti, kenapa Carissa tiba-tiba ingin memilki anak dan memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya, apa yang sebenarnya direncanakan wanita ini?
"Aku tidak bisa Ma, aku sangat sibuk dan tidak bisa melakukan program punya anak," kata Gamma langsung saja menolak permintaan orang tuanya.
"Gamma, ingat umur kamu sudah dua puluh tujuh tahun, mau menunggu sampai berapa lama?" Sergah Amalia kesal.
"Nggak tahu lah Ma, aku capek banget, mau istirahat." Gamma lebih memilih menghindar daripada meladeni Mamanya, ia tidak mungkin mengatakan pada Mamanya kalau Clarissa sudah berselingkuh, wanita itu pasti akan kecewa.
Clarissa kebingungan melihat sikap Gamma itu, ia merasa Gamma berbeda. "Aku tinggal sebentar Ma," ucap Clarissa menyusul suaminya.
Gamma melepaskan bajunya lalu merebahkan tubuhnya di kasur, ia memejamkan matanya singkat namun justru wajah Luna yang terlintas di otaknya.
"Sepertinya aku tekena syndrome keperawanan Luna," gumam Gamma seraya mengusap wajahnya kasar.
"Gamma ..." Clarissa masuk ke kamar, ia menghampiri suaminya yang masih enggan untuk beranjak dari kasurnya.
"Capek banget ya?" ujar Carissa tiba-tiba duduk disamping Gamma lalu memijit lengannya lembut. "Memangnya ada pekerjaan apa di luar kota?" Tanyanya kembali karena Gamma hanya diam saja.
"Untuk apa kau perduli padaku? Lebih baik kau urusi saja selingkuhanmu itu!" Seru Gamma menarik tangannya kasar, ia melayangkan tatapan yang begitu tajam pada Clarissa.
"Selingkuhan? Apa maksudmu?" ujar Clarissa mendadak gugup saat melihat tatapan mata suaminya, ia menebak apakah Gamma tahu tentang dirinya yang berselingkuh dengan managernya sendiri?
Gamma tersenyum sinis, ia mencengkram dagu Clarissa kasar. "Jangan kau pikir aku diam saja karena tidak tahu Clarissa, kemarin kemana saja kau? Menghabiskan waktu dengan bajingan sialan itu? Kau sangat menjijikan!" Bentak Gamma dengan emosi yang tidak ditutupi lagi, ia terus mencengkram dagu istrinya dengan kuat.
"Aku tidak mengerti maksudmu Gamma, selingkuh apa?" kata Clarissa mulai panik dan ketakutan. "Sakit, lepaskan aku ...." Lanjutnya mencoba melepaskan tangan Gamma di dagunya.
"JANGAN BERBOHONG CLARISSA!" Gamma membentak penuh amarah, ia menghempaskan wajah Clarissa dengan kasar.
"Berbohong apa? Aku tidak pernah berselingkuh darimu Gamma, apa kau punya buktinya kalau aku berselingkuh?" Clarissa menjelaskan dengan wajah sangat serius, ia memegang lengan Gamma tapi lagi-lagi pria itu menepisnya kasar.
"Lalu apa yang kau lakukan kemarin malam di Bandung?" Pertanyaan Gamma langsung membuat Clarissa bungkam.
"Aku ... aku sedang melakukan pemotretan, kau tahu kalau itu pemotretan terakhirku sebelum aku keluar. Aku sudah siap memilki anak Gamma, kenapa kau seperti ini?" ucap Clarissa segera memasang wajah sendu dan sedihnya, tatapan sayu itu biasanya membuat suaminya akan luluh.
"Gamma, aku tahu kau masih lelah 'kan? Sebaiknya kau istirahat saja. Aku minta maaf karena sudah menunda hal ini terlalu lama, aku mencintaimu Gamma," ucap Clarissa merangkul leher Gamma, ia memberikan kecupan singkat dibibir suaminya, ia yakin sebentar lagi Gamma pasti akan menariknya ke ranjang.
Gamma berdecih begitu sinis, ia kembali mendorong tubuh Clarissa menjauh. "Jika kau berpikir bisa merayuku dengan cara murahan itu, kau salah Clarissa. Meksipun semalam aku tidak melihat dengan jelas, aku yakin kau ada disana. Aku akan mencari bukti dan jika itu semua benar, aku akan menceraikanmu!" Ujar Gamma sangat serius.
"Cerai?
Bagai petir disiang bolong, Clarissa begitu terkejut mendengar permintaan Gamma. Inilah yang Clarissa takutkan, Gamma akan meminta cerai darinya. Mungkin ia memang tidak mencintai pria ini, tapi jika untuk melepaskan pria sempurna seperti Gamma, tentu Clarissa tidak akan melakukannya.
"Aku tidak mau Gamma, aku masih mencintaimu. Tolong maafkan aku jika aku punya salah, aku hanya mencintaimu Gamma," ucap Clarissa memeluk Gamma seraya menangis lirih, ia tidak akan melepaskan pria ini sampai kapanpun, tidak akan pernah.
"Berdoa saja agar aku tidak menemukan bukti itu." Gamma mendorong Clarissa dengan kasar lalu memutar tubuhnya membelakanginya. Ia tidak akan tertipu lagi sekarang, ia harus mencari bukti kalau Clarissa memang berselingkuh.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
neng ade
Gamma harus lebih pintar dari licik dari Clarisa .. jngn sampai bukti di club berhasil dihilangkan sm selingkuhan nya Clarisa
2023-04-22
3
MiatY#penggemarnovel📚❤️📖
ishhh..harus nya dia lebih bijak kemaren,kumpulin bukti dulu baru bilang cerai.nafsu membutakan akal pikiran dia 😂😂
2023-04-03
1
Noey Aprilia
lnjt...
2023-04-03
1