Luna membesarkan matanya kaget, ia awalnya masih terus berontak. Tapi ia juga merasa lelah, akhirnya ia hanya pasrah saat Gamma mulai menciumnya kembali. Ia bahkan memberanikan diri untuk membalas ciuman Gamma.
Gamma semakin tidak bisa mengendalikan dirinya, dirinya yang setengah mabuk mulai hilang akal saat merasakan bibir manis sekretarisnya itu. Dalam hitungan menit saja ia sudah melepas kain yang membungkus tubuh Luna dan dirinya sendiri.
"Tuan ..." Panggil Luna dengan tatapan sayunya seolah memanggil Gamma untuk melakukan hal lebih.
Melihat hal itu benar-benar membuat Gamma begitu tergoda. Ia tidak memikirkan jika saat ini dia seorang pria yang sudah beristri, ia malah segera melepas semua kain yang tersisa hingga mereka sama-sama polos.
"Oh my God!" Luna berteriak kecil saat melihat tongkat ajaib milik Gamma.
"Bersiaplah Luna, dia pasti akan merobek mu sekarang juga," batin Luna bergidik ngeri.
Gamma tersenyum saat melihat Luna membuang pandangannya, ia kembali mencium bibir wanita itu seraya mengarahkan tongkat ajaibnya ke lembah basah yang sudah menunggunya. Tapi Gamma heran saat ia sangat kesusahan menerobos milik Luna.
"Luna, kenapa susah sekali?" Tanya Gamma bingung, ia menatap Luna hanya memejamkan matanya seraya mencengkram lengannya kuat.
"Jangan bilang kau masih perawan?!" Gamma berseru dengan mata yang membulat sempurna.
Luna mengigit bibirnya, ia memandang Gamma dengan tatapan sayu nya. Tubuhnya begetar hebat menahan rasa sakit itu.
"Sialan! Aku tidak akan melakukannya!" Gamma mengumpat kesal, ia ingin mencabut miliknya yang masih terbenam sedikit tapi Luna malah melingkarkan kakinya.
"Cepat selesaikan ini Tuan, ini sangat sakit!" Teriak Luna menarik tangan Gamma untuk menciumnya kembali.
"Kau pasti akan menyesal Luna, percayalah aku tidak akan melepaskanmu!" Gamma menekuk kedua tangan Luna diatas kepala lalu mencium bibirnya dan mendorong miliknya kembali dengan sedikit kuat hingga ia berhasil merobek selaput itu.
Luna mencakar punggung Gamma untuk melampiaskan rasa sakit itu. Setitik air mata langsung keluar dari sudut matanya, namun ia tidak menyesal karena sudah memberikan miliknya yang berharga untuk pria yang dicintai.
Gamma mengeram rendah, sumpah demi apapun ia merasa hampir gila karena berhasil memiliki Luna. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Luna masih perawan dan ia yang pertama kali mengambil keperawanannya. Luna benar-benar berbeda, tidak seperti Clarissa yang sudah tidak perawan saat mereka menikah dulu.
"Luna, oh shitttt!" Gamma mengerang pelan seraya menciumi leher Luna. Semalaman penuh Gamma menggagahi sekretaris cantiknya itu, ia benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa dan merasa begitu terpuaskan.
"Tuan, aku lelah ...." Luna merasakan sendi-sendinya ingin copot dari tempatnya. Matanya sudah mengantuk dan tubuhnya sangat pegal, tapi sepertinya Gamma masih belum ingin berhenti. Luna yakin kalau besok ia pasti tidak akan bisa berjalan.
******
Keesokan harinya Luna terbangun saat sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamar melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Ia mendesis pelan saat merasakan seluruh tubuhnya terasa remuk, apalagi di daerah intinya, terasa begitu perih dan nyeri.
Luna lalu melirik sampingnya dimana Gamma masih tertidur lelap dengan tangan yang menimpa perutnya. Luna terdiam memandang wajah Gamma yang begitu tampan meskipun dalam keadaan tidur, Luna memberanikan diri untuk menyentuh pipi Gamma.
"Kenapa harus kau?" batin Luna sendu pandangannya. Dari sekian banyak pria di dunia ini, kenapa ia justru jatuh cinta pada seorang pria yang sudah beristri.
Luna tidak tahu apa yang terjadi setelah ini, ada setitik rasa penyesalan dalam dirinya karena sudah begitu ceroboh memberikan mahkotanya kepada Gamma. Namun Luna tidak pernah sedikitpun untuk merebut pria itu dari istrinya, ia lebih memilih mencintai Gamma dalam diamnya.
"Apa kau sudah puas melihatku?"
Luna begitu terkejut saat mendengar suara Gamma, ia segera menarik tangannya menjauh tapi ia kalah cepat dari Gamma yang lebih dulu menangkapnya.
"Tuan sudah bangun?" Ucap Luna terbata-bata.
Gamma tersenyum kecil, ia membuka matanya perlahan hingga matanya menatap sosok wanita cantik di depannya. "Kau yang membangunkan ku," sahut Gamma dengan senyum indahnya.
"Ehm, kalau begitu lebih baik kita pulang saja. Sepetinya sudah sangat siang, aku juga lupa harus mengatur jadwal meeting Tuan," kata Luna mengalihkan pandangannya, ia tidak kuat jika di tatap seperti itu terus oleh Gamma.
Gamma mengerutkan dahinya, ia menahan tangan Luna sebelum wanita itu beranjak. "Apa kau baik-baik saja? Masih sakit atau tidak?" Tanya Gamma mengelus lembut pipi Luna.
Luna mematung, tubuhnya seolah sulit untuk digerakkan. "Aku tidak apa-apa Tuan, kita harus pergi darisini," kata Luna benar-benar tidak ingin terlena, sudah cukup tadi malam ia lupa segalanya hingga kehilangan mahkotanya, sekarang tidak lagi.
"Luna, aku akan tanggung jawab," ucap Gamma merasa bersalah karena sudah mengambil keperawanan Luna.
"Tanggung jawab seperti apa yang Tuan maksud?" Tanya Luna menekuk wajahnya.
"Aku akan menikahimu." Jawaban Gamma membuat Luna begitu kaget.
"Menikah? Kau gila ya? Kau sudah punya istri, bagaimana bisa kau menikahiku?" Sentak Luna menarik tangannya dari dekapan Gamma.
"Aku bisa menceraikan Clarissa," kata Gamma begitu enteng, toh istrinya juga sudah ketahuan selingkuh, jadi untuk apa dia mempertahankan rumah tangga mereka.
"Semudah itu Tuan berkata bercerai?" Luna tersenyum sinis mendengar ucapan Gamma.
Kata perceraian adalah hal yang paling Luna benci karena dia adalah anak korban perceraian orang tua. Luna tidak ingin jika hal itu akan terjadi kepada orang lain karena perceraian itu sangat menyakitkan.
"Lebih baik Tuan lupakan saja apa yang terjadi, kita anggap semalam tidak terjadi apapun antara kita berdua," lanjut Luna melipat selimut yang menutupi tubuh polosnya lalu melilitkan ditubuhnya, ia segera beranjak dari ranjang meski miliknya sangat sakit jika digunakan untuk berjalan.
"Kau menolak tanggung jawab dariku Luna? Apa kau lupa sekarang kau sudah tidak lagi gadis? Apa menurutmu masih ada pria yang akan mau denganmu jika kau sudah bekasku?" Gamma begitu geram karena Luna menolak tanggung jawab darinya. Ia paling benci dengan penolakan dan ia tidak akan bisa mengendalikan dirinya jika sudah seperti ini.
"Tentu saja ada, aku cantik, banyak ratusan bahkan ribuan pria yang mau denganku," sahut Luna asal saja.
"Jadi maksudmu setelah ini kau juga akan membuka kakimu untuk semua pria?" Gamma semakin meradang mendengar ucapan Luna.
Luna tak kalah kesalnya dengan ucapan Gamma, pria itu seolah mengaggap Luna wanita yang mudah membuka kakinya untuk sembarang pria, padahal sudah jelas kalau Gamma pria yang pertama kali menyentuh dirinya.
"Apakah Tuan harus tahu? Itu urusan pribadiku, mau aku membuka kakiku untuk siapa saja, itu bukan urusan Tuan. Lagipula kenapa Tuan harus begitu repot, jika Tuan merasa bersalah karena sudah mengambil keperawanan ku, sebaiknya kau lupakan saja apa yang sudah terjadi karena itu hanya bagian tubuhku yang tidak berharga," kata Luna bukannya membuat Gamma tenang, justru membuat pria tampan itu semakin meradang.
Gamma menendang selimut yang menutupi tubuhnya lalu menghampiri Luna dan mencengkram lengannya dengan sangat kuat.
"Tuan, sakit ...." Ucap Luna meringis, ia menatap Gamma bingung dan juga takut, baru kali ini dia melihat wajah Gamma semenyeramkan ini.
"Kau benar-benar wanita yang menguji kesabaranku Luna. Jika kau memang menolak tanggung jawab dariku, kalau begitu kita lanjutkan saja apa yang sudah dimulai." Selesai mengatakan hal itu, Gamma langsung me lu mat bibir Luna dengan penuh nafsu dan mendorong wanita itu ke ranjang.
"Ehmppttttttt ...." Luna memukul-mukul dada Gamma agar pria itu melepaskan ciuman mereka.
"Kalau kau berani membiarkan tubuhmu ini disentuh oleh pria lain, aku akan menyentuhmu seribu kali lipat," kata Gamma dengan sorot mata bengisnya, tangannya mengikat kedua tangan Luna di ranjang menggunakan dasinya hingga wanita itu tidak bisa bergerak.
"Kenapa kau begitu egois, kita sama-sama impas, untuk apa kau melakukan ini!" Teriak Luna mencoba menarik tangannya agar terlepas dari ikatan itu, ia marah namun juga tidak berdaya.
"Kau sudah menjadi milikku, wanita yang menjadi milikku tidak akan bisa lepas dari tanganku. Ingatlah hari ini Luna, kau hanya milikku," kata Gamma lalu menenggelamkan wajahnya di keharuman milik Luna yang masih sedikit memerah karena ulahnya semalam.
"Oh shitt! What the fuckk? Kau gila Gamma?" Luna mengumpat seraya mendongak frustasi saat Gamma memainkan miliknya dibawah sana, sumpah demi apapun dia ingin menendang kepala pria itu. Sepertinya keputusannya salah telah menyerahkan dirinya pada Gamma.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Afternoon Honey
gamma doyan ups 🤭
eh awal bab so 🔥🔥🔥
2023-11-06
2
Ita rahmawati
kurang rupany si gamma 🤭🤭
2023-05-16
1
Rere Niae Cie'kecee
hot thorr sangat memuaskan🔥🔥😘😘😘🤗🤗
2023-04-29
1