Juna menatap Vean dan Fio.
"Lagian, sudah tahu Dhea suka sama Vean, malah kamu undang ke pesta pertunangan kamu. Kan kesannya kamu mau manas-manasin Dhea."
"Juna, kenapa kamu bicara begitu?" tanya Fio.
"Kalau cowok yang kamu suka bertunangan sama sahabat kamu, apa kamu sanggup menghadiri acara pertunangan atau pernikahan mereka?" tanya Juan.
"Coba tanya orang-orang yang ada di sini, siapa yang hatinya enggak akan tersiksa?"
Mereka diam saja, para orang dewasa di sana berusaha melerai perdebatan itu.
"Sudah, jangan dibahas lagi. Suatu saat nanti Dhea pasti mengerti. Siapa tahu saja kan, nanti di sana dia bertemu dengan jodohnya, yang lebih baik daripada Vean," ucap papanya Juna.
"Lagian, hampir setiap kali pacaran, malah ngajak Dhea. Maksa, lagi. Kamu kurang peka, seharusnya kamu mengerti. Kalau kamu jadi dia, bagaimana? Diajak ikut menyaksikan kemesraan kalian. Kalau aku sih, sudah malas aku!"
"Cukup, Juna!" ucap Vean.
"Biar kalian berdua sadar, terutama dia, nih!"
Apa aku memang sejahat itu?
Fio menunduk sedih, dia tidak bermaksud memanas-manasi Dhea, hanya ingin berbagi kebahagiaan saja.
Dhea, aku benar-benar minta maaf. Jaga diri kamu baik-baik. Jangan membenci aku, dsn semoga kita segera bertemu lagi.
Fio menyeka air matanya, merasakan kehilangan satu-satunya sahabat. Seseorang yang mau berteman dengannya tanpa memandang status sosial apalagi memanfaatkan dirinya yang anak orang kaya. Oti sebabnya dia selalu ingin berbagai kebahagiaan dengan Dhea.
Tapi apa bisa kamu berbagi Vean?
Satu pertanyaan kecil dalam benaknya.
"Sudah Sayang, jangan sedih lagi. Lagi pula ini salahnya kalau dia menyukai Vean, padahal dia sudah tahu kalau Vean itu kekasih kamu," ucap mamanya Fio.
"Tidak!" jawab Vean.
"Maksudnya?"
"Dhea sudah lama menyukaiku, bahkan sejak dia kelas satu SMP."
"Apa?"
Mereka tentu saja kaget mendengar pernyataan dari Vean.
Sejak SMP? Bahkan saat itu, Vean dan Fio belum menjadi pasangan kekasih.
"Apa gadis itu yang selalu memberikan kamu coklat dan barang-barang lainnya?" tanya papanya Vean.
Kedua orang tua Vean memang pernah mendengar dari sahabat Vean, kalau anak laki-laki mereka itu pernah mendapatkan coklat dari seorang gadis kecil. Mereka pikir itu hanya candaan saja.
"Benar."
Fio menatap Vean. Mencoba memahami apa uang pria itu rasakan atau pikirkan. Tapi ekspresi wajah Vean yang selalu datar, membaut dia selalu sulit untuk menyelaminya.
"Semoga saja dia sukses menjadi seorang dokter," ucap Juna.
Mereka akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Vean dan Fio satu mobil. Gadis itu masih saja diam.
"Kenapa sih, Juna harus bilang seperti itu? Aku kan hanya mau berbagi kesenangan saja dengan Dhea."
"Jangan menyalakan siapa-siapa, Fio."
"Kok kamu malah membela Juna?"
"Aku bukan membela Juna atau siapa pun. Jangan menyalahkan orang lain, seperti kamu yang tidak ingin disalahkan."
Terjadi pertengkaran kecil di dalam mobil itu. Fio merasa kesal, ditinggal sahabat, disalahkan oleh Jika, dan sekarang tunangannya sendiri malah tidak mau membelanya. Pikirannya kalut, lalu berteriak. Vean yang kaget dan menjadi tidak fokus, membuat mobil itu malah oleng.
Dari arah depan, sebuah mobil pengangkut barang mengemudi dengan kencang.
"Vean, awas ...."
Bruk
Brak
Teriakkan orang-orang di jalan itu riuh. Mereka segera mendekat untuk memberikan pertolongan pertama.
Dhea, maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf ....
Ucapnya dalam hati, sebelum mata itu benar-benar terpejam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 307 Episodes
Comments
Rena Rena
byk skali typonya jdi mls bacanya
2023-11-29
0
Atun Ismiyatun
bener kak thor,,kirim pangeran untuk dhea yg wajahnya mirip vean tpi masih lebih tampan pangeran dhea
2023-11-24
1
Royani Arofat
jgn ada yg meninggal .biarin vean dg fio.kirim aja pangeran buat dhea
2023-11-08
1