"Maaf, Mbak, tapi kafe kami sudah mau tutup."
"Oh, iya. Maaf, ya. Berapa, Mbak?"
"Tidak perlu Mbak, yang ini gratis."
Bahkan aku sampai dikasihani seperti ini.
Dhea meninggalkan selembar uang di atas meja.
"Mbak, Mbak tunggu, Mbak!"
Dhea tetap melangkah. Tidak akan lagi menoleh ke belakang. Dia akan meninggalkan masa lalunya.
Hari ini, di tempat ini, aku akan melepaskan semuanya. Selamat tinggal masa lalu, aku akan mencari kebahagiaan aku sendiri. Jangan lagi menangisi cinta yang tak berpihak. Teruslah melangkah meraih tujuan hidupmu.
Sudah larut malam. Dhea berjalan kaki menuju kosannya, tidak peduli dengan rasa lelah. Dia ingin membakar semua rasa kecewa dengan keringat yang keluar, dengan rasa lelah, dengan air mata.
Dia ingin menikmati malam terakhirnya di kota ini, di negara ini. Tempat di mana dia merasakan sakit yang teramat dalam.
Semilir angin menerbangkan rambut Dhea. Kulitnya seperti di tusuk-tusuk, membuatnya menggigil kedinginan. Lampu-lampu jalanan menerangi langkahnya, bagai pengantin tanpa pasangan.
Hatinya sesak, dia benar-benar merasa hampa. Ingin menangis di sandaran sese, tapi siapa? Tidak mungkin dia mengeluhkan semua ini ada sahabatnya.
Semua yang baru yang dia pakai ini, terasa sia-sia. Tidak ada gunanya tampil cantik. Ingin menunjukkan pada seseorang, tapi orang itu malah tidak sudi menemuinya.
Semua barang-barang yang dia pakai ini, menjadi saksi keterpurukannya. Menjadi saksi betapa memalukannya hidupnya.
Dua jam lebih berjalan kaki, akhirnya dia sampai juga di kosannya. Dia menyandarkan tubuhnya pada pintu kamarnya. Dipandanginya kamar ini. Kamar yang juga menjadi saksi terakhir akan rasa sakitnya.
Dhea melempar begitu saja sepatunya, juga tas kecilnya. Dilepaskannya bajunya, dan dia berbaring. Menutupi tubuhnya hanya dengan selimut tipis.
Gadis itu lalu memejamkan mata. Seharian belum makan, namun perutnya tidak merasa lapar sama sekali.
Fio sejak tadi sangat gelisah. Dia sudah menghubungi Dhea untuk datang ke hotel. Ponsel Dhea tidak aktif, dijemput ke rumahnya juga tidak ada.
Ya sudahlah, yang penting besok dia datang.
Dhea membuka matanya. Dia hampir tidak tidur semalaman. Semua barang-barang sudah selesai dia kemas. Dia sekali lagi memperhatikan kamarnya. Dilihatnya kotak-kotak pemberian Fio. Seharusnya semau itu dia pakai hari ini untuk menghadiri acara pertunangan sahabatnya itu.
Dhea sarapan dengan mie rebus. Lalu setelah selesai, dia berpamitan dengan ibu kos dan teman-teman satu kosannya.
"Hati-hati ya, Dhea. Semoga kuliah kamu lancar di sana."
"Jangan lupa kirim kabar."
"Kalau kembali lagi ke sini, harus datang ke sini, ya."
Mereka saling berpelukan. Menangis dan merasa sangat sedih, terutama ibu kos. Dhea adalah penghuni kos terlama di sini, meski usianya yang paling muda. Bagaimana tidak, Dhea sudah tinggal di sana sejak kelas satu SMP. Tidak pernah banyak tingkah dan selalu sopan.
"Ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu."
"Terima kasih banyak, Bu."
"Ibu, ibu akan mengosongkan kamar itu untuk kamu. Siapa tahu saja nanti kamu pulang ke sini untuk berlibur. Ya meski ibu yakin, nanti kamu kalau sudah jadi dokter, pasti sangat mampu membeli rumah sendiri yang bagus."
"Jangan dikosongkan, Bu. Kan sayang."
"Enggak, kamar itu untuk kamu, untuk anak ibu saat pulang nanti." Ibu kos memang sudah menganggap Dhea seperti anak kandungnya sendiri.
"Makasih, Bu. Ini jaga kesehatan, ya. Kalian juga, yang naik ya di sini."
"Jangan cemaskan kami. Kamu yang harus jaga diri di negara orang."
Dhea mengangguk, akhirnya dia pergi juga dengan mobil yang sudah menunggunya.
Tidak lama Dhea pergi, sebuah mobil datang.
"Maaf, Bu. Saya disuruh untuk menjemput non Dhea."
"Dhea bari saja pergi, Pak."
"Oh, begitu ya, Bu. Kalau begitu saya permisi, ya."
Mereka pikir, orang itu menjemput Dhea untuk pergi ke bandara. Padahal dia adalah ora g yang diutus oleh Fio untuk datang ke hotel tempat acara berlangsung.
Sopir itu pikir, Dhea sudah pergi duluan untuk datang ke hotel, padahal dia akan menuju bandara.
Dhea memang sudah menonaktifkan ponselnya sejak kemarin. Dia tidak sanggup membaca pesan-pesan yang dikirimkan oleh Fio.
Dia juga meninggalkan semua yang dia pakai kemarin. Melihat itu, hanya akan mengingatkan dia dengan kencannya yang gagal.
Dia juga meninggalkan semua yang Fio berikan untuk dipakai hari ini. Melihat itu, hanya akan mengingatkan dia dengan pertunangan pria yang dia cintai dengan kekasihnya.
Dan bukankah dia sudah berjanji untuk meninggalkan semua masa lalunya di negara ini?
Jangan lagi berhubungan dengan masa lalu dia, Vean dan Fio, meski itu hanya berupa barang.
Aku kuat! Aku akan baik-baik saja!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 307 Episodes
Comments
Eni Al Fatih
nyesek dan greget bacanya...
2023-11-28
1
Heni Fitria
sedih bukan karena cintanya...tapi sedih karena pesan ibu kos nya...
2023-09-03
2
Syifa anindya sakhi hafizd
bru mampir.... mengandung bawang...
2023-08-11
1