"Oh iya, aku sampai lupa mau nanya sama Dhea."
"Nanya apa?"
"Tadi pagi katanya ada yang mau dia ceritakan, tapi malah keburu pulang." Fio mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu, apa ya kira-kira yang mau Dhea ceritakan?
"Jangan-jangan dia mau cerita kalau sedang dekat sama cowok. Padahal tadinya aku ngarep banget kalau dia akan sama Juna. Kan cocok tuh, Juna calon dokter, Dhea juga kau jadi dokter. Bisa-bisa nanti mereka pacaran yang dibahas masalah kedokteran, lagi." Fio terkikik geli membayangkan semua itu.
"Ayo Yang, kita jodohin mereka."
"Enggak, dan jangan kamu jodoh-jodohkan."
"Loh, kenapa?"
"Kalau nanti di tengah jalan mereka gak cocok, kita yang jadi enggak enak. Biar semua berjalan apa adanya. Kalau memang jodoh, nanti juga jadi sendiri tanpa campur tangan kita."
"Hm, iya juga , sih. Ya sudah, deh."
Dhea bersandar pada tembok di atas kasurnya.
Cinta pertama yang tak bersambut, bahkan ditolak berkali-kali oleh orang yang sama.
Cinta pertama yang memberinya semangat, tapi juga yang memberikan luka pertama yang terus menganga.
Cinta pertama yang membuat dia selalu sabar untuk menunggu, berharap batu karang itu akan melunak, nyatanya hanya membuat kapalnya karam.
Cinta pertama yang hadir di usianya yang masih belia, yang kata orang mungkin itu cinta monyet, nyatanya masih bertahan untuk orang yang sama.
Baru juga bertunangan, belum menikah. Selama janur kuning belum melengkung, masih ada kesempatan. Jodoh siapa yang tahu?
Hatinya berkata seperti itu. Tetap saja menolak kenyataan, berharap kalau keajaiban itu akan datang. Berharap tak lagi bertepuk sebelah tangan. Tapi, meski pada akhirnya akan seperti itu, bukankah akan menyakiti hati sahabatnya?
Antara sahabat dan cinta, siapa yang akan Dhea pilih?
Sebelum mencintai Vean, Dhea sudah bersahabat dengan Fio.
Sebelum tahu kalau Vean kekasih Fio, Dhea sudah mencintai Vean.
Kenapa semua tidak pada tempatnya?
Haruskah aku melupakan kamu dan merelakan kamu? Tapi kenapa rasanya begitu berat?
Vean bari saja pulang ke apartemennya setelah tadi mengantar Fio. Dia membaringkan tubuhnya di atas kasur. Memejamkan mata, namun dia jadi teringat dengan dia sahabat itu. Jangan sampai gara-gara dia, hubungan keduanya jadi rusak, meskipun itu mang bukan salahnya juga, karena bukan dia yang meminta Dhea untuk menyukainya.
Keesokannya
Dhea pergi ke sekolah dengan lesu. Dia seperti orang yang tidak lagi memiliki harapan hidup, tapi begitu melihat guru dan kepala sekolah yang sudah sangat baik membimbingnya, dia jadi teringat dengan beasiswanya.
Aku tidak akan terpuruk karena patah hati. Benar, mereka kan baru mau bertunangan, belum menikah. Masih ada harapan untukku. Aku akan menjadi dokter yang hebat agar layak bersanding dengan kak Vean.
"Kamu sudah sembuh, Dhea?"
"Sudah." Dhea duduk di bangkunya dan mengeluarkan buku-buku.
"Ck, kita sudah selesai ujian, loh. Masih saja belajar."
"Ini buku kedokteran."
"Ya ampun, Dhe. Sekali-kali lah, jangan terus membaca buku. Nanti cowok yang dekat dengan kamu merasa bosan karena kamu terlalu kaku."
Deg
Apa karena aku ini membosankan dan terlalu kaku, jadi kak Bean tidak pernah tertarik padaku? Penampilan aku juga biasa-biasa saja, jauh dari kata trendy. Beda hangat sama Fio yang selalu fashionable dan mengerti mode. Berdiri bersisian dengan Fio, semakin membuat aku seperti Upik Abu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 307 Episodes
Comments
Wiwik Sugiarti
Dea bukan pelakor. yg pelakor fio mba. Dea sudah lama cinta sama Vean. tapi bertepuk sebelah tangan...
2023-12-20
1
Gavin Bae
maaf ya ceritamu bikin emosi.saya baca perbab bikin jantung berdetak tak karuan.ingin menampar si pelakor dhea.daripada gua emoai tak berkepanjangan saya cukupkan bacanya sampai disini.🙏🙏
2023-09-11
2
Gavin Bae
maaf thor..saya mau nanya.kamu pendukung pelakor ya?soalnya tokoh utama yg kau sayangi jelas2 sifatnya 100 pelakor.sahabat terbaiknya mau ditikung demi memperjuangkan cintanya.subhanallah.
2023-09-11
1