Pulang sekolah, Dhea langsung pergi ke kafe. Baju gantinya sudah dia masukkan ke dalam tas, sedangkan baju seragam kerjanya juga sudah ada di sana.
Seperti itulah memang kegiatan Dhea. Pulang sekolah bekerja, sepulang kerja lalu belajar. Dhea tidak tahu siapa kedua orang tua kandungnya, karena sejak bayi, dia sudah ada di sana. Tidak ada peninggalan apa pun, baik itu foto atau sekedar surat.
Dhea merebahkan dirinya di atas kasur setelah tiba di kosannya. Gadis itu kemudian pergi mandi, lalu setelah itu mengerjakan beberapa PR. Apa dia tidak lelah? Tentu saja dia lelah, tapi memang beginilah tuntutan hidupnya. Sedikit saja dia berleha-leha, dia akan menyesal. Menyesal kenapa tidak memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Semua PR-nya bisa dia kerjakan dengan baik. Lalu dia mengeluarkan lembaran-lembaran soal kedokteran. Dalam soal itu, dia juga mendapatkan istilah-istilah baru dalam dunia kedokteran, yang terdengar rumit untuk orang awam sepertinya.
Buku-buku yang diberikan oleh Juan ternyata sangat membantu. Dia mencatat apa yang menurutnya sangat penting, ya walaupun sebenarnya semuanya memang penting.
Di lain tempat
Vean juga sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Dia begitu fokus, sampai tidak sadar kalau sejak tadi ponselnya terus saja berbunyi.
"Vean, ayo makan malam dulu."
Sentuhan di pundaknya menyadarkan pria muda itu.
"Iya, Ma."
Ibu dan anak itu lalu ke ruang makan. Ayahnya sudah ada di sana, menunggu anak dan istrinya.
"Bagaimana kuliah kamu?"
"Lancar."
"Baguslah kalau begitu. Setelah Fio lulus sekolah, kalian akan melangsungkan pesta pertunangan."
"Iya, Pa."
Tiba-tiba saja Vean jadi teringat dengan Dhea. Bagaimana perasaan gadis itu jika tahu dia akan bertunangan dengan sahabatnya? Apa dia akan mundur teratur?
"Mama sudah tidak sabar lagi menunggu pesta pertunangan kalian. Tidak disangka, mama dan mamanya Fio akan menjadi besan. Seneng banget, deh."
Cetak diam saja. Pria itu memang tidak pernah banyak komentar, lebih banyak mendengar daripada bercerita.
Daniel—ayah Vean—melirik istrinya yang terus saja tersenyum.
Vean kembali ke kamarnya, melihat ponselnya dan ternyata ada banyak pesan masuk.
[Maaf, tadi aku tidak mendengar karena sibuk mengerjakan tugas kampus.]
Vean langsung mengirim pesan itu pada Fio.
[Besok aku mau membelikan gaun untuk Dhea. Buat kejutan pesat pertunangan kita. Dia sahabat terbaik aku dan satu-satunya, jadi harus tampil cantik. Pasti akan banyak pria yang menyukainya.]
Vean ingin mengatakan jangan, bagaimana nanti perasaan Dhea saat menerima gaun dari sahabatnya. Gaun untuk pertunangan sahabat dengan pria yang dia suka sejak SMP.
Tapi sudahlah, toh kenyataan Dhea juga pasti akan tahu, dan memang seharusnya tahu. Sampai saat ini hubungan Dhea dan Fio juga baik-baik saja, kan?
Dia juga tahu, kalau Fio itu sangat antusias menjodohkan Dhea dengan seseorang. Kalau tidak dengan Juan, mungkin dengan pria lain yang baik.
Vean kembali melanjutkan mengerjakan tugas. Sebagai anak tunggal, tanggung jawabnya sangat besar. Dia harus mengatakan ayahnya untuk meneruskan perusahaan.
Dhea menguap beberapa kali, tandanya kalau dia sudah harus mengakhiri belajarnya malam ini.
Dia menutup buku-bukunya. Meskipun mengantuk, mata Dhea tidak langsung terpejam begitu saja. Dia masih berharap akan ada keajaiban kalau saja Vean akan menerima cintanya, tanpa gadis itu sadari kalau tidak akan lama lagi, sahabat dan pria yang disukainya itu akan segera bertunangan, dan menorehkan luka yang begitu dalam untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 307 Episodes
Comments
Tenny Febriani
typo nya aseliiiii
2023-08-21
1
ikhaa
kenapa harus melukai diri sndiri, sudah tau itu milik sahabatnya, ya sudahlah.. masih menunggu cintanya🗿 laen cerita klo sempat sama2 pny rasa pasti mmbekasnya ada.. ini lah, sakit kok dipiara.. 😅🤔
2023-08-11
2
💞🎗Yannie🎗💞
udh lah dhea move on drpd persahabatan bercerai berai mending nyari cinta yg sesungguhny
2023-08-10
1