Lagi pula, Retania sudah terlalu bingung. Ia tidak tahu apakah bisa hidup dengan baik setelah bebas dari penjara, meski sudah berencana untuk melamar menjadi kuli bangunan. Ia juga harus melihat kondisi dirinya yang merupakan seorang wanita, yang meski kuat, pastinya masih kerap diragukan oleh para pria yang bekerja di bidang tersebut. Di sisi lain pun, sepertinya Adiat juga tak akan melepaskan dirinya begitu saja. Ketika Retania nekat bertanya soal koneksi untuk bekerja sebagai kuli pun, pria itu kemungkinan besar tidak akan memberikan jawaban untuknya.
”Reta?” ucap Adiat.
Retania melebarkan mata dengan kedua alisnya yang sudah terangkat. ”Ya?” jawabnya singkat.
”Kau mau menjadi istriku, 'kan? Aku akan memberikan segalanya untukmu. Uang, emas, makanan-makanan lezat, berlian, dan segalanya. Sekarang, aku sudah punya banyak uang, Reta! Percayalah!”
”Begini, jika kau hanya membutuhkan kemampuanku, bukankah akan lebih baik kau sekadar menjadikanku sebagai pengawal biasa, Tuan Asma?”
“Tidak,” tandas Adiat begitu cepat. “Aku membutuhkanmu selama dua puluh empat jam. Tidak hanya sekadar rumah, tapi juga di kamar.”
“Heiiii!" Retania berlagak imut dengan menutupi tubuhnya menggunakan kedua tangannya. ”Jangan gila! Sekalipun menikah, bukankah hanya pernikahan kontrak saja, Tuan Asma?”
Adiat menggeleng sembari menggoyangkan jari telunjuknya. ”Bukan pernikahan kontrak biasa, melainkan pernikahan yang sama seperti pernikahan orang lain, tapi tetap ada surat kontrak di dalamnya. Sayangnya, tak ada rencana cerai dariku. Mungkin hal ini cukup gila bagimu. Tapi, Reta, jika kau menjadi istriku selamanya, bukankah hidupmu juga akan terjamin? Kau bebas menggunakan uangku. Nanti akan aku cantumkan di surat kontrak kita. Mengenai kau yang bebas menggunakan uangku, memegang kendali atas kartu keuanganku, dan kau bebas makan apa saja yang kau mau. Tapi, sekalinya menikah, kita tidak akan pernah bercerai, karena sekalipun si Pelaku Teror tertangkap, bahaya yang mengintaiku belum tentu langsung hilang begitu saja. Oleh sebab itu, kau harus menjadi pelindungku sekaligus istriku untuk selama-lamanya.”
Permintaan dan syarat dari Adiat memang cukup menggiurkan. Retania tidak harus bekerja keras, termasuk juga bisa membatalkan rencananya untuk bekerja sebagai kuli bangunan. Tugasnya hanya sebagai seorang istri sekaligus pengawal. Meski tidak ada sedikit pun rasa cinta di dalam pernikahan, yang penting ada uang dan masa depan.
Kini pikiran Retania mulai terbuka lebar. Uang yang pernah ia tolak malah hendak ia ambil lagi. Seperti sedang menyantap ludahnya sendiri. Namun sejujurnya, fokus utama Retania bukan hanya sekadar materi, melainkan pada Adiat yang sampai mempertaruhkan segalanya hanya demi menikahi wanita mantan napi macam Retania. Mungkin hidup Adiat memang tak pernah tenang sedikit pun, hingga membuat Adiat tak segan dalam melamar Retania untuk pernikahan jangka panjang, demi bisa mendapatkan perlindungan maksimal dari wanita itu.
“Reta, kumohon, jika perlu, kau boleh mengambil rumahku,” ucap Adiat dengan ekspresi yang cukup sendu.
Retania mengumpat pelan, kemudian berkata, “Kau pikir aku semata duitan itu apa? Mungkin iya, saat ini aku memang sedang bingung dan cenderung plin-plan. Aku menolak lamaranmu sebanyak lima belas kali. Aku pun masih bingung, kenapa kau mencariku yang mantan napi, padahal banyak wanita yang sama kuatnya dengan diriku, Adiat.”
”Karena aku sudah mengawasimu sejak lama, sejak kita masih SMA. Tapi, saat itu aku cukup malu untuk menjalin pertemanan denganmu. Tubuhku terlalu lemah. Meski sekarang juga masih, setidaknya aku sudah punya uang. Pekerjaanku sebagai manager di salah satu restoran milik ayahku ini memang baru seumur jagung, tapi percayalah, Reta, aku telah menyimpan banyak uang jatah bulananku sejak masuk kuliah. Sehingga aku bisa menjadi pria kaya. Aku tinggal di rumah berbeda meskipun masih satu kompleks di kawasan elit dengan keluarga besarku. Yah, mungkin hal ini yang masih agak berat bagimu karena kau bisa bertemu dengan keluargaku.”
Retania menggigit bibir. Hatinya sangat bimbang sekarang. ”Adiat, jika yang kau inginkan adalah pernikahan yang normal, meskipun tetap ada surat perjanjian yang berisikan beberapa syarat, itu artinya aku juga harus melayanimu selayaknya istri pada umumnya, bukan?”
“Ya, karena aku juga butuh keturunan hehe. Ta-tapi kita bisa melakukannya dengan pelan-pelan kok! Ma-maksudku, sampai kita siap. Sesungguhnya, aku juga belum yakin apakah aku bisa melakukannya denganmu.”
Retania kembali menghela napas. ”Kalau itu maumu, maka izinkan aku meminta satu syarat padaku, Adiat.”
“Ka-katakan, Reta!”
”Aku tidak mau hamil, setidaknya selama delapan tahun. Aku sudah kehilangan delapan tahunku karena masuk penjara, aku membutuhkan waktu untuk diriku sendiri juga. Lagi pula, jika aku sampai hamil, tugasku untuk melindungimu juga menjadi terkendala, bukan? Dan satu hal lagi, Tuan Asma, aku adalah wanita mantan napi. Masa laluku ini bisa menghancurkan dirimu.”
”Aku tidak masalah soal itu, Reta. Aku pun juga belum siap punya anak. Karena jika aku saja belum aman, mungkin anakku juga bisa mendapatkan bahaya yang besar. Lagi pula aku juga belum jago bikin anak haha!” Adiat menggaruk kepalanya dan bersikap malu-malu. ”Soal masa lalumu, aku akan mengemasnya dengan baik, agar masa lalumu itu bisa menjadi salah satu hal untuk meningkatkan citra kita nantinya. Dan kenapa aku tak berniat untuk menceraikanmu nantinya, meski di antara kita tak ada perasaan cinta, karena ... sepertinya aku akan berada dalam ketakutan untuk selama-lamanya. Traumaku benar-benar sulit disembuhkan. Dan tak ada satu pun orang yang bisa aku percaya. Oleh sebab itu, Reta, jika kita sudah menikah, lakukan tugasmu dengan baik. Lindungi aku sekaligus temani diriku, dan manfaatkan semua hal yang bisa kau manfaatkan dariku.”
Tawaran yang begitu fantastis. Ketika nasib Retania selepas keluar dari penjara malah tak jelas, Adiat datang sebagai sosok yang akan menopang masa depannya. Ia pun bisa memiliki banyak uang dan barang-barang yang mungkin tak akan pernah ia miliki jika hidup sebagai gelandangan. Tentu Retania seharusnya tidak menyia-nyiakan kesempatan emas yang tak mungkin datang untuk kedua kalinya tersebut. Meski masih banyak hal yang masih janggal, Retania tampaknya akan memberikan persetujuan, kendati sudah pasti ia juga harus menyerahkan dirinya di malam pertama pasca pernikahan.
Tampaknya pun, Adiat yang selalu dianggap lemah memang berencana untuk hidup lebih normal dengan membangun sebuah keluarga, terlepas dari keinginannya dalam mendapatkan perlindungan dari calon istrinya.
Pria yang aneh bin unik, batin Retania.
”Oke! Ayo kita menikah, dan mencari siapa dalang yang membuatku mengalami ketakutan serta trauma berkepanjangan, Tuan Asma,” celetuk Retania. ”Aku akan menjadi guardian angel untukmu, tapi kau harus menjadi dompet untukku.”
Adiat langsung menunjukkan sebuah kelegaan. Jawaban Retania sudah seperti obat mujarab baginya yang kerap dilanda mimpi buruk, bahkan tak bisa tidur saking takutnya. Meski terkesan konyol, lantaran ia adalah seorang pria malah meminta perlindungan dari seorang wanita, sesungguhnya ia tidak peduli, sebab ia lebih memikirkan keamanan dirinya untuk saat ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments