Rupanya Adiat Tetap Tak Menyerah

Bunyi gembok yang dibuka oleh seorang petugas terdengar di tengah kesenyapan. Gerbang utama dari rumah tahanan telah melebar bagi wanita yang terkurung di dalam tempat itu selama delapan tahun. Yakni Retania, yang tidak pernah menikmati dunia kerja maupun ketegangan sebuah kompetisi karate tingkat tinggi. Hanya gara-gara terlalu emosi dan nyaris menghabisi selingkuhan ibunya, Retania berakhir menjadi narapidana. Keterbatasan ekonomi sungguh membuatnya tidak mampu menyewa pengacara andal. Belum lagi ketika di dalam rutan, Retania malah kerap terlibat perkelahian. Sehingga tuntutan atas kasus penganiayaan berat yang ia lakukan terhadap pria selingkuhan ibunya itu tidak bisa berkurang.

Yah, sudah nasib, mau bagaimana lagi. Namun sejujurnya, Retania tidak pernah merasa menyesal ketika memutuskan untuk melukai pria bernama Sasongko, selaku pria selingkuhan tersebut. Kalau saja sempat, mungkin Retania juga akan menampar pipi Mangesti—ibu kandungnya sendiri. Retania yang kerap ke sana kemari untuk menjaga ayahnya di rumah sakit, bahkan sampai harus bekerja paruh waktu selepas latihan, memang sulit meredam emosinya pada saat kejadian perkara. Baginya, baik Mangesti maupun Sasongko, keduanya adalah manusia paling kotor yang pernah ia kenal. Bahkan, gara-gara mereka juga, Retania sampai dipenjara hingga tidak mampu lagi menjaga ayahnya yang kini sudah tiada.

Retania menghela napas, lalu menatap birunya angkasa. Ia mengangkat salah satu tangannya untuk menutupi matanya yang tengah menyipit karena sinar matahari. Hanya berkisar beberapa detik saja, sebuah senyum masygul lantas terulas di bibirnya. Hatinya terasa nyeri ketika ia teringat pada ucapan Adiat mengenai mantan narapidana yang pastinya akan sulit mencari pekerjaan.

“Boro-boro memikirkan soal kerja, sekarang aku sudah tidak punya tempat untuk tinggal.” Retania kembali menghela napas begitu dalam sembari menurunkan arah pandang. “Tuan Asma itu, dia tak pernah menemuiku lagi sejak terakhir kali dia datang. Dia sudah menyerah ya?”

“Ah, tidak, bukan maksudku untuk mengharapkan lamarannya lagi. Aku hanya merasa penasaran,” ralat Retania untuk ucapannya sendiri. Detik berikutnya, ia meringis sembari mengusap tengkuk bagian belakangnya. “Sudahlah, aku harus cari makan dulu. Masih ada sedikit uang dari Nyonya Rose. Ah, masih satu tahun lagi dia bisa bebas. Penipu itu, ... aku tak menyangka dia begitu baik padaku. Mungkinkah aku akan dijadikan sebagai anak buahnya nanti? Entahlah. Tapi aku tidak mau.”

Retania memutuskan untuk angkat kaki. Entah di mana dirinya akan tidur malam ini. Kalau sedang memikirkan tempat tinggal dan pekerjaan, rasanya penjara jauh lebih baik. Namun secara cepat akal sehatnya juga bergerak. Ia masih muda. Dan meskipun terlambat, ia harus mencari secercah kebahagiaan di sisa hidupnya. Ia memiliki fisik yang kuat, menjadi kuli bangunan pun tak apa. Tinggal di kolong jembatan dalam beberapa minggu tak masalah juga. Meskipun ia akan terlihat sangat sengsara. Namun apa mau dikata. Ibunya sudah pasti tak akan menerima keberadaannya, pun dengan dua kerabatnya. Sebab kerabat mendiang ayahnya juga jauh di perkampungan bagian timur.

“Reta!”

Seseorang menyerukan nama Retania. Adalah Adiat yang terlihat baru keluar dari sebuah mobil hitam yang sangat mengkilap. Pria itu kini sudah berlari ke arah Retania, tanpa sedikit pun memedulikan tatapan mata tajam Retania yang sudah menghentikan langkah gara-gara dirinya.

“Hei, Tuan Asma! Pelan-pelan saja! Aku tidak ingin jika kau sampai pingsan di sini dan membuatku dituduh sudah melukaimu!” omel Retania. Di sisi lain hatinya, ia sungguh tidak menyangka. Pria yang merupakan teman sekelas di masa SMA-nya itu ternyata tidak menyerah. Selama satu bulan tak lagi berkunjung, rupanya Adiat memang memiliki rencana.

Adiat menghentikan langkah di hadapan Retania. Ia menekan kedua lututnya ketika napasnya sudah terengah-engah.

“Dasar pria lemah! Awas saja jika kau sampai pingsan!” Retania mendengkus kesal, lalu berangsur melipat kedua tangannya. “Kau tak berniat untuk melamarku lagi, ‘kan?”

Adiat menelan saliva lalu berusaha untuk menegakkan tubuhnya. Ia tersenyum sembari menatap wanita kuat yang sebenarnya lebih pendek beberapa centimeter darinya itu. “Ikut aku ke mobil!”

Tanpa memedulikan persetujuan dari Retania, Adiat langsung menarik paksa tangan wanita itu.

“Hei, lepaskan aku! Kalau tidak, kuhabisi kau, Adiat!” omel Retania, tetapi terus mengikuti langkah pria asma tersebut.

“Lakukan saja jika kau ingin kembali dibui, Wahai Calon istri!”

“Heh!” Retania memelototkan matanya. “Jangan bicara sembarangan!”

“Tenanglah dan mari kita bicara, Nona Napi!”

“K-kau ....!”

Adiat menghentikan langkah yang otomatis membuat Retania turut berhenti. Detik berikutnya, ia membuka pintu mobil bagian penumpang depan, kemudian berkata, “Masuklah. Mari kita cari tahu putih.”

“Hah? Untuk apa?”

“Untuk membersihkan dosamu.”

“Apa hubungannya?!”

“Di Korea, narapidana yang baru keluar harus memakan tahu putih, tahu! Kalau aku tidak salah, hal itu melambangkan si napi yang makan, ingin menjadi orang baru dan tidak akan lagi melakukan kesalahan yang sama.”

“Cih, ini kan bukan Korea!”

“Ah, sudahlah, masuklah dan mari mencari makan, Nona Napi!”

“Aku tidak mau!”

Adiat tidak memedulikan penolakan Retania, dan terus mendorong wanita itu untuk memasuki mobilnya. Retania yang sudah sangat lapar dan masih bingung untuk menentukan rencana hidup, akhirnya memilih menyerah. Menjadi tukang bangunan pun, kalau tidak memiliki koneksi, tampaknya ia akan sulit bergabung. Meski terkesan plin-plan, Retania berpikir bahwa mungkin setelah mengikuti Adiat, ia bisa dipekerjakan sebagai bagian dari kuli di salah satu gedung baru milik Tuan Asma tersebut.

Perjalanan pun dimulai, ketika Adiat sudah mengemudikan mobilnya. Di dalam mobil itu, Retania sibuk menatap ke sekeliling yang sudah lama sulit ia nikmati. Kebebasan seperti ini, menjadi sebuah impian selama dirinya hidup di penjara. Namun sayang, ketika ia sudah keluar, Eko Gunanto—mendiang ayah kandungnya—tak lagi ada.

“Hei,” ucap Adiat memecahkan keheningan antara dirinya dan Retania. Tepat ketika lampu merah menyala, dan saat mobilnya berhenti, ia menatap wajah ayu tanpa polesan make-up milik wanita itu. “Sebagai seorang narapidana, kau terbilang awet muda ya?”

Retania langsung membalas tatapan Adiat, lalu menghela napas. “Aku bukan orang lemah seperti dirimu. Meskipun hidup di kerangkeng besi, aku masih rajin melatih fisik. Jadi, jangan heran jika wajahku masih sama seperti saat aku masih SMA.”

“Hmm, apa berkelahi juga membuat kau awet muda? Apa sama sekali tak ada luka di tubuhmu?”

“Kau ingin melihatnya?” Retania memberikan gesture seolah hendak membuka pakaiannya.

Detik itu juga, Adiat langsung mengerjap-ngerjapkan mata lalu membuang muka. “Ti-tidak perlu!” Ia pun bergegas melajukan mobilnya karena lampu hijau sudah menyala.

“Dasar penakut! Lagi pula, aku juga tidak akan seceroboh itu untuk membuka pakaianku. Asal kau tahu saja, meski kerap berkelahi, aku tidak sampai memiliki banyak luka. Yah, mungkin tiga sampai lima luka bekas sayatan hehe.”

“Bi-bisa-bisanya kau masih tertawa setelah membicarakan hal mengerikan itu, Reta?”

Retania agak menghadapkan dirinya pada Adiat. “Inilah diriku, Adiat. Wanita yang sudah kau lamar sampai beberapa kali, wanita kasar dan juga mantan napi. Tubuhku pun tak semulus model atau artis. Tanganku dipenuhi kapalan, di punggungku ada luka bekas sabetan. Dan aku pernah membuat seorang pria di ambang kematian. Dan kau masih ingin menjadikanku sebagai istrimu? Oh, astaga, Tuan Asma, sadarlah. Kau berada di jalan yang salah!”

Adiat menelan saliva, kemudian berkata, “Diamlah dan tak usah mendorongku untuk mundur, Nona Napi. Kita bicarakan nanti sambil makan, biarkan aku fokus dengan mobilku dulu.”

“Ah, terserah kau saja!”

Retania memutuskan untuk diam. Ia sampai menyandarkan kepalanya, tetapi masih sibuk menatap lingkungan yang dilewati. Meski sudah berencana untuk menolak lamaran Adiat, sejujurnya, Retania malah mulai penasaran. Ia sudah mengatakan semua keburukannya, tetapi pria itu tetap bersikeras untuk menikahinya. Sebenarnya apa yang Adiat rencanakan? Sederhananya, apa yang ingin Adiat manfaatkan dari diri Retania yang benar-benar miskin?

***

Episodes
1 Adiat yang Bikin Muak
2 Rupanya Adiat Tetap Tak Menyerah
3 Alasan Adiat
4 Bukan Pernikahan Kontrak Jangka Pendek
5 Rencana Lain Seorang Adiat
6 Keinginan Adiat (Flashback)
7 Kejadian Konyol Di Pagi Hari
8 Serangan Panik Setelah Mendapatkan Ucapan Selamat Dari Si Pelaku
9 Jangan Pernah Tinggalkan Aku
10 Perdebatan di Rumah Istri Kedua
11 Sebuah Kecupan
12 Perlawanan Untuk Reyhan
13 Kemarahan Retania dan Sebuah Paket Mencurigakan
14 Kekesalan Hati Claire, Reynand yang Seenaknya Saja
15 Ide Retania Untuk Mencari Petunjuk Lebih Jelas
16 Bagaimana Jika Aku Jatuh Cinta Padamu?
17 Perdebatan Claire dan Sang Ayah
18 Perdebatan Adiat dan Nyonya Rose
19 Claire yang Menghadang Adiat
20 Malam Pertama yang Diinginkan Adiat
21 Syok Prisma Mendapati Putra dan Menantunya Tidur Bersama
22 Si Pelaku yang Menyukai Retania
23 Pesan Dari Si Pelaku
24 Provokasi Reynand Pada Sang Ibu Tiri
25 Analisa Retania dan Kehadiran Wanita yang Mengaku Sebagai Ibunya
26 Ibu yang Sangat Buruk!
27 Kemarahan Retania
28 Diajak Reynand
29 Poin yang Retania Dapatkan
30 Senjata yang Berbalik Arah
31 Nyonya Rose Bebas
32 Berbaikan Dengan Sang Istri
33 Rencana Pembunuhan
34 Bahaya Mengintai, Mereka Justru Pacaran
35 Semuanya Memang Menyebalkan Bagi Reynand
36 Ketiganya Berada Dalam Bahaya Besar!
37 Dilibas Habis
38 Masa Lalu Adiat yang Reynand Ketahui
39 Claire yang Disudutkan
40 Pertimbangan yang Berat
41 Keinginan Claire Untuk Berada di Pihak Adiat
42 Adiat Adalah Seorang Pembunuh?
43 Keinginan Bercerai
44 Kunjungan Gunawan Setelah Sekian Lama
45 Tragedi Masa Lalu
46 Claire yang Terjebak
47 Adiat Menghadapi Reynand
48 Nasib Keluarga Kurjati
49 Perdamaian
50 Jalan Mereka Masing-masing (Tamat)
51 Istri Tanpa Mahkota
52 Suami Bejat Yang Menolak Diceraikan
53 Curcol Suami Kang Jud1
54 Yang Redflag-redflag nih!
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Adiat yang Bikin Muak
2
Rupanya Adiat Tetap Tak Menyerah
3
Alasan Adiat
4
Bukan Pernikahan Kontrak Jangka Pendek
5
Rencana Lain Seorang Adiat
6
Keinginan Adiat (Flashback)
7
Kejadian Konyol Di Pagi Hari
8
Serangan Panik Setelah Mendapatkan Ucapan Selamat Dari Si Pelaku
9
Jangan Pernah Tinggalkan Aku
10
Perdebatan di Rumah Istri Kedua
11
Sebuah Kecupan
12
Perlawanan Untuk Reyhan
13
Kemarahan Retania dan Sebuah Paket Mencurigakan
14
Kekesalan Hati Claire, Reynand yang Seenaknya Saja
15
Ide Retania Untuk Mencari Petunjuk Lebih Jelas
16
Bagaimana Jika Aku Jatuh Cinta Padamu?
17
Perdebatan Claire dan Sang Ayah
18
Perdebatan Adiat dan Nyonya Rose
19
Claire yang Menghadang Adiat
20
Malam Pertama yang Diinginkan Adiat
21
Syok Prisma Mendapati Putra dan Menantunya Tidur Bersama
22
Si Pelaku yang Menyukai Retania
23
Pesan Dari Si Pelaku
24
Provokasi Reynand Pada Sang Ibu Tiri
25
Analisa Retania dan Kehadiran Wanita yang Mengaku Sebagai Ibunya
26
Ibu yang Sangat Buruk!
27
Kemarahan Retania
28
Diajak Reynand
29
Poin yang Retania Dapatkan
30
Senjata yang Berbalik Arah
31
Nyonya Rose Bebas
32
Berbaikan Dengan Sang Istri
33
Rencana Pembunuhan
34
Bahaya Mengintai, Mereka Justru Pacaran
35
Semuanya Memang Menyebalkan Bagi Reynand
36
Ketiganya Berada Dalam Bahaya Besar!
37
Dilibas Habis
38
Masa Lalu Adiat yang Reynand Ketahui
39
Claire yang Disudutkan
40
Pertimbangan yang Berat
41
Keinginan Claire Untuk Berada di Pihak Adiat
42
Adiat Adalah Seorang Pembunuh?
43
Keinginan Bercerai
44
Kunjungan Gunawan Setelah Sekian Lama
45
Tragedi Masa Lalu
46
Claire yang Terjebak
47
Adiat Menghadapi Reynand
48
Nasib Keluarga Kurjati
49
Perdamaian
50
Jalan Mereka Masing-masing (Tamat)
51
Istri Tanpa Mahkota
52
Suami Bejat Yang Menolak Diceraikan
53
Curcol Suami Kang Jud1
54
Yang Redflag-redflag nih!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!