5. Merasa hina

Begitu aku turun ke lantai 4, aku sedikit kaget karena melihat Gwen yang berdiri didepan pintu kamarku.

Wanita itu tampak melipat tangan di dada, sembari menyandarkan punggungnya di dinding. Dia melihatku dengan senyuman yang tidak bisa ku artikan. Tapi dari yang ku lihat, dia tampak tidak senang padaku. Entah kenapa.

"Bagaimana rasanya menggantikan ku menjadi teman tidur Tuan Gladwin?" tanyanya.

Sekarang aku menebak jika dia bersikap begini karena semalam aku menemani Tuan Gladwin yang biasanya mungkin itu menjadi tugasnya.

"Maaf, Kak. Aku tidak bermaksud menggantikan kakak tapi--"

"Sudahlah, Elin. Lagipula semuanya sudah terlanjur. Untuk malam tadi aku memaafkanmu, tapi lain kali jangan menyalip pekerjaanku."

Aku hanya bisa diam, bagaimana aku mengatakan pada Gwen bahwa semalam bukanlah atas keinginanku. Lagipula, tidak terjadi apapun diantara aku dan Tuan Javier Gladwin, jadi ku pikir dia tidak perlu marah karena pada dasarnya aku tidak benar-benar menggantikannya menjadi teman tidur Tuan Gladwin.

Baru saja aku ingin menekan handle, tiba-tiba Gwen berbisik di telingaku.

"Apa terjadi sesuatu tadi malam?" tanyanya dengan tatapan ingin tahu.

"Maksud Kakak?"

"Ya, biasanya aku menghabiskan malam yang panas jika tidur dan menemani Tuan Gladwin," ujarnya dengan senyuman miring yang tampak mengejek. "Jadi, aku hanya ingin memastikan apa dia memperlakukanmu sama seperti yang dia lakukan padaku?" lanjutnya.

Aku tak menjawab, haruskah aku jujur bahwa tidak terjadi apapun diantara aku dan pria itu semalam?

"Aku sedang bertanya padamu, Elin." Suara Gwen agak meninggi, sepertinya dia menunggu jawabanku. Tampak sangat penasaran sekali.

"Ehm, sebagaimana biasanya kakak menemani Tuan Gladwin, begitulah aku menemaninya semalam." Aku memilih jawaban yang ambigu. Hanya untuk melindungi diriku sendiri. Bukan apa-apa, jika sampai Gwen tau apa yang sebenarnya terjadi semalam, aku takut dia melaporkan pada Tuan Aro dan dampaknya aku akan dihukum dengan hukuman yang tidak dapat ku tebak, karena mungkin pekerjaanku semalam adalah kesalahan.

Kini Gwen tertawa sumbang. "Benarkah?" tanyanya. Ia tampak tak percaya.

Aku mengangguk samar dan didetik yang sama Gwen mendekat padaku dengan tatapan mengintimidasi.

"Dasar pe-la-cur kecil!" oloknya.

Baru saja mulutku terbuka untuk menjawabnya, tapi Gwen segera berlalu dari hadapanku. Aku memilih memasuki kamar dan menangis di balik pintu.

Entah kenapa, rasanya sakit sekali dikatai dengan julukan itu oleh Gwen. Aku jadi merasa benar-benar telah menjadi gadis kotor dan hina.

"Kenapa hidupku harus seperti ini?" ratapku. Aku terduduk di lantai dan mengingat hal-hal yang membawaku sampai ke tempat ini. Tentu saja aku sangat ingat jika ini adalah campur tangan Liam.

Andai aku bisa membela diriku. Andai aku bisa pergi jauh darinya. Andai aku bisa membiayai ibuku sendiri tanpa mengandalkannya. Pasti hidupku tidak akan tertindas karena ulah Liam.

Belum lagi aku memikirkan nasib ibuku di Rumah Sakit. Apa kabar ibu? Sudah dua hari ini aku tidak mengunjunginya. Padahal, biasanya aku selalu rutin untuk melihat keadaan ibu, walau sampai hari terakhir aku menjenguknya, belum ada tanda-tanda perubahan ke arah yang lebih baik mengenai kesembuhan ibu.

Ibuku sering sakit-sakitan sejak Ayah tiriku meninggal. Awalnya ibu masih tampak bersemangat, tapi sebulan terakhir ibu semakin terlihat lesu dan seakan pasrah dengan keadaannya. Aku memintanya untuk cek kesehatan dan ternyata ibu didiagnosa mengalami kanker serviks stadium dua.

Awalnya aku tidak mau memberitahu ibu, karena takut mentalnya semakin down, tapi Liam yang tau jika ibu mengalami penyakit serius justru mengatakan hal itu pada ibu secara blak-blakan. Alhasil, seperti yang ku khawatirkan, ibu benar-benar drop hingga harus di rawat di Rumah sakit.

Biaya pengobatan ibu tidak sedikit. Belum lagi obat-obatannya. Aku ingin mengusulkan untuk berobat secara alternatif saja. Tapi, belum sempat semua itu tercetus dari bibirku, ibu sudah lebih dulu tak sadarkan diri. Berhari-hari ibu berada didalam ICU dengan alat-alat kedokteran yang tidak boleh dilepas dari tubuhnya yang melemah.

"Ibu ... aku harus apa? Apakah aku harus pasrah bekerja disini? Atau aku harus berusaha kabur?"

...****...

Sore ini, aku berusaha merias wajahku sendiri. Karena seperti kata Gwen kemarin, Sharen dan dua temanku yang lain hanya boleh mengajariku satu kali saja dalam hal ini.

Ku kenakan gaun yang tadi diantarkan Ghania ke kamarku. Syukurnya wanita itu cukup tau jika aku tidak terlalu menyukai pakaian yang terbuka. Sebuah gaun malam berwarna biru gelap menjadi pilihannya. Meski gaun ini bermodel tanpa lengan, tapi masih jauh lebih tertutup ketimbang baju yang lain.

Aku memang belum memiliki baju sendiri untuk bekerja ditempat ini. Syukurnya disini menyediakannya, meski menurutku semua bajunya terlalu terbuka.

"Aku tidak boleh pasrah disini. Aku harus berusaha keluar dari tempat ini, apapun caranya." Aku bertekad. Sekalipun aku harus merendahkan diri didepan orang lain yang nantinya akan ku pengaruhi untuk membawaku keluar dari sini.

Aku melihat penampilanku didepan cermin. Entah karena make-up dan gaun yang malam ini ku kenakan, aku jadi terlihat lebih dewasa daripada usiaku yang belum kepala dua.

Aku keluar dari kamar setelah mengenakan stiletto ber-hak 15 cm. Aku sebenarnya tidak biasa mengenakannya tapi mau tak mau harus ku pakai karena tidak memiliki pilihan lain.

Suara hentakan sepatuku beradu dengan lantai, menggema di lorong kamar yang menghubungkan dengan ruangan utama di lantai 4.

"Elin, kau cantik sekali," kata Kayra memujiku.

"Ya, kau bisa belajar dengan cepat, padahal baru satu kali kami ajarkan berdandan." Sharen menimpali.

Aku hanya bisa tersenyum penuh ironi. Untuk apa aku cantik jika pelabuhan terakhirku justru ditempat seperti ini. Untuk apa aku berbakat merias diri jika ujungnya aku harus menemani para penjudi?

"Ayo, Elin." Ghania menarik lenganku dan kami berempat turun secara serentak ke lantai dasar.

Seperti pekerjaan pada umumnya, sebelum bekerja di jam yang ditentukan, semua pekerja yang ada ditempat itu melakukan briefing terlebih dahulu.

"Elin, hari ini Tuan Gladwin akan datang lagi. Jadi, bersiaplah. Kau tidak perlu menunggu di lantai dasar lagi. Tunggulah di lantai 5." Tuan Aro memberi titah padaku yang hanya ku jawab dengan anggukan samar.

Meski semalam Tuan Gladwin tidak menyentuhku, tapi aku tidak yakin jika itu akan terus terjadi. Bisa saja dia sedang menunggu waktu yang tepat. Apalagi biasanya Tuan Gladwin sering menghabiskan malam panas jika datang ke tempat ini. Dan ya, itu yang Gwen katakan padaku. Aku jadi memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi padaku selanjutnya.

"Kenapa harus dia?"

Suara protes Gwen mengembalikan ku pada kenyataan, membuyarkan segala pemikiran ku tentang bagaimana nasibku ditangan tuan Gladwin malam ini.

"Kau keberatan, Gwen?" tanya Tuan Aro pada wanita bergaun maroon itu.

"Tentu saja, biasanya Tuan Gladwin selalu memilihku!"

"Ini diluar kendaliku, Gwen. Aku sudah merekomendasikanmu tapi beliau telah meminta Elin."

Gwen berdecak keras.

"Bilang saja jika Elin akan menemani yang lainnya berjudi. Kalau perlu dia tidak usah menampakkan diri disini."

"Gwen!" Suara Tuan Aro meninggi. "Apa kau pikir aku membeli Elin untuk disembunyikan dikamarnya? Tidak! Dia harus bekerja! Dan jika itu harus melayani Tuan Gladwin, kenapa tidak? Tuan Gladwin membayar mahal untuk setiap kedatangannya."

Dan ucapan Tuan Aro membuatku terkejut. Ternyata benar, aku sudah dijual Liam ke tempat ini. Dan Tuan Javier, kenapa dia harus memilihku? Jika dia mau ditemani wanita bayaran kenapa harus datang ke tempat ini? Kenapa dia tidak ke rumah bordil saja. Kenapa dia harus menjadikanku seperti julukan yang disematkan Gwen padaku?

Aku hanya bisa menunduk dengan perasaan yang berkecamuk. Sampai akhirnya, aku tidak sadar jika briefing telah selesai.

Bahuku terasa ditarik. Aku mengangkat wajah untuk melihat siapa yang memperlakukanku dengan sekasar ini, nyatanya itu adalah Gwen yang menatapku nyalang.

"Kau senang, kan? Kau sudah menjadi gadis bookingan sekarang!" cercanya. "Ternyata aku tidak salah, kau memang pe-lacur kecil!" sambungnya menekankan.

...Bersambung ......

Terpopuler

Comments

Ruk Mini

Ruk Mini

mirisnya...

2023-07-16

0

lihat semua
Episodes
1 1. Tidak punya pilihan
2 2. Pekerjaan baru
3 3. Pertemuan
4 4. Teman tidur
5 5. Merasa hina
6 6. Pertemuan kembali
7 7. Mencari ide
8 8. Di lelang
9 9. Anggap itu Hukuman
10 10. Apartmen
11 11. Membiasakan diri
12 12. Jangan Menungguku
13 13. Permintaan yang dikabulkan
14 14. Tidak gratis
15 15. Rasa yang berbeda
16 16. Tidak menyangka (Javier POV)
17 17. Pernyataan (Javier POV)
18 18. Trauma (Javier POV)
19 19. Kesepakatan (Javier POV)
20 20. Meminta untuk menjaga (Javier POV)
21 21. Belum menyadari (Author POV)
22 22. Bergantung padamu (Author POV)
23 23. Jerat aku! (Author POV)
24 24. Sebatas Anak kecil (Author POV)
25 25. Menyelidiki lebih jauh (Author POV)
26 26. Menolak rasa khawatir (Author POV)
27 27. Percaya padaku (Author POV)
28 28. Jangan plin-plan (Author POV)
29 29. Cemburu? (Author POV)
30 30. Masih memiliki aku (Author POV)
31 31. Pegang Kata-katamu (Author POV)
32 32. Ajakan Menikah (Author POV)
33 33. Terima dia (Author POV)
34 34. Maafkan aku (Author POV)
35 35. Jangan pergi (Author POV)
36 36. Rumah Sewaan (Author POV)
37 37. Tidak semudah itu (Author POV)
38 38. Aku tidak bahagia (Author POV)
39 39. Sudahi semua ini (Author POV)
40 40. Mulai mengingat (Author POV)
41 41. Momen termanis (Author POV)
42 42. Pagi yang hangat (Author POV)
43 43. Keinginan (Author POV)
44 44. Ke Pesta (Author POV)
45 45. Kencan (Author POV)
46 46. Sudah direncanakan? (Author POV)
47 47. Terkonfirmasi (Author POV)
48 48. Saling membutuhkan (Author POV)
49 49. Hanya mau uang? (Author POV)
50 50. Portal Berita (Author POV)
51 51. Keberhasilan (Author POV)
52 52. Melihat kehancuran (Author POV)
53 53. Berpura-pura (Author POV)
54 54. Terus terang (Author POV)
55 55. Sebuah Video (Author POV)
56 56. Transaksi (Author POV)
57 57. Pulang (Author POV)
58 58. Mimpi? (Author POV)
59 59. Dendam (Author POV)
60 60. Terus terang (Author POV)
61 61. Parasit (Author POV)
62 62. Hukuman (Author POV)
63 63. Mari bertemu di kehidupan selanjutnya (The End)
64 64. Ekstra Part 1
65 65. Ekstra Part 2
66 66. Ekstra Part 3
67 67. Ekstra Part 4
68 68. Ektra Part 5
69 PROMO
Episodes

Updated 69 Episodes

1
1. Tidak punya pilihan
2
2. Pekerjaan baru
3
3. Pertemuan
4
4. Teman tidur
5
5. Merasa hina
6
6. Pertemuan kembali
7
7. Mencari ide
8
8. Di lelang
9
9. Anggap itu Hukuman
10
10. Apartmen
11
11. Membiasakan diri
12
12. Jangan Menungguku
13
13. Permintaan yang dikabulkan
14
14. Tidak gratis
15
15. Rasa yang berbeda
16
16. Tidak menyangka (Javier POV)
17
17. Pernyataan (Javier POV)
18
18. Trauma (Javier POV)
19
19. Kesepakatan (Javier POV)
20
20. Meminta untuk menjaga (Javier POV)
21
21. Belum menyadari (Author POV)
22
22. Bergantung padamu (Author POV)
23
23. Jerat aku! (Author POV)
24
24. Sebatas Anak kecil (Author POV)
25
25. Menyelidiki lebih jauh (Author POV)
26
26. Menolak rasa khawatir (Author POV)
27
27. Percaya padaku (Author POV)
28
28. Jangan plin-plan (Author POV)
29
29. Cemburu? (Author POV)
30
30. Masih memiliki aku (Author POV)
31
31. Pegang Kata-katamu (Author POV)
32
32. Ajakan Menikah (Author POV)
33
33. Terima dia (Author POV)
34
34. Maafkan aku (Author POV)
35
35. Jangan pergi (Author POV)
36
36. Rumah Sewaan (Author POV)
37
37. Tidak semudah itu (Author POV)
38
38. Aku tidak bahagia (Author POV)
39
39. Sudahi semua ini (Author POV)
40
40. Mulai mengingat (Author POV)
41
41. Momen termanis (Author POV)
42
42. Pagi yang hangat (Author POV)
43
43. Keinginan (Author POV)
44
44. Ke Pesta (Author POV)
45
45. Kencan (Author POV)
46
46. Sudah direncanakan? (Author POV)
47
47. Terkonfirmasi (Author POV)
48
48. Saling membutuhkan (Author POV)
49
49. Hanya mau uang? (Author POV)
50
50. Portal Berita (Author POV)
51
51. Keberhasilan (Author POV)
52
52. Melihat kehancuran (Author POV)
53
53. Berpura-pura (Author POV)
54
54. Terus terang (Author POV)
55
55. Sebuah Video (Author POV)
56
56. Transaksi (Author POV)
57
57. Pulang (Author POV)
58
58. Mimpi? (Author POV)
59
59. Dendam (Author POV)
60
60. Terus terang (Author POV)
61
61. Parasit (Author POV)
62
62. Hukuman (Author POV)
63
63. Mari bertemu di kehidupan selanjutnya (The End)
64
64. Ekstra Part 1
65
65. Ekstra Part 2
66
66. Ekstra Part 3
67
67. Ekstra Part 4
68
68. Ektra Part 5
69
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!