Lisa dan Gio sama-sama terdiam setelah selesai menonton video Tuan Ghani tersebut. Keduanya sekarang jadi sama-sama canggung. Tidak bisa dibayangkan apa jadinya nanti jika mereka berdua benar-benar menikah.
'Astaga. Kenapa juga tuan Ghani harus menjodohkanku dengan putranya yang modelnya seperti itu?' Batin Lisa.
'Ayah ... ayah. Jaman sudah modern seperti ini kenapa mesti pakai acara menjodoh-jodohkanku dengan wanita sepertinya? Ayah pikir aku tidak bisa mencari calon istri sendiri apa? Seandainya aku tahu jadinya akan seperti ini, aku tidak akan menururti keinginan ibu untuk kembali ke Indonesia.' Batin Gio.
Meski pun mereka sudah sama-sama melihat video tuan Ghani, tapi sepertinya keduanya sama-sama masih enggan untuk mengabulkan keinginan terakhir pria paruh baya tersebut.
"Bagaimana? Apa sekarang kalian berdua sudah percaya? Dan apa kalian berdua sudah setuju untuk menikah seperti permintaan mendiang tuan Ghani?" tanya Pengacara Mark.
Gio dan Lisa kembali saling melirik. Begitu tatapan mereka bertemu, buru-buru mereka berdua saling membuang muka ke arah lain. Bukan hanya Gio, Lisa pun sekarang ingin jual mahal. Siapa suruh pria itu begitu angkuh, sombong, dan membuat Lisa menjadi kesal. Ditambah lagi sudah mengatai Lisa sebagai perempuan jahat dan licik tanpa sebab yang jelas.
"Pengacara Mark, bisakah kau memberiku kesempatan untuk berpikir? Hal ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap sepele. Ini masalah yang sangat penting dan menyangkut masa depanku. Aku hanya takut salah mengambil keputusan hingga membuatku salah langkah dan jadi menyesal di kemudian hari," ucap Lisa.
"Cih, percaya diri sekali. Kau pikir aku mau menikah denganmu hanya demi harta? Begini-begini, aku juga mampu berdiri di atas kakiku sendiri tanpa mengandalkan harta warisan dari ayahku." Tiba-tiba Gio menjadi sewot. Rupanya, pria itu tersinggung mendengar perkataan Lisa barusan. Padahal, Lisa sama sekali tidak ada niat untuk menyinggung perasaannya.
"Tuan Gio, apa maksud ucapan Anda?" tanya pengacara Mark tidak mengerti.
"Pengacara Mark, sekarang aku sudah tidak mau lagi mengambil alih harta peninggalan ayahku. Daripada menikah dengan perempuan sepertinya, lebih baik seluruh harta peninggalan ayahku dikuasai olehnya saja. Lagi pula, aku juga bisa bekerja untuk mencari uang sendiri," ucap Gio. "Dan kau, kau tidak perlu merasa terbebani dengan permintaan ayahku. Karena aku berani jamin, aku akan lebih salah langkah lagi jika setuju untuk menikahi perempuan sepertimu hanya demi harta warisan. Permisi." Dengan cepat Gio pergi dari sana setelah mengucapkan kalimat tersebut pada Lisa.
"Tuan Gio! Tunggu dulu!" panggil Pengacara Mark, tapi Gio tidak peduli dan tidak menggubrisnya.
Sementara Lisa, wanita itu justru malah berdecih melihat sikap Gio. "Cih, dasar aneh. Kenapa dia cepat sekali merasa tersinggung?"
*
*
Gio melajukan mobil yang dia sewa menuju hotel tempatnya menginap. Saat ini dia benar-benar sangat kesal. Tadinya dia sempat sedih dan kasihan melihat kondisi sang ayah di masa-masa terakhir menjalani hidupnya, tapi ketika kembali mengingat bahwa tuan Ghani ternyata diam-diam sudah mengatur perjodohan untuknya, Gio pun menjadi sangat kesal.
"Sampai ayah sakit parah pun dia masih tidak berubah juga. Masih saja suka mengatur ini itu untukku. Aku benar-benar menyesal sudah kembali ke sini," gumam Gio. Sesekali dia memukul stir kemudi lantaran merasa sangat kesal.
Ponsel Gio tiba-tiba berdering, panggilan dari Nyonya Monic, sang ibu kandung.
"Iya, Bu." Gio berkata sambil meletakkan headset di sebelah telinganya.
"Gio, apa kau sudah sampai di Jakarta, Nak?" tanya Nyonya Monic di seberang telepon.
"Iya, Bu."
"Jadi bagaimana?"
"Aku mau kembali ke Inggris saja, Bu."
"Loh, kenapa?"
"Ternyata sampai akhir hayatnya ayah masih tetap tidak berubah, dan aku sangat tidak suka itu," jawab Gio.
"Loh, loh, loh? Jangan seperti itu dong, Sayang. Kau itu anak ayahmu satu-satunya, satu-satunya pewaris tunggal yang sah. Kau tidak boleh lemah melawan wanita licik itu. Kalau perlu, Ibu akan menyewakan pengacara hebat seperti Hotman Perez untukmu."
"Tidak perlu repot-repot, Bu. Aku lebih baik pulang saja. Tempat ini tidak cocok untukku," ucap Gio. Pria itu juga enggan menceritakan kepada sang ibu tentang rencana sang ayah yang ingin menjodohkannya dengan Lisa, ibu tirinya sendiri.
"Tidak boleh, Gio, kau harus mendengarkan apa kata Ibu. Kau harus memperjuangkan hakmu sebagai pewaris tunggal harta peninggalan ayahmu."
"Tapi, Bu- AAKH!!!"
BRUAK!!!
Karena tidak fokus menyetir, Gio sampai tidak sengaja menabrak pohon besar yang ada di tikungan.
Mendengar suara teriakan putranya bergantian dengan suara seperti ledakan, Nyonya Monic seketika menjadi panik.
"Gio! Apa yang terjadi, Nak?! Suara berisik apa itu?" tanya Nyonya Monic.
Gio yang masih bisa mendengar suara sang ibu, pun menjawab, "Tidak apa-apa, Bu. Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir. Yang tadi itu aku hanya terkejut karena ada sesuatu yang tiba-tiba meledak di hadapanku."
Gio sengaja berbohong karena tidak ingin sang ibu khawatir dan buru-buru terbang dari Jepang ke Indonesia hanya untuk melihat kondisinya. Padahal, sekarang ini dia tengah merasa sangat kesakitan pada sebelah tangan dan kepalanya.
"Gio, kau serius, Nak?" tanya Nyonya Monic ingin memastikan.
"Iya, Bu, aku baik-baik saja. Sudah dulu ya, Bu. Aku masih ada urusan. Bye."
Buru-buru Gio memutus sambungan telepon mereka, dia sudah tidak tahan lagi ingin segera meringis karena rasa sakit yang dia rasakan akibat kecelakaan tunggal itu.
B e r s a m b u n g ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Rahmi Miraie
habis ini yg bisa nolong kmu cuma lisa..gio
2023-05-27
1
Fenty Dhani
jadilah ibu yang baik Monic...jangan berusaha memprovokasi GEO😔
2023-05-17
0
Siti Saja
😀😀thoorr2, Hotman Perez
2023-05-10
0