Zifana-20

Pasrah dan menangis, itulah yang dilakukan Zifana. Ia berusaha meronta dengan menendang-nendangkan kakinya, tetapi Jayden justru duduk di atas sana. Membuatnya makin tidak bisa berkutik. Air mata Zifana sudah mengalir apalagi saat Jayden sudah membuka tiga kancing blouse yang dikenakan oleh gadis tersebut. 

Namun, ketika baru saja hendak mencium leher gadis itu, Jayden tersentak ketika pintu kamar mandi digebrak dengan sangat kuat. Lelaki itu langsung berdiri dan ketakutan ketika melihat Joshua menatapnya dengan penuh kemarahan. 

Rahang lelaki itu mengetat, dengan sorot mata menajam bahkan urat-urat di lehernya terlihat jelas. Amarahnya meluap ketika melihat sang adik dalam posisi dan keadaan yang mengenaskan seperti itu. 

"Bajingan keparat!" sentak Joshua. 

Ia menarik kerah baju Jayden dan langsung membanting lelaki itu ke lantai. Jayden mengerang kesakitan, tetapi semua tidak usai sampai di situ saja. Pukulan demi pukulan Joshua mendarat di wajah dan perut Jayden tanpa ampun. 

Joshua sungguh merasa sakit hati melihat keadaan adiknya. Ia harus memberi pembalasan untuk siapa pun yang sudah berani menyakiti adiknya. 

Khawatir akan membunuh Jayden, Rizal yang sejak tadi menemani Joshua pun meminta agar berhenti. Awalnya Joshua menolak karena ia belum merasa puas, tetapi ketika melihat tatapan adiknya yang sendu, ia pun menghentikannya. 

"Bawa dia ke kantor polisi dan berikan bukti-bukti kejahatannya. Aku mau dia dihukum seberat mungkin!" titah Joshua masih penuh amarah. 

Rizal mengangguk mengiyakan. Lalu memerintah dua orang security agar membawa lelaki itu ke kantor polisi. Setelahnya, Joshua pun melepaskan ikatan di tubuh Zifana dan membopong gadis itu membawanya pulang. 

Ia yakin, setelah ini batin adiknya tidak akan baik-baik saja. Ia juga kecewa kepada Jason yang justru tidak ada ketika Zifana sedang dalam situasi gawat seperti tadi. Padahal sebelumnya, Joshua sudah percaya pada sahabatnya.

***

"Jason, terima kasih kau sudah menjemputku dan bahkan mengantarku sampai ke tempat istirahat Arini yang terakhir," ujar seorang wanita cantik dalam balutan gaun hitam panjang elegan. Kacamata yang dipakainya pun membuatnya semakin terlihat sebagai wanita berkelas. 

"Sama-sama, Re. Sebagai sahabat, aku sudah pasti tidak akan menolak untuk membantumu. Selama ini, kau yang sudah banyak membantu hubunganku dengan Arini meskipun akhirnya kami tidak berjodoh." Jason menghirup napas dalam. 

Ia masih ingat dengan jelas. Bagaimana Rere—sahabatnya—membantu meyakinkan orang tua Jason agar bisa menerima Arini yang hanya dari kalangan biasa. Namun, jodoh sudah diatur. Di saat orang tua Jason sudah menerima Arini, wanita itu justru pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkan rasa sakit yang mendalam bagi Jason. 

"Sudah. Jangan terlalu bersedih. Aku yakin akan ada wanita lain yang sama baiknya atau bahkan lebih baik, sebagai pengganti Arini. Mendingan sekarang kita makan. Perutku sangat lapar dan lidahku sudah merindukan makanan lokal," ajak Rere. 

Mereka pun keluar dari area pemakaman dan Jason langsung mengajak ke restoran yang biasa mereka datangi saat Rere sedang berada di Indonesia. 

Jika boleh jujur, Jason merasa cemas dengan Zifana karena harus meninggalkan wanita itu. Apalagi Jayden masih bekerja sebagai OB di sana. Namun, Jason berusaha menenangkan hatinya sendiri. Ia sudah meminta Rizal untuk mengawasi Zifana selain itu ia juga sudah menyuruh Joshua agar datang ke perusahaannya. Ia yakin kalau sekarang ini, Joshua sudah ada di perusahaan. 

"Kau tidak mau mencari pengganti Arini, Son?" tanya Rere saat mereka sedang makan siang bersama. 

"Untuk saat ini aku belum tahu. Perasaanku sudah terlalu dalam untuk Arini dan aku tidak yakin bisa membuka hati lagi untuk wanita lain. Ketika Arini mati, hatiku pun seolah mati," keluh Jason. 

Tatapannya terlihat nanar. Rere pun mengusap lengan sahabatnya untuk menenangkan. Setelah selesai makan siang, mereka akan pergi bersama. Jason mematikan ponselnya karena ia tidak mau diganggu siapa pun. Kedatangan Rere seolah menjadi obat sesaat dari segala rasa sakit dan gelisah karena sejak dulu, Rere sangat mengerti dirinya. 

Jason menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang saat ia baru saja sampai rumah setelah mengantar Rere ke apartemen. Rasanya lelah dan ingin segera memejamkan mata, tetapi tiba-tiba bayangan Zifana melintas dalam benak. 

Lelaki itu pun merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya dan segera menghidupkan benda pipih tersebut. Rasanya sungguh tidak sabar. Ketika ponsel itu sudah menyala, banyak sekali pesan masuk dari Joshua. 

Jantung Jason berdegup kencang ketika membaca pesan dari Joshua. Tangannya mencengkeram ponsel dengan erat ketika tahu tentang Jayden yang melecehkan Zifana. Ia yakin, Joshua pasti marah kepadanya karena hampir lima puluh panggilan, tidak ada satu pun yang terjawab. Jason tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Zifana saat bersama Jayden. Pasti gadis itu sangat ketakutan. 

Lelaki tersebut melirik jam dinding yang sudah menunjuk angka sepuluh malam, ingin sekali ia datang ke rumah Joshua untuk memastikan keadaan Zifana, tetapi takut akan mengganggu. 

Akhirnya, lelaki itu mengirim pesan kepada Joshua, tetapi lebih dari setengah jam berlalu, tidak ada satu pun balasan dari sahabatnya membuat Jason merasa yakin kalau Joshua pasti kecewa padanya. 

Dengan gugup, Jason menghubungi Zifana dan berharap wanita itu bersedia menerima telepon darinya. Dua panggilan tidak terjawab, tidak ada sahutan sama sekali. Lelaki itu tidak menyerah dan kembali menghubungi Zifana untuk ketiga kali. 

"Hallo." Suara Zifana terdengar serak. Sepertinya gadis itu sudah tertidur tadi. 

"Hallo, Zi. Maaf, aku mengganggu tidurmu. Joshua bilang kau habis disakiti oleh Jayden. Bagaimana keadaanmu sekarang? Aku ingin sekali datang ke tempatmu, tapi ...." 

"Aku baik-baik saja. Tidak perlu cemas." 

Panggilan itu pun terputus begitu saja. Ketika Jason berusaha menghubungi justru tidak tersambung sama sekali. Ia gelisah dan cemas. Ia takut Zifana akan sangat marah padanya apalagi saat menjawab tadi, nada bicara Zifana terdengar penuh dengan kecewa. 

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan!" Jason mengacak rambutnya kasar. 

***

Sementara itu, Zifana masih menangis sambil memeluk guling dengan erat. Hatinya merasa sakit ketika mengingat apa yang sudah dilakukan oleh Jayden kepadanya. Sungguh, hal itu meninggalkan trauma yang mendalam bagi Zifana. 

Apalagi, batinnya makin kesal pada Jason yang justru saat itu tidak ada untuk menolongnya. Padahal kejadian tersebut ada di perusahaan lelaki itu. Sungguh, Zifana sangat kecewa. 

"Kenapa aku harus kecewa karena dia tidak menolongku? Bukankah hubunganku dengannya hanyalah sebatas bos dan sekretaris? Untuk apa berharap dia menolongmu, Zi." 

Gadis itu mengusap bulir bening yang perlahan mengalir dari kedua sudut matanya. 

Tuhan, aku tidak baik-baik saja. Batinnya nelangsa. 

Terpopuler

Comments

Suharti Ristie

Suharti Ristie

ada bau bau wanita yg mau ganggu Jason nih
ahh author hoax katanya Jason di part atas tu bilang mau kasih pengawalan kok kecolongan

2024-01-04

0

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

lah emangnya jason baby sitter km zi suruh 24 jam sm, emang orang ga punya kepentingan sendiri km yg ga bs jaga diri kam sendiri malah nyalahin orang

2023-06-12

0

Windarti08

Windarti08

resign aja dari kantor Jason dan pergi sejauh mungkin, biar Jason merasa bersalah & nyesel
Rere juga pasti suka tuh sama si Jason

2023-05-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!