"Bedebah sialan!"
Jayden terus mengumpat padahal saat ini ia dan Leli masih berada di hotel tempat berjanjian tadi. Ternyata ia telah dibohongi oleh anak buah Jason.
Dengan iming-iming akan menambah jumlah bayaran menjadi tujuh puluh juta, Jayden dan Leli bersedia melakukan hubungan badan dan direkam oleh anak buah Jason tersebut. Namun, setelah semua selesai, lelaki itu justru pergi begitu saja bahkan tanpa berkata apa pun. Bahkan, uang yang sudah disepakati tidak ada sama sekali.
Jayden sudah berusaha mengejarnya, tetapi ia sama sekali tidak menemukan jejak lelaki tersebut. Untuk kamar hotel pun, menggunakan nama Jayden bukan lelaki tadi. Nomor ponsel sudah diblokir juga tentang semuanya sudah dihapus tuntas. Jayden merasa yakin kalau semua ini sudah direncakan sebelumnya.
"Apakah mungkin Zifana ada di balik semua ini," gumam Jayden sambil mengepalkan tangannya erat. "Tapi, mana mungkin. Setahuku Zifana tidak mudah dekat dengan lelaki apalagi lelaki modelan seperti tadi. Lantas, kalau bukan Zifana lalu siapa lagi?"
Ia terus memikir dan menerka, tetapi yang ada justru kebuntuan dan ia mengacak rambutnya kasar. Setelah hatinya merasa tenang, Jayden segera mengajak Leli untuk pulang karena mereka sudah meninggalkan bayi mereka cukup lama bersama dengan seorang pengasuh yang disewanya.
***
Ketika sedang sibuk berkerja, Zifana mendengkus kasar saat Jason berjalan mendekati mejanya. Ia berpura-pura tidak melihat lelaki itu. Berusaha untuk bersikap tidak acuh padanya.
"Ini untukmu." Jason memberikan sebuah flashdisk kepada Zifana dan langsung diterima gadis itu dengan bingung.
"Apa ini?" tanya Zifana mengamati flashdisk tersebut dengan seksama.
"Kau tidak perlu tahu. Kau bisa jadikan itu senjata saat Jayden maupun Leli hendak menyerangmu. Aku yakin mereka tidak akan tinggal diam setelah ini," ujar Jason.
Sungguh, hal itu justru membuat Zifana makin bingung. Kening gadis itu terlihat mengerut dalam bahkan sampai alisnya saling bertautan.
"Aku tidak paham ucapanmu!"
"Ya sudah. Otak kau memang lemot," ledek Jason. Gadis itu mencebik saat mendengarnya. "Lebih baik kau simpan saja. Selain itu, aku juga akan memberi pengawalan padamu."
"Aku tidak suka dikawal!" tolak Zifana mentah-mentah. Dari dulu ia memang tidak suka dikawal karena baginya hal itu membuatnya tidak bebas dan merasa terkekang. "Kau bukan siapa-siapa buat aku, jadi kau tidak berhak!"
"Ingat, aku ini bosmu. Kau tenang saja. Anak buahku tidak akan mengawal dengan terang-terangan, tapi mereka akan bersembunyi bahkan kau pun tidak akan pernah tahu siapa pengawal yang aku tugaskan itu," kata Jason sambil tersenyum puas. Baginya, itu adalah ide yang sangat brilian, sedangkan Zifana sejak tadi terus menggerutu.
Jason tidak peduli meskipun bibir gadis itu bisa dikucir. Yang pasti, ia sudah merasa tenang karena sudah memiliki senjata. Lelaki tersebut kembali fokus pada pekerjaannya begitu juga dengan Zifana. Ya, walaupun setelah ini Zifana justru tidak bisa berkonsentrasi.
Ketika istirahat, Zifana merasa lega karena Jason tidak memaksanya makan bersama. Lelaki itu memiliki janji temu dengan seseorang dan memang tidak ingin mengajak siapa pun. Termasuk Zifana.
Zifana yang merasa senang langsung menuju ke kantin. Ia ingin sekali makan di sana bersama dengan karyawan lain. Namun, ketika baru saja keluar, Zifana terkejut saat ada seseorang yang menarik tangannya dengan cepat bahkan langsung memaksa masuk ke toilet.
"Ja-Jay," panggil Zifana lirih. Ia hendak berteriak, tetapi Jayden langsung membekap mulutnya dengan erat hingga suara Zifana tidak terdengar sama sekali.
Dengan sedikit kesusahan, Jayden mengambil kain untuk menutupi mulut wanita itu dan ia juga mengikat tubuh Zifana hingga tidak bisa berkutik. Semua itu seolah sudah dipersiapkan oleh Jayden dengan sangat matang.
Tidak bisa melawan apalagi meronta, Zifana hanya terduduk sambil menangis. Bulir bening yang keluar dari sudut matanya seolah menjadi tanda bahwa perasaan gadis itu sedang campur aduk sekarang ini.
"Katakan dengan jujur, aku yakin kalau lelaki kemarin adalah suruhanmu. Benarkan?" tanya Jayden. Ia mengambil pisau lipat dari saku celana dan menempelkan pada leher Zifana. Hawa dingin yang menyeruak masuk membuat Zifana makin merasakan ketakutan yang teramat hebat apalagi saat ini ia tidak bisa melakukan apa pun.
"Aku tidak menyangka kalau kau seberani itu, Zi. Tapi aku salut sama padamu," kata Jayden sambil tersenyum sinis. "Kau sungguh pemberani sekarang."
Zifana yang melihat ada kesempatan pun langsung menendang pangkal paha Jayden karena kebetulan lelaki itu sedang dalam posisi berjongkok di depannya. Jayden jatuh tersungkur, tetapi ia bangun lagi dan terlihat sangat geram.
Tubuh Zifana gemetaran apalagi saat melihat sorot mata Jayden yang dipenuhi oleh amarah. Seolah akan menelannya hidup-hidup.
"Sialan!"
Jayden murka. Ia membuang pisau tadi dan langsung memaksa membuka kancing baju Zifana. Tangis gadis itu kian keras karena saking takutnya menghadapi Jayden yang dipenuhi amarah seperti itu. Apalagi dalam posisi tidak bisa melawan.
"Bersiaplah karena aku tidak akan menunda lagi untuk menikmati tubuhmu," ujar Jayden disertai gelakan tawa yang menggelegar. Membuat tubuh Zifana bergidik ngeri.
Air mata Zifana kian mengalir deras apalagi saat menyadari bahwa dirinya tidak bisa kabur saat ini. Ia hanya berusaha melawan sebisanya.
Siapa pun, tolonglah aku. Jason .... cepatlah kembali dan tolonglah aku mohon. Aku tidak mau jika lelaki brengsek ini menodaiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
latishaura
lah mana pengawalnya,kan tau jayden jd OB disitu
2024-01-22
0
titi sumiati
katanya sda pengawal mana.....m
2023-05-11
0
nurcahaya
walah, semoga jason cpat datang nolongin
2023-05-05
0