"Zi-Zifana, untuk apa kau datang ke sini?" tanya Leli gugup.
"Aku? Tentu saja untuk mengucapkan selamat karena kau sudah melahirkan anak Jayden. Kenapa kau seperti tidak suka?" Zifana masih memasang wajah santai. Dalam hati justru tergelak sendiri melihat raut wajah Leli yang tampak bingung dan takut.
"Kau jangan bercanda, Zi! Lalu untuk apa kau datang membawa bunga lambang kematian itu!" Leli terlihat kesal setelah menyadari bucket bunga yang dibawa oleh Zifana.
Bukannya menjawab, Zifana justru mendorong tubuh Leli ke samping lalu dengan santai ia berjalan masuk. Duduk dengan anggun dan tatapannya memindai semua sudut di ruangan itu.
Terlihat senyum meledek dari wajah cantik gadis itu.
"Kau jangan kurang ajar, Zi! Harusnya kau tahu sopan-santun saat berkunjung ke rumah orang!" bentak Leli geram. Tangannya terkepal erat saat melihat Zifana yang justru melipat tangan di depan dada dan bersandar pada kepala sofa.
"Harusnya kau tahu bagaimana memperlakukan seorang tamu dengan baik. Ketika ada tamu berkunjung maka suruhlah masuk. Bukan malah disuruh berdiri di depan pintu," sindir Zifana tak mau kalah.
Demi apa pun, Leli ingin sekali menarik Zifana keluar dari rumahnya, tetapi ia mengurungkan itu karena ia yakin kalau Zifana tidak akan tinggal diam.
Berusaha meredam amarah, Leli pun bergegas masuk untuk mengambilkan minum. Namun, Leli tidak kehabisan ide. Ia sengaja memberi obat pencahar yang kebetulan ada di rumahnya. Senyum Leli terlihat mengembang saat membayangkan Zifana yang sakit perut dan akan bolak-balik ke kamar mandi.
Rasakan pembalasanku, Zi. Batin wanita itu.
Setelah memastikan tidak akan membuat curiga, Leli pun segera membawa minuman itu dan menyuruh Zifana agar segera meminumnya.
"Kau yakin tidak menaruh racun di sini?" tanya Zifana, menatap Leli penuh curiga lalu mengamati gelas tersebut dengan seksama.
Wajah Leli terlihat gugup meskipun wanita itu berusaha agar tetap terlihat tenang. "Tentu saja tidak. Untuk apa aku menaruh racun. Aku tidak mau menjadi tersangka. Bukankah kau tahu, aku baru melahirkan! Kasihan anakku nanti."
"Ohh baiklah." Zifana pun berpura-pura hendak meminumnya. Padahal ia yakin kalau Leli tidak sepolos itu. Ia sudah sangat paham bagaimana tabiat sahabat, eh mantan sahabatnya tersebut. Apalagi saat melihat tatapan Leli membuat Zifana makin merasa yakin bahwa ada yang tidak beres..
"Zi, kau di sini?" Suara Jayden mengejutkan mereka berdua. Membuat Zifana mengurungkan niatnya untuk meminum bahkan ia menaruh gelasnya ke meja kembali.
Sudut matanya melirik Leli yang sedang mengepalkan tangan dan terlihat jelas sangat kesal.
"Tentu saja, Jay. Kalian baru saja memiliki bayi, jadi sudah sepatutnya aku datang untuk menengok, tapi maaf, aku kehabisan bunga. Jadi, hanya bunga ini yang bisa kubawa," ujar Zifana. Menaruh bunga tersebut di atas meja.
Leli yang merasa geram pun hendak membuang bunga tersebut, tetapi ditahan oleh Jayden. Lelaki itu memberi kode pada istrinya agar diam dan jangan melawan.
"Selain itu, aku menghormatimu sebagai seorang office boy di kantor kekasihku," ujar Zifana disertai senyum meledek.
Bola mata Leli terlihat membulat penuh. Bahkan, ia langsung menatap Jayden yang terlihat sangat gugup.
"Maksudnya?" tanya Leli. Menatap Jayden dan Zifana secara bergantian. Dua orang itu menampilkan raut wajah yang berbeda.
"Jangan berlagak tidak tahu, Lel." Zifana tersenyum licik. Sepertinya ia bisa membuat kedua orang itu bertengkar hebat.
"Aku memang tidak tahu. Jay, jelaskan padaku. Apa pekerjaanmu? Kau bilang, kau seorang manager di perusahaan ternama. Tapi, kenapa kau malahan jadi seorang OB? Ini sangat memalukan! Bagaimana kalau teman sosialitaku melihat kau bekerja sebagai seorang OB!" bentak Leli. Tatapannya penuh dengan kecewa.
"Aku memang mendaftar sebagai manager di perusahaan itu. Aku juga diterima, tapi aku tidak tahu kenapa saat mulai bekerja, aku justru menjadi OB dan aku terpaksa menerimanya. Harusnya kau tahu kalau aku melakukan ini untukmu. Untuk membayar biaya kelahiran anak kita!" Jayden tak mau kalah. Wajahnya yang tadi gugup pun kini dipenuhi amarah.
Ia merasa tidak dihargai dan dimengerti oleh istrinya. Padahal semua yang ia lakukan demi demi wanita itu.
"Jay! Kalau aku tahu kau hanyalah OB, harusnya kalau keluar dari perusahaan itu! Bukan mencoreng citra baikku di depan teman-temanku." Leli masih tak mau kalah.
"Lalu aku harus kembali nganggur? Kau pikir, dari mana kita membayar biaya rumah sakit? Seandainya kau tidak boros apalagi mengikuti gaya teman-temanmu yang glamour itu, mungkin kita tidak akan kehabisan uang!"
Zifana hanya menghela napas panjang ketika melihat suami-istri justru berdebat hebat di depannya. Ia tidak menyangka kalau mereka itu memang sejoli.
Ketika pertunjukan sedang seru, terdengarlah tangisan bayi. Leli bergegas masuk ke kamar untuk melihat bayinya, sedangkan Jayden masih berdiri. Napasnya terlihat memburu karena lelaki itu masih dipenuhi emosi.
"Minum dulu, Jay," suruh Zifana sambil memberikan minumannya untuk lelaki itu.
Jayden langsung meraih dengan cepat. Ia bahkan menenggaknya dalam sekali habis. "Makasih banyak, Zi."
"Berterima kasihlah kepada istrimu karena dia yang membuatkan minuman itu." Zifana bergegas bangkit dan hendak pergi dari sana.
"Kau mau ke mana, Zi?" tanya Jayden heran saat Zifana sudah sampai di ambang pintu.
"Tentu saja pulang. Aku sudah cukup melihat pertengkaran kalian. Oh iya, sekali lagi. Aku berdoa semoga kau baik-baik saja karena aku tidak yakin kalau Leli tidak menaruh apa pun di dalam minuman tadi." Zifana menyeringai lalu bergegas pergi dari sana. Meninggalkan Jayden yang terlihat geram.
"Sial!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
nurcahaya
hahaha bgus ze bljar dri masa lalu
2023-05-05
0
fitriyana
senjata makan tuan niat hati leli ingin membuat zifana sakit perut mlh suaminya yg kena 🤭🤭
2023-04-18
2
nurlela sp
lanjut thor, seru
2023-04-05
0