Zifana-11

Zifana menghempaskan tubuhnya di ranjang dan menangis sejadinya. Pintu kamar sengaja ia kunci agar tidak ada yang masuk. Bahkan ketika ada yang mengetuk pintu pun, Zifana tidak akan membukanya. Wajah gadis itu terbenam di bawah bantal agar tangisannya tidak terdengar sampai keluar. 

Ia membenci dirinya sendiri. Merasa diri sudah kotor. Di zaman seperti ini mungkin berciuman adalah hal yang lumrah, tetapi tidak untuk seorang Zifana. Meskipun ia kuliah jauh dari orang tua, tetapi ia tidak ikut dalam pergaulan bebas yang sering dilakukan oleh teman-temannya. Bahkan, Jayden pun sama sekali tidak bisa mencium Zifana dan hal itulah yang membuat lelaki itu berselingkuh. 

Kini, Zifana menangis karena merasa telah ternoda. Lelaki brengsek itu sudah mengambil ciuman pertamanya. Ciuman yang seharusnya menjadi milik suaminya. Mungkin sikap Zifana terkesan berlebihan, tetapi itulah Zifana yang polos. 

Terus menangis membuat Zifana akhirnya ketiduran. Bahkan, ketika makan malam pun Zifana sama sekali tidak keluar kamar hingga membuat seluruh anggota keluarganya menjadi curiga. 

Joshua pun segera menghubungi Jason dan mengajaknya untuk bertemu. Ia harus mengetahui dengan pasti apa yang menyebabkan adiknya mengurung diri di kamar karena belakangan ini, yang membuat Zifana merasa kesal hanyalah Jason. 

"Kenapa, Jo?" tanya Jason santai. Seolah tidak menaruh curiga apa pun. 

"Apa kau melakukan sesuatu kepada adikku, Son? Karena ada yang berbeda dengannya," tanya Joshua tanpa basa-basi. Sembari mendes*hkan napas ke udara secara kasar untuk mengurangi kegelisahan hatinya. 

"Berbeda bagaimana? Tidak ada masalah apa pun. Adikmu hanya minta pulang naik taksi, aku sudah memaksa agar pulang bersamaku, tapi dia sangat ngeyel. Ya sudah kubiarkan saja meski aku mengekor di belakang secara diam-diam." Wajah Jason mulai terlihat kesal. Semua bayangan itu kembali mengusik pikirannya. "Jo, apa adikmu memiliki kekasih?" 

Kening Joshua mengerut dalam ketika mendengar pertanyaan dari sahabatnya. "Tidak. Yang kutahu, Zifana sama sekali tidak memiliki kekasih. Memangnya kenapa?" 

"Aku lihat adikmu berciuman dengan lelaki yang entah aku sendiri tidak mengenalnya," ujar Jason. 

Mata Joshua terbelalak lebar. Ia bahkan memegang kedua bahu sahabatnya cukup kuat. "Apa kau tidak salah lihat?" 

"Tidak," sahut Jason cepat. "Aku bahkan masih mengingat jelas wajah lelaki itu. Tampan, sih. Tapi lebih tampan aku." Lelaki itu tergelak keras hingga membuat Joshua makin merasa kesal. 

"Dasar kau! Sekarang katakan padaku, seperti apa lelaki itu," perintah Joshua. 

Jason pun memberikan ciri-ciri Jayden dengan gamblang. Setelahnya, ia terkejut ketika Joshua sudah menggebrak meja dengan sangat kencang hingga mengalihkan perhatian beberapa orang yang berada di sana. 

"Kau kesurupan, Jo?" tanya Jason terheran. 

"Son, harusnya kau pukul dia sampai babak belur. Berdasar ciri-ciri yang kau katakan, dia itu mantan adikku. Yang udah berselingkuh bahkan sampai menghamili anak orang. Pantas saja Zifana mengurung diri di kamar karena setahuku, Zifana belum pernah berciuman meskipun sudah tiga tahun pacaran dengannya," jelas Joshua. 

Tubuhnya serasa lemah dalam beberapa saat. Ia yakin, pasti adiknya sedang sangat frustrasi sekarang ini. 

"Dari mana kau tahu kalau adikmu tidak pernah berciuman? Apa kau bersamanya selama dua puluh empat jam?" Jason sungguh pintar membuat sahabatnya makin kesal.

"Tentu saja aku tahu meskipun tidak bersamanya selama dua puluh empat jam. Aku sudah sangat paham bagaimana adikku." Joshua mulai naik pitam. 

Ia pun menceritakan tentang kebrengsekan Jayden. Tentang bagaimana lelaki itu menyakiti hati Zifana. Jason yang mendengar pun ikut merasa geram. Ingatannya kembali ke saat dirinya memergoki Zifana yang sedang berteriak di danau. Pantas saja waktu itu Zifana terlihat sangat geram. 

"Kalau begitu, aku bantu kau, Jo." 

"Memangnya apa yang bisa kau bantu?" tanya Joshua heran. Apalagi saat melihat senyuman licik di bibir Jason. 

"Kau tidak perlu tahu, yang terpenting rasa sakit yang ditorehkan untuk adikmu itu, bisa terbalaskan." Jason berbicara dengan sangat yakin. 

Joshua pun memukul lengan sahabatnya cukup kencang. "Dasar kau! Jangan bilang jiwa berandalanmu akan kembali hidup. Kalau sampai itu terjadi, aku akan sangat senang, Son. Itu artinya kau sudah bisa move-on dan ikhlas akan kepergian tunanganmu." Joshua tersenyum senang, berbeda dengan Jason yang justru menghela napas panjang. 

"Aku belum sepenuhnya yakin bisa melupakan Arini. Dia sangat istimewa untukku, Jo." Jason mengusap wajah untuk menghalau cairan bening yang hendak keluar dari sudutnya. 

"Sabarlah, aku yakin suatu saat kau akan menemukan kebahagiaan meskipun bukan dengan Arini." 

Terpopuler

Comments

nurcahaya

nurcahaya

dan gantinya size ya son

2023-05-04

0

Tri Handayani

Tri Handayani

lanjut thorrrr....

2023-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!