"Akhirnya."
Zifana mengembuskan napas lega saat jam makan siang sudah tiba. Setidaknya selama satu jam ke depan ia terbebas dari lelaki menyebalkan di depannya. Semangkok bakso berkuah panas dan pedas yang begitu menggugah selera membuatnya merasa tidak sabar ingin segera menyantapnya.
Aih, jadi lapar.
Stop tentang makanan.
Dengan gegas Zifana merapikan berkas-berkas di meja dan menyimpan ponsel di dalam saku blazzer. Setelahnya, ia pun bangkit berdiri dan hendak pergi dari sana. Namun, tidak semudah itu, Wahai Esmeralda.
"Kau mau ke mana?" tanya Jason tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputer. Membuat langkah Zifana yang baru berjarak sepuluh centi dari meja pun terhenti saat itu juga.
"Tentu saja makan siang. Ini sudah waktunya istirahat. Kau tahu, perutku sangat lapar!" timpal Zifana ketus. Tangannya berkacak pinggang tanpa sedikit pun menaruh rasa hormat kepada bosnya.
"Tetaplah di mejamu karena sebentar lagi Rizal akan datang untuk membawa makan siang untukmu," perintah Jason.
Zifana mendelik tidak percaya mendengar perintah itu. "Kau yang benar saja!"
"Tentu saja aku selalu benar. Lima menit lagi Rizal datang. Jadi, tetaplah di situ dan kau tidak perlu melotot seperti itu. Apa kau tidak takut bola matamu copot?"
Zifana terpaku lalu mengerutkan kening. Jason sejak tadi terlihat fokus pada layar komputer, tetapi bagaimana bisa lelaki itu mengetahui kalau ia sedang melotot. Pandangan Zifana pun memindai seluruh ruangan dan bergidik ngeri. Namun, ia mendengkus kasar setelahnya saat menyadari ada CCTV di ruangan itu.
Ia tahu, apa yang sedang diperbuat dan dilihat oleh sang bos.
Menjengkelkan!
***
"Zi, tunggu aku, Zi!"
Zifana merasa geram. Ia berencana pulang sendiri menggunakan taksi karena ingin menghindari Jason. Namun, bak keluar dari lubang macan dan masuk ke lubang buaya, ia justru harus bertemu dengan Jayden.
Lelaki yang sangat ia hindari.
Sebisa mungkin Zifana menjauh dari Jayden, tetapi lelaki itu justru terus mengejarnya. Bahkan, terus memohon kepada Zifana. Ketika Zifana hendak masuk ke mobil, secepat kilat Jayden mencekal tangan gadis itu.
"Tunggu aku, Zi! Apa kau memang sudah tidak sayang padaku lagi?" tanya Jayden begitu menuntut jawaban.
Zifana menghempaskan tangan lelaki itu dengan kuat dan langsung menatapnya tajam. "Sejak kulihat kau bercumbu dan bahkan menghamili sahabatku, sejak itu pula perasaanku kepadamu sudah mati, Jay!"
"Tapi, Zi ... aku benar-benar menyesal. Kupikir sekarang kau lebih baik daripada Leli," kata Jayden masih berusaha untuk terus merayu.
"Masa? Kau yakin? Lalu kenapa dulu kau bilang bahwa Leli lebih baik daripada aku? Bahkan, ia selalu ada di saat kau butuh dan memenuhi apa yang kau mau? Kenapa sekarang kau jadi plinplan, Jay?" Zifana menarik sebelah sudut bibirnya. Tersenyum sinis ketika melihat raut wajah Jayden yang mendadak berubah.
"Zi ... itu dulu ...."
"Ah, kalau dipikir-pikir, mungkin sekarang Leli sedang hamil tua. Apa kau tidak malu pada selingkuhanmu dan calon anakmu kalau kau masih mengejar-ngejar mantan terindahmu? Itu menandakan kalau kau belum bisa move-on, Jay!" Zifana tidak takut. Ia justru mulai pintar memanasi suasana.
"Sekarang kau sudah berani padaku, Zi?" Jayden mulai terlihat geram. Sorot matanya mulai menajam, bahkan urat-urat di lehernya mulai terlihat mengencang.
"Memangnya kau pikir aku takut? Tidak, Jay! Selama ini aku memang menghindar darimu karena muak! Bukan karena takut. Lagi pula, buat apa aku takut, sedangkan aku sama sekali tidak bersalah?" Zifana menatap menantang. Tanpa rasa takut sedikit pun hingga membuat Jayden merasa kian geram.
Zifana mendelik tajam ketika Jayden menangkup wajahnya dan bahkan sudah mencium bibirnya. Gerakan itu membuat Zifana mematung untuk beberapa saat karena itu merupakan ciuman pertamanya. Gadis itu tidak menyadari kalau dari seberang jalan, ada seorang lelaki yang menatap lekat ke arah mereka dengan tangan terkepal kuat. Lelaki itu pun pergi bahkan sebelum Zifana selesai berciuman.
Setelah kesadaran Zifana kembali, gadis itu langsung mendorong tubuh Jayden dengan kasar. Bahkan, tak ayal sebuah tamparan keras mendarat di pipi Jayden hingga wajah lelaki itu terdorong ke samping.
"Brengsek!" umpat Zifana. Kedua matanya yang terlihat berkaca-kaca, menyorotkan kemarahan dan kekecewaan yang teramat dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
kalea rizuky
salah sendiri bodoh qm zi
2025-04-08
0
nurcahaya
kasian zi first kiss e diambil jeylong
2023-05-04
0