Sungguh Zifana merasa sangat kesal. Bagaimana bisa lelaki yang akan menjadi bosnya adalah lelaki yang ia temui di danau kala itu. Lelaki cerewet yang menyebalkan. Awalnya Zifana hampir melupakan wajah lelaki itu, tetapi ketika mendengar suaranya, membuat ia seketika mengingat omelannya.
"Bagaimana bisa kau—"
"Tentu saja bisa." Jason menyela ucapan Zifana. "Aku tidak menyangka kalau adik dari seorang Joshua ternyata bar-bar. Bahkan, aku masih ingat semua kata-kata kasar dari bibirmu, Nona."
"Itu karena aku sedang sangat marah. Jadi, wajar kalau aku mengumpat." Zifana berusaha membela diri. "Lagi pula, aku bukan mengumpatimu. Jadi, tidak masalah bukan?"
"Memang tidak, tapi bagaimana kalau ternyata Joshua mengetahui bahwa adiknya senang berbicara kasar. Karena yang aku tahu, Joshua yang seorang lelaki saja, sangat kalem dan tidak pernah berbicara sekasar itu," ucapnya masih terus berusaha memanasi Zifana. Melihat wajah gadis itu yang dipenuhi dengan kekesalan seolah menjadi hiburan tersendiri bagi Jason.
"Aku belum juga mulai bekerja, tapi kau sudah membuatku kesal seperti ini. Lebih baik, aku tidak jadi bekerja di sini. Aku mau pulang saja." Zifana berbalik dan hendak pergi dari sana. Ia tidak mau bekerja di tempat lelaki menyebalkan itu.
"Tidak apa. Silakan keluar karena pintu ruangan ini masih belum berpindah," kata Jason disertai tawa meledek.
Zifana pun bertekad untuk keluar. Namun, saat ia mendengar lelaki itu sedang menelepon sang kakak, seketika langkah Zifana terhenti di ambang pintu.
"Tidak, Jos. Adikmu bilang, aku terlalu tampan. Jadi, dia takut tidak sanggup kalau terus berada di dekatku."
Zifana berbalik bahkan sudah berkacak pinggang. Ia pun mendelik ke arah Jason yang sedang terkekeh. Dengan langkah lebar, Zifana mendekati meja Jason dan bahkan tanpa takut langsung menggebraknya cukup kencang. Hingga lelaki tampan yang sejak tadi bersama mereka pun terkejut.
Berani sekali Nona ini menggebrak meja Tuan Jason. Apa dia tidak takut akan digantung Tuan Jason?
"Dasar tukang ngadu! Tukang fitnah! Tukang cilok! Seblak! Eh, aku laper!" Zifana menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Ia membodohi dirinya sendiri karena bisa-bisanya salah mengomel seperti itu. "Arrggh!! Kenapa malah jadi sebut nama makanan."
Bukan kemarahan atau bentakan yang dilakukan oleh Jason atas sikap Zifana yang kurang ajar. Melainkan gelakan tawa yang menggelegar. Membuat Zifana langsung terbengong saat ini juga. Ia merasa kalau calon bosnya ini memiliki kelainan. Atau mungkin jiwanya terganggu.
"Kau terlihat sangat cantik ketika sedang mengomel seperti itu, Nona. Tidak salah Joshua memintamu bekerja di sini," ujarnya. Bibirnya terlihat menyeringai hingga membuat Zifana merasa tidak baik.
"Zal, ajak dia ke mejanya dan tunjukkan padanya apa saja yang harus dilakukan selama menjadi sekretarisku," perintah Jason.
Lelaki yang bernama Rizal itu mengangguk mengiyakan lalu mengajak Zifana menuju ke meja kerja yang tidak jauh dari meja Jason.
Zifana ingin sekali keluar dari sana, tetapi lelaki itu selalu saja punya segala cara untuk bisa membuat Zifana tetap bekerja di tempat itu. Bahkan, Jason selalu memberi ancaman kepada Zifana.
Sial banget nasib gue! Harus ketemu lelaki kaya gitu. Gerutu Zifana dalam hati.
***
Zifana pikir, dengan bekerja di kantoran. Akan membuat ia menjadi gadis yang cantik dan berkelas. Nyatanya tidak. Justru seharian ini Jason membuat hidup Zifana seperti berada di 'neraka'. Lelaki itu sungguh sangat cerewet, hal kecil saja memberi perintah hingga Zifana merasa kalau dirinya lebih pantas disebut sebagai office girl.
Menyebalkan bukan!
"Kenapa kau cemberut gitu, Zi?" tanya Joshua saat adiknya baru masuk mobil.
"Abang, aku mau pindah kerja aja lah. Temen Abang nyebelin banget. Rasanya pengen aku remes buat jadi perkedel!" Zifana merem*s jari-jarinya sendiri karena gemas saat teringat seharian bersama dengan Jason.
Ah, kenapa Jason dan Joshua harus memiliki nama yang mirip. Seperti nama untuk anak kembar. Ini menyebalkan! Bahkan, Jayden pun juga.
"Kau belum mengenal dia saja, Zi. Dia itu sebenarnya baik cuma agak cerewet," kata Joshua.
"Bukan agak, tapi emang cerewet, Bang! Nyebelin!" timpal Zifana kesal.
"Sudahlah, ntar kau akan terbiasa dengan sikap dia." Joshua masih berusaha merayu, sedangkan Zifana hanya diam karena merasa malas untuk berdebat.
Mau beradu pendapat seperti apa pun, bagi Joshua, sahabatnya memiliki sikap yang baik, sedangkan bagi Zifana, Jason itu menyebalkan!
Semua orang bebas berpendapat dan menilai sesuatu atau seseorang sesuai dengan pandangan masing-masing.
Belum juga mobil Joshua sampai di rumah, ia terpaksa mengerem secara mendadak ketika ada mobil yang berhenti tiba-tiba di depannya. Mereka tahu, mobil siapakah itu. Mobil yang sama persis dengan milik Joshua.
Zifana menghirup napas dalam karena merasakan dadanya panas dan bergemuruh hebat, sedangkan Joshua terlihat mencengkeram setir kemudi dengan kuat.
"Bang, pergi aja. Aku males lihat wajah dia," perintah Zifana.
"Kau tunggu di sini saja, Zi. Biar Abang yang turun dan temui cowok brengsek itu." Joshua melepas sabuk pengaman lalu turun dari mobil dan langsung berhadapan dengan Jayden.
"Bang ...."
Bug!
"Arrggh!" Jayden mengerang ketika sebuah pukulan dari Joshua tepat mengenai wajahnya. Belum juga siap, Jayden harus kembali mengerang ketika tendangan Joshua tepat mengenai ulu hatinya.
"Brengsek!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
nurcahaya
memang abang selalu jdi garda terdepan buat bela adiknya
2023-05-04
0
Bayu Chandri
sikap tegas e aku suka tinggal zifana e yg GK terbuka Ama ortu
2023-05-01
0