Indah sebenarnya belum lama ini sudah menyaksikan makhluk-makhluk menyeramkan seperti itu. Tapi saat melihat mereka kembali dia masih saja merasakan horor.
Meski dalam keadaan takut, tapi otaknya masih bisa diajak berpikir.
Dia mengetahui dan meyaksikan dengan jelas kalau 12 Pasukan Siluman Topeng Merah yang hampir membunuh dia dan Shofie sudah mati semua. Namun sekarang dia melihat makhluk yang serupa.
Apakah mereka bisa hidup kembali? Kenapa mereka bisa muncul lagi? Atau yang ada sekarang adalah pasukan yang lainnya? Atau bagaimana Indah belum bisa menemukan jawaban yang pasti.
Kejadian-kejadian yang dialaminya sejak tadi hingga sekarang sungguh susah dicerna oleh akal sehat.
Sementara ketiga temannya tidak usah dibilang lagi. Wajah-wajah cantik mereka seketika makin menegang, memucat akibat menyaksikan penampakan menyeramkan itu. Mereka hampir saja menjerit histeris kalau tidak cepat membekap mulut mereka masing-masing.
Mereka sebenarnya gadis-gadis pemberani yang memiliki ilmu beladiri. Itu kalau berhadapan dengan manusia. Tapi kalau berhadapan dengan penampakan menyeramkan seperti itu, siapa pun akan merasakan takut.
Tidak terkecuali dengan Jenderal Yusuf dan seorang lelaki tua yang ternyata Wakil Presiden Hidayat Adhitomo serta kedua orang muda yang tak lain adalah 2 ajudan sang wakil presiden.
Sampai-sampai mereka terlonjak ke belakang saking terkejut ketakutan. Namun kedua pengawal itu segera mengambil pistol mereka dari balik jas mereka.
Lalu yang seorang mengacungkan pistolnya ke depan serambi, sedangkan yang seorang mengacungkan pistolnya ke arah 3 sosok Pasukan Siluman Topeng Merah yang berada di samping kanan.
Sementara 2 orang lelaki paruh baya yang sepertinya 2 pengusaha konglomerat masih tetap di tempat seraya menatap tajam 3 sosok Pasukan Siluman yang ada di depan serambi.
Namun tidak lama kemudian, tiba-tiba kesembilan sosok menyeramkan itu berkelebat amat cepat. Saking cepatnya gerakan mereka sehingga seperti menghilang saja.
Empat personil Geng Red Blue 8 jelas tidak melihat kelebatan 9 Pasukan Siluman itu. Sehingga mereka menyangka makhluk-makhluk itu seketika menghilang yang membuat mereka terkejut.
Sama juga yang dirasakan oleh Pak Menhan dan Pak Wapres dan kedua ajudannya. Mereka terkejut bukan main tiba-tiba sosok-sosok menyeramkan itu menghilang bagai ditelan bumi.
Sedangkan kedua pengusaha kaya itu jelas dapat melihat kelebatan 9 Pasukan Siluman itu. Dan ke arah mana mereka pergi. Lalu dengan segera mereka memandang ke satu arah sekitar 30 meter lebih dari serambi.
Di situ ternyata sudah berdiri sekitar 18 Pasukan Siluman Topeng Merah; 12 sosok bersabuk coklat yang berdiri paling belakang, 6 sosok bersabuk hitam. Sedangkan di depan sendiri berdiri sang pemimpin.
Dia adalah seorang lelaki muda berambut panjang sepunggung. Pakaiannya hampir semodel dan sewarna dengan anak buahnya, hanya saja tak bertudung.
Kepalanya dilingkari ikat kepala dari bahan logam pipih dan berukir warna perak. Di depan ikat kepala itu terdapat ukiran berbentuk tengkorak warna merah.
Sabuknya dari logam berwarna perak dan di tengahnya juga terdapat ukiran berbentuk tengkorak warna merah. Pedang panjangnya tercantel di sabuk sebelah kiri.
Sepasang matanya yang tajam menatap tak berkedip orang-orang yang ada di serambi belakang itu.
Sementara 4 orang aparat negara tampak masih celingukan seakan mencari ke mana perginya Pasukan Siluman Topeng Merah tadi. Lalu mereka segera mendekat ke tempat dua pengusaha berdiri.
"Pak Hendra, ke mana perginya para siluman tadi?" tanya Jenderal Yusuf.
"Mereka sudah ada di sana, Tuan Jenderal," sahut seorang lelaki berjas hitam berdasi merah sambil menunjuk ke arah di depan sana. Dia bernama Pak Hendra.
Jenderal Yusuf dan Pak Wapres serta kedua ajudannya langsung memandang ke arah yang ditunjuk Pak Hendra barusan. Diikuti oleh Annisa dan Stella.
Sedangkan Indah dan Andhini sepertinya sudah tahu keberadaan Pasukan Siluman. Terbukti pandangan mereka terus menatap ke arah yang ditunjuk Pak Hendra sejak tadi.
★☆★☆
Tidak bisa tidak Jenderal Yusuf dan ketiga rekannya terkejut untuk kesekian kalinya saat melihat begitu banyak sosok-sosok makhluk menyeramkan di sana. Mereka sebenarnya dari mana masih merupakan tanda tanya besar di benak mereka.
Namun seakan tersadar akan sesuatu, Wakil Presiden langsung memerintahkan salah satu ajudannya untuk meminta bantuan. Dan sang ajudan segera melaksanakan perintah, langsung mengambil smartphone-nya.
Namun betapa terkejutnya si ajudan kalau dia tidak bisa menghubungi siapa pun, baik melalui jaringan celuler maupun jaringan biasa.
Meski sudah diperintah lagi oleh sang wapres dan sudah beberapa kali dia coba, tetap tidak bisa menghubungi siapa pun. Dan begitu dia melihat hpnya, sang ajudan terkejut karena hpnya tidak ada koneksi jaringan.
Ajudan yang satunya juga mencoba melakukan hal yang sama, namun tetap nihil. Sehingga semua orang kembali dikecam ketegangan, kebingungan, keheranan, kehororan.
Melihat perbuatan orang-orang di serambi sana, sang pemimpin langsung tertawa cukup keras. Kedengarannya cukup menyeramkan dan penuh penghinaan. Lalu terdengar dia berkata bernada dingin cukup menakutkan.
"Jenderal! Tempat ini sudah kami segel dengan mantra ghaib. Tidak ada satu pun yang bisa keluar dan tidak ada satu pun yang bisa masuk. Sampai pun jaringan telepon."
Keempat gadis itu buru-buru memeriksa handphone mereka, dan mendapati kalau jaringan hp mereka tidak ada. Setelah itu mereka langsung bertatapan satu sama lain.
"Siapa kalian?" tanya Wakil Presiden Hidayat dengan suara cukup keras memberanikan diri, karena sudah gregetan dengan peristiwa aneh ini. "Apa mau kalian? Kenapa mengacau di sini?"
"Memang ada baiknya sebelum membunuh kalian semua kami memberitahukan siapa kami," kata sang pemimpin bernada dingin sambil menyeringai.
"Dengarkan kalian semua!" lanjutnya. "Kami adalah Pasukan Siluman Topeng Merah. Kami datang ke mari untuk membunuh kalian semua!"
"Kami tidak tahu siapa kalian ini," kata Jenderal Yusuf mulai berani dan mulai naik darah. "Tahu-tahu datang ke mari dengan membunuh secara serampangan. Apa masalah kami dengan kalian?"
"Ketahuilah oleh kalian!" kata sang pemimpin dengan nada angkuh penuh peremehan. "Kami ditugaskan untuk membunuh anjing-anjing negara seperti kalian!"
"Sekarang tidak ada waktu lagi untuk bicara. Bersiaplah untuk mati!"
Setelah berkata bernada ancaman, pemuda berwajah bengis itu bersiap-siap memerintahkan anak buahnya untuk menyerang.
Tapi belum juga tangannya bergerak mengibas ke depan, tiba-tiba saja meluncur dengan cepat sebuah benda memanjang berwarna merah. Benda merah yang sepertinya sesosok tubuh itu melesat hendak menghantam sang pemimpin.
Terpaksa tangan kanan yang sudah terangkat setengah itu dengan cepat mencabut pedangnya. Secepat mencabut pedang, secepat itu pula dia menebaskan pedangnya 2x ke atas.
Craaasss! Craaasss!
"Aaa....!"
Maka tanpa ampun sesosok tubuh yang meluncur tadi langsung terpotong menjadi 3 bagian. Bahkan sebelumnya terdengar jeritan kematian yang memilukan hati. Lalu menyusul 3 potong tubuh itu jatuh ke atas paving dengan cukup keras.
Sedangkan darah kembali mengalir berceceran membasahi pelataran serambi kediaman Jenderal Yusuf.
Begitu sang pemimpin mengamati sesosok tubuh yang dibunuh itu, betapa terkejutnya dia. Sesosok tubuh yang tergeletak di atas paving itu adalah salah satu anggota Pasukan Siluman. Berarti anak buahnya.
Segera dia memandang dengan cepat ke atas wuwungan atap serambi di mana tubuh seorang anak buahnya dilontarkan dari arah situ.
Di situ ternyata sudah berdiri kokoh dan mantap sesosok tubuh yang serba hitam dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Sosok itu berambut hitam lurus sedikit panjang. Sebagian anak rambut depannya menyamarkan wajahnya yang agak tebal warna hitam mengkilap. Raut wajahnya begitu datar tanpa ekspresi, dingin serta menyeramkan.
Tubuhnya yang tegap terbungkus pakaian panjang hingga mata kaki dari bahan kulit berwarna hitam. Pakaian bagian atas agak ketat. Sedangkan bagian bawah sedikit longgar dan terbelah bagian depan dari perut terus ke bawah.
Di pinggangnya terlilit sabuk dari logam warna hitam metalik. Bagian tengah depan sabuk itu terdapat 2 ukiran berbentuk naga saling berhadapan. Di pundak kanannya tersembul gagang pedangnya yang berbentuk kepala naga berwarna hitam.
Sikap berdirinya begitu tenang, kedua tangannya bersedekap di dada bidangnya. Sepasang matanya yang berbentuk dan berwarna aneh menatap tajam Pasukan Siluman Topeng Merah.
★☆★☆
Bukan main geramnya sang pemimpin melihat sosok misterius itu. Dia sudah bisa meraba kalau kehadirannya pasti akan menghambat tugas mereka.
"Siapa kau, Keparat?" bentak sang pemimpin dengan keras bernada geram. "Turun dari situ!"
Tentu saja Jenderal Yusuf serta ketiga rekannya terkejut heran dengan tingkah sang pemimpin itu. Tidak terkecuali dengan 4 personil Red Blue 8.
Pemuda berwajah bengis itu memandang ke mari tapi bukan ke arah mereka. Seperti memandang ke atas atap. Memandang orang yang diajak bicara yang entah siapa.
"Dia bicara sama siapa?" gumam Jenderal Yusuf dalam kejutnya, entah bertanya pada siapa.
"Sepertinya ada lagi yang datang, Tuan Jenderal," kata Pak Hendra seakan memberi tahu.
"Siapa lagi?" Pak Wapres yang bertanya.
Belum sempat Pak Hendra menjawab terdengar lagi bentakan sang pemimpin yang keras.
"Hei, Sialan! Apa kau bisanya cuma berdiri di situ tanpa bisa turun? Atau nyalimu sudah ciut mendengar suaraku?"
Sosok misterius serba hitam berwajah datar itu tidak menjawab pertanyaan itu. Tapi dia seketika melenting ke depan dengan cepat. Kemudian tubuh tingginya meluncur turun dengan tenang, dengan ringan, dengan indah.
Semua orang yang ada di serambi bisa melihat jelas sosok misterius yang meluncur turun dengan ringan itu. Mereka terus saja memperhatikan sosok misterius itu hingga sepasang kakinya dengan ringan tanpa suara mendarat di atas paving.
Meski mereka dapat melihat bentuk sosok misterius itu, tapi cuma bagian belakang yang cuma warna hitam yang terlihat. Jelas mereka amat penasaran rupa bagian depan sosok misterius itu.
Tampak 4 gadis itu maju hingga ke bibir serambi, tak jauh di samping 2 pengusaha kaya. Maksud perbuatan mereka adalah ingin melihat lebih dekat lagi sosok sang misterius itu. Perbuatan mereka jelas diketahui oleh dua pengusaha dan juga yang lainnya.
Namun sepertinya mereka tidak menghiraukan kehadiran 4 gadis itu. Urusan sekarang lebih penting ketimbang memperdulikan kehadiran mereka. Ditambah lagi kemunculan sosok misterius yang amat misterius itu.
Seolah sepakat benak mereka membetik sebuah pertanyaan.
Siapa lagi sosok misterius ini?
★☆★☆
Tampak sosok misterius itu sedikit menoleh ke belakang, terus berkata pelan. Tapi kedengarannya begitu serak dan berat bagai suara dalam dan agak besar atau gede.
"Tuan Jenderal. Kediaman Tuan sudah saya amankan dengan mantra pelindung. Jadi, saya harap jangan biarkan seorang pun yang keluar dari kediaman Tuan."
Betapa horornya keempat gadis itu mendengar suara sosok misterius yang begitu menyeramkan. Tapi mereka yakin kalau sosok itu adalah laki-laki.
Sedangkan Pak Menhan maupun Pak Wapres jelas bingung akan apa yang dikatakan orang itu. Terus Jenderal Yusuf langsung menanyakan kepada Pak Hendra dan Pak Bambang, pengusaha kaya yang satunya, apa maksud ucapan orang itu?
Kemudian Pak Hendra menerangkan bahwa kediaman Pak Menhan sudah dilindungi semacam pagar pelindung. Apa pun selain udara tidak bisa masuk. Tapi kalau yang dari dalam bisa keluar. Makanya orang misterius itu memperingatkan akan hal tersebut.
Tampak Annisa maju dan menjulurkan tangannya ke depan. Dan langsung mendapati perkataan papanya Shofie itu benar.
Begitu telapak tangannya yang halus seperti menyentuh batas antara dua buah pilar serambi, seketika tampak dinding bening berwarna kuning. Semua orang dapat melihat dinding mantra itu.
Sementara sosok misterius itu, tanpa menghiraukan keheranan semua orang yang ada di serambi, dia melangkah dengan cukup cepat menuju Pasukan Siluman Topeng Merah.
Begitu tinggal 15 meter lagi di hadapan sang pemimpin, sosok lelaki itu berhenti. Tapi belum puas telapak sepatu hitamnya terinjak ke atas paving, sang pemimpin kembali membentak garang.
"Siapa kau? Kenapa mencampuri urusan kami?"
"Siapa aku tidak penting," kata lelaki itu bersikap tenang, tapi suara seramnya membuat orang tidak tenang. "Yang jelas kedatanganku ke sini bukan sekedar mencegat perbuatan kalian, tapi sekaligus membunuh kalian semua."
"Rupanya kau masih belum sadar kalau sedang berhadapan dengan Pasukan Siluman Topeng Merah," dengus sang pemimpin makin menggeram.
"Maaf, Kawan," kata orang itu lagi yang sebenarnya bernada santai, "terpaksa aku membunuh duluan 12 anak buahmu yang ada di depan. Habisnya... mereka sudah membunuh semua prajurit penjaga dan semua Pasukan Pengawal Wakil Presiden."
Semua orang yang ada di serambi mendengar ucapan lelaki berwajah seram itu. Jelas mereka terkejut akan perkataannya.
Lebih terkejut lagi Jenderal Yusuf dan Wapres Hidayat. Mereka tidak menyangka kalau Pasukan Siluman sudah begitu banyak membunuh prajurit.
Sementara sang pemimpin, mendengar ucapan lelaki serba hitam itu tentu saja terkejut. Dia tidak menyangka kalau lelaki misterius itu bisa muncul di tempat ini.
Padahal seluruh areal kediaman Menteri Pertahanan sudah mereka segel dengan Tudung Ghaib Merah. Sebuah mantra penyegel yang menyebabkan apa saja kecuali udara tidak bisa masuk ke sini dan tidak bisa keluar dari sini seperti ucapannya tadi.
Kalau orang itu bisa masuk tentu dia memiliki ilmu yang amat hebat. Kalau sudah begitu tentu orang itu akan menggagalkan tugas mereka.
"Apa kamu heran aku bisa menembus Tudung Ghaib Merah?" kata sosok itu seakan bisa membaca pikiran sang pemimpin.
Sang pemimpin tidak bisa menahan keterkejutannya mendengar ucapan itu.
★☆★☆★
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
سنم
👍👍👍👍
2023-04-05
1