Apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang dilihat Indah sehingga membuatnya terkejut seakan tidak percaya dengan pandangan matanya?
Seketika semua mayat Pasukan Siluman Topeng Merah langsung hancur menjadi serpihan-serpihan kecil warna merah darah. Kejadiannya hampir bersamaan.
Bukan hanya mereka saja yang tiba-tiba hancur entah dengan sebab apa, bahkan pedang-pedang mereka pun ikut hancur berkeping-keping pula. Dan warnanya sama, merah darah.
Beberapa detik kemudian serpihan-serpihan itu langsung berantakan. Lalu lenyap tanpa bekas seakan tersedot ke dalam bumi.
Sungguh pemandangan yang membagongkan!
Ternyata bukan cuma Indah saja yang menyaksikan fenomena aneh itu. Shofie juga tanpa sengaja melihatnya. Sampai-sampai dia keluar dari mobil, terus mendekat ke salah satu mayat yang sudah jadi serpihan.
Entah mendapat keberanian dari mana gadis feminim itu?
Tapi belum juga dia sampai ke tujuan, serpihan-serpihan itu sudah lenyap. Dan begitu dia sampai di situ, agak ke tengah jalan aspal, serpihan-serpihan itu sudah lenyap.
Lalu dengan cepat dia berjongkok, terus mengusapkan telapak tangan kirinya ke permukaan aspal, tempat salah satu mayat tadi tergeletak.
Tapi begitu Shofie mengamati telapak tangannya itu, dia tidak merasakan apa-apa, tidak mengendus apa-apa, tidak melihat apa-apa selain telapak tangannya sendiri.
Lalu dia menengok ke arah gadis cantik berbaju biru tadi setelah berdiri kembali. Bersamaan pula Indah melakukan hal yang sama.
Namun bertapa kagetnya mereka mendapati gadis itu tidak ada lagi di tempatnya. Sudah lenyap bagai ditelan bumi saja. Kapan perginya sungguh mereka tidak menyadarinya. Padahal posisi gadis tadi berdiri tidak terlaku jauh dari mereka.
Padahal ekor mata Shofie masih sempat melihat si gadis saat keluar dari mobil. Sungguh mengherankan!
Malam ini mereka memang dirundung kejadian-kejadian aneh. Mobil Shofie tiba-tiba saja mogok, bertemu dengan makhluk-makhluk menyeramkan yang ternyata manusia siluman, bertemu dengan gadis aneh.
Sedianya mereka sebenarnya hendak pergi ke pesta ultah teman sekelas sekaligus sesama anggota geng mereka. Siapa sangka mereka dirundung dengan kejadian-kejadian yang membagongkan itu.
Selagi mereka larut dalam pikiran masing-masing, tiba-tiba saja keadaan kembali seperti semula. Hingar-bingar suara kendaraan bermesin langsung meributi suasana. Membuat mereka amat terkejut.
Lebih mengejutkan lagi apa yang terjadi dengan Shofie. Begitu dia menoleh dan menghadap ke belakang, tahu-tahu sebuah motor yang melaju cukup kencang sudah berada 4 meter lagi di depan matanya, melintas di jalur berdirinya.
Sebenarnya Shofie ini bukanlah gadis yang lemah. Dia juga punya ilmu beladiri, yaitu taekwondo. Secara logika dia bisa menghindari motor itu.
Namun karena kaget bercampur panik, lagi suasana hatinya yang masih kacau, dia menyimpang dari logika. Dia hanya bisa terpaku diam di tempatnya sambil menjerit histeris.
"Aaa...!"
Sementara si pengendara motor yang belum jelas laki perempuannya tentu terkejut bukan main, tiba-tiba ada orang dalam lintasan motornya. Dan sekarang jarak antara motornya dengan gadis di depannya itu sudah kurang dari 3 meter.
"Awas, Shofie!" seru Indah cukup keras memperingatkan.
Dengan cepat Indah menghambur ke arah Shofie. Sedangkan si pengendara motor langsung menekan rem depan berbarengan dengan rem belakang.
Namun meski kedua remnya tertekan dengan pakem, karena laju motornya tadi cukup kencang, motornya tetap bergerak maju dengan kedua ban yang terseret di badan aspal, menimbulkan bunyi mendecit menggiriskan hati.
Sementara Indah, begitu sudah meraih tubuh Shofie, langsung ditarik, dibawa ke pinggir jalan dengan cepat.
Hampir bersamaan motor yang masih terseret bannya itu melintas di tempat berdirinya Shofie tadi. Itupun masih terus bergerak maju hingga 1 meter di belakang Shofie.
Kalau saja Shofie tidak cepat diselamatkan Indah, dia pasti tertabrak motor itu. Meski tidak parah tapi cukup sakit juga.
★☆★☆
Setelah memperbaiki perasaannya yang sempat kaget, si pengendara dengan cepat menepikan motornya di pinggir jalan. Dan berhenti di depan mobil Shofie berjarak 4 meter.
Setelah menurunkan standar satu, menekan semacam tombol di motornya hingga mesinnya mati, tanpa membuka helm, si pengendara yang memakai jaket kulit warna hitam langsung menghampiri Shofie dan Indah.
Sedangkan kedua gadis cantik itu tampak seperti menunggu saja di tempat mereka. Tapi pandangan mata keduanya menyorot tajam menyiratkan kemarahan yang sangat mana kala menatap si pengendara.
Sampai pun si pengendara sudah sampai di depan mereka berjarak 3 langkah, baik Indah maupun Shofie masih menatap marah campur kesal pada orang itu.
Entah bagaimana ekspresi wajahnya, tapi si pengendara seperti tidak menghirau sikap sinis kedua gadis itu. Lalu dia berkata dengan lembut dan sopan penuh rasa bersalah.
"Mbaknya tidak apa-apa?"
Dari suaranya yang agak berat dan tinggi, bisa dipastikan dia seorang lelaki. Lebih tepatnya lelaki muda.
"Nggak papa pala lu!" dengus Shofie dengan berang.
Belum hilang kicau suaranya, telapak tangan kanannya dengan cepat naik dan menampar ke arah samping helm si pengendara sebelah kiri.
Entah karena tidak sempat menghindar atau membiarkan, telapak tangan Shofie dengan telak menghantam samping kepala si pengendara cukup keras. Sehingga kepala di pengendara terdoyon ke samping sedikit terpelintir.
Sewaktu menampar tadi, tanpa Shofie sadari kalau telapak tangannya menekan semacam tombol yang sedikit menonjol di samping helm si pengendara. Sehingga terjadilah sedikit keanehan.
Seketika helm yang ternyata berbentuk aneh itu mengumpul ke atas ke tengah kepalanya dengan cukup cepat. Sehingga tampaklah seraut wajah seorang remaja laki-laki yang agak terlengos karena tamparan.
Kejadian aneh itu jelas diperhatikan oleh kedua gadis itu. Dan seketika raut wajah mereka terkejut heran.
Tidak lama lelaki remaja itu kembali berdiri tegak seperti tadi. Tidak tampak di wajahnya mereaksi perbuatan Shofie tadi. Wajah yang sedikit tersamar oleh rambut depannya tampak datar saja. Seakan tidak terjadi apa-apa.
Sikapnya pun masih sopan dan menunjukkan rasa bersalah atas perbuatannya. Malah dia mengulangi pertanyaannya yang belum terjawab.
"Mbaknya tidak apa-apa 'kan?"
Sikap remaja yang seumuran dengan mereka itu jelas membuat Indah maupun Shofie merasa heran. Tapi karena Shofie sudah didominasi kemarahan, dia tidak perduli dengan perasaan anehnya itu.
"Mata lu kepake nggak sih?" malah Shofie menghardik lagi dengan kasar. "Apa nggak liat kalau ada gue di depan lu?"
"Maaf, Mbak, situ tadi tiba-tiba ada di depan saya," kata si pria muda itu tetap sopan. "Jadi saya tidak tahu. Sekali lagi saya minta maaf, Mbak."
"Enak kali lu minta maaf setelah hampir nabrak gue!" dengus Shofie makin berang. "Kalau lu nggak ugal-ugalan nggak bakalan lu hampir nabrak gue!"
Sepertinya pemuda belia itu tidak menggubris sikap Shofie yang tidak bersahabat itu. Dia menggerakkan tangan kanannya dengan maksud memeriksa apakah ada yang terluka dari tangan Shofie. Sambil berkata.
"Ada yang terluka, Mbak?"
Tapi Indah yang sedari tadi cuma memperhatikan pria misterius itu, langsung salah menduga. Dikiranya pemuda itu hendak macam-macam dengan Shofie.
Maka dengan cepat dia maju terus menampik dengan cepat dan kuat tangan pria itu. Lalu kepalan tangannya menghantam dada si pemuda dengan keras. Bersamaan dengan itu Shofie juga mendupak lambung si pemuda dengan keras.
Sehingga pria yang sepertinya tidak punya beladiri itu langsung terjajar ke belakang beberapa langkah sehabis mendapat 2 serangan dari kedua gadis cantik itu.
★☆★☆
Tapi pemuda itu bersikap datar-datar saja. Tidak terdengar dia meringis kesakitan. Apalagi wajahnya tidak mengekspresikan apa-apa. Datar-datar saja.
Sedangkan Indah masih terus mengejar. Lalu mengirimkan pukulan tinju kanan dan menghantam hidung si pemuda. Lalu menyusulkan dengan tendangan keras kaki kiri dan langsung menohok dada pria yang tak berdaya itu.
Membuat pria itu bukan saja terjajar, tapi langsung terjengkang jatuh ke belakang. Begitu tubuhnya menimpa badan aspal menimbulkan bunyi yang cukup keras. Tapi lagi-lagi tidak terdengar dia mengeluh kesakitan. Ekspresi wajahnya tetap datar.
Setelah merasa keadaannya sudah tenang, pemuda belia itu hendak bangkit. Tapi Indah ternyata dengan cepat sudah ada di sampingnya, lalu menginjakkan kaki kananya dan sedikit menekan ke dada si pemuda.
Maka gagallah pemuda belia itu untuk bangkit berdiri. Dia kembali terkapar di atas aspal sambil memandang pada Indah. Pandangannya biasa, tanpa ada ekspresi apa-apa.
"Sikat terus, Ndah!" seru Shofie yang berdiri tak jauh di belakang Indah. "Bikin bonyok sekalian!"
Seolah tidak menggubris seruan Shofie, dengan wajah jutek dan sinis, dengan tatapan penghinaan, Indah berkata si pemuda dengan nada dingin.
"Lu ngaku salah nggak?"
"Iya, Mbak, saja mengaku salah," ucap pemuda itu tanpa banyak pertimbangan. "Saya 'kan tadi sudah minta maaf."
"Lu bisa bengkel nggak?" tanya Indah sekenanya. Tapi nadanya ketus-sinis.
"Bisa, Mbak."
"Bangun! Dan ikut gue!"
Setelah Indah mengangkat kakinya dari atas dadanya, si pemuda langsung bangun dengan cepat. Lalu Indah mencengkeram kerah jaket si pemuda, lalu menariknya bagai menarik kambing untuk disembelih. Miris!
"Lu napa bawa cowok udik ini ke sini, Ndah?" tanya Shofie bernada tidak senang begitu mereka sampai di mobil Shofie yang berdiri bersender di samping mobilnya.
"Dia bisa bengkel katanya," sahut Indah setelah melepas cengkeramannya pada jaket pemuda itu.
"Cowok miskin begitu lu percaya," leceh Shofie tersenyum sinis. "Paling dia cuman modus aja. Telpon Mas Dhanu aja!"
"Apa salahnya kita ngetes kejujuran cowok ini," kata Indah seakan hendak mencoba peruntungan. "Kalau dia bo'ong, gue patahkan kakinya. Lagian kalau nelpon Mas Dhanu kelamaan."
"Terserah lu aja," kata Shofie nyerah.
Lalu Shofie berpindah tempat pergi menuju samping kiri mobilnya. Tapi dia lewat belakang seolah alergi melewati jalan di dekat si cowok.
★☆★☆
Sementara Indah langsung menyuruh si pemuda mengerjakan apa yang diperintahkannya.
"Sekarang lu liat mobil temen gue, apanya yang rusak! Buktikan kalau omongan lu tadi benar. Kalau ternyata lu bo'ong, lu tau sendiri akibatnya!"
Setelah mendengar celoteh Indah, tanpa komentar apa-apa, pria itu melangkah ke depan mobil. Begitu sampai dia bertanya kepada Indah.
"Kunci kap depannya sudah dibuka?"
Tanpa menjawab pertanyaan Indah langsung menekan tombol pembuka kunci kap depan atau kap mesin mobil.
Tak lama kemudian si pemuda tampak sudah sibuk mengamati dan mengecek rangkaian kabel-kabel pada mesin mobil. Lalu tampak seperti dia menyambung beberapa kabel yang putus.
Dari tangannya yang lincah dan terampil lagi teliti, pertanda pemuda itu sudah menguasai bidangnya.
Sedangkan Indah yang berada di samping si pemuda, memperhatikan semua apa yang dilakukannya. Dia tampak mengangguk-angguk kecil melihat kelincahan dan terampilnya si pemuda dalam melakukan pekerjaannya.
"Gimana, Mas?" tanya Indah bagai tak sabaran. "Apa sudah beres?"
"Coba hidupkan mesinnya!" pinta si pemuda.
Tanpa banyak pikir Indah langsung ke samping mobil sebelah kanan. Dan betapa gembiranya hatinya saat melihat lampu indikator di sekitar setir telah menyala. Tadi tidak menyala sama sekali.
Sedangkan Shofie sebenarnya juga senang begitu melihat mobilnya kayaknya udah benar. Tapi hatinya masih diliputi kedongkolan. Jadi, dia tidak menunjukkan apa-apa selain kemarahan sekaligus kejudesan.
Kemudian tanpa berlama-lama Indah masuk ke dalam mobil, lalu menghidupkan mesinnya. Dan ternyata benar-benar hidup. Membuat hatinya bertambah girang.
Sementara Shofie, begitu mobilnya sudah hidup kembali, dia segera masuk ke dalam mobil tanpa berkomentar apa-apa. Tapi dalam hati terpaksa dia memuji kalau pria muda itu memang bisa bengkel, tidak berbohong.
Setelah menutup kembali kap mesin, si pemuda belia menghampiri Indah. Lalu tanpa ditanya dia berkata menjelaskan mengenai masalah mobil itu.
"Untuk sementara mobil ini masih bisa dipakai. Tapi cuma 24 jam saja terhitung mulai sekarang. Ada beberapa komponen kabel inti pada mesinnya yang harus dibenahi ulang. Bahkan ada yang harus diganti...."
"Saya tadi cuma memperbaiki secara darurat yang sifatnya sementara," lanjutnya. "Jika Mbak berkenan silahkan bawa mobil Mbak ke bengkel saya bekerja besok. Atau kalau mau saya perbaiki di rumah saya malam ini juga."
"Lu ternyata bukan hanya cowok slengean juga," celetuk Shofie bernada sinis-ketus, "belagu juga songong juga."
"Ah, lu cuma promosiin bengkel lu ya biar rame," kata Indah seolah menyambung ucapan Shofie. Nada ucapannya terdengar santai. "Modus juga lu."
"Heh, Cowok Udik! Di kota ini banyak bengkel-bengkel yang terkenal," kata Shofie masih menyambung. "Nggak kayak bengkel lu yang nggak terkenal."
"Lagian siapa juga yang mau ke rumah cowok miskin kayak lu," lanjutnya masih dengan sarkas melontarkan untaian celotehannya.
"Yaaah, itu terserah Mbaknya mau percaya atau tidak," kata si pemuda tetap berusaha berkata dan bersikap tenang. "Saya hanya menjelaskan apa yang seharusnya dijelaskan."
"Udah nggak ada lagi 'kan yang mau lu omongin?" kata Indah seolah mengusir si pemuda secara halus.
"Kalau nggak ada udah pergi sana!" sambung Shofie seolah memperjelas pengusiran. "Atau minta bayaran. Berapa?"
"Baiklah," pemuda itu masih sabar dan tenang. "Tapi saya cuma bisa berpesan mobil ini cepat dibawa ke bengkel. Jangan sampai lewat dari 24 jam."
"Kalau sampe lewat napa?" kata Indah penasaran juga.
"Mobil ini akan rusak selamanya."
Setelah itu si pemuda pergi meninggalkan kedua gadis itu dengan langkah cepat. Setelah menghidupkan motornya, dia melaju dengan cukup kencang.
★☆★☆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
سنم
sehmangat lik....
2023-04-03
1