17. Never Again

Setelah bertemu dengan Kak Raya, hari-hari yang kulalui memang menjadi sedikit lebih berat. Udara kampus terasa lebih padat, susah sekali untuk menghirupnya. Namun, selalu ada teman-temanku. Setelah Mimi kembali dari kampung halamannya, kami segera melakukan sleepover di rumah kos aku dan Mimi. Ketika itulah aku menumpahkan seluruh isi hati dengan bercucuran air mata.

Sudah kujelaskan juga semua, benar-benar seluruh perasaan yang ada di dalam dada. Bahwasanya aku masih terperangkap dalam lingkaran bayang-bayang Harris. Mereka memelukku erat, berharap bisa meminjamkan kekuatan untuk aku yang nyatanya sangat rapuh. Meskipun banjir bulir air mata, akan tetapi setelah itu rasanya nyaman sekali. Kalau saja para teletubbies yang ada di serial televisi anak itu melihat kami, mungkin mereka akan iri dengan eratnya pelukan yang kami bagi.

Hm. Mereka adalah teletubbies-ku.

Beban hati sedikit demi sedikit melayang bersama teralihkannya perhatianku untuk persiapan wisuda. Kami kembali punya alasan untuk menyisihkan waktu demi melakukan jalan-jalan. Kali ini alasannya adalah untuk mencari pakaian kelulusan buatku.

Kami mengunjungi satu demi satu toko yang ada. Sensasi yang kurasakan jauh berbeda dengan saat Kak Raya menyeretku untuk mengekor langkahnya. Hm. Different companies, different feelings.

Pilihanku jatuh pada sesuatu yang sederhana saja, seperti biasa. Atasan brukat motif bunga berwarna hitam dengan potongan pas badan, sementara kain songket warna-warni dari Kalimantan sebagai bawahannya. Kami juga memilih beberapa aksesoris. Sebagai finishing touch, aku memburu peep toe suede pumps berwarna senada di sebuah toko online.

Hell yeah, baby! It's time to party!

****

Hari kelulusan.

Para orang tua sudah berangkat menuju gedung Fakultas sementara kami masih bersiap untuk melaksanakan upacara kelulusan. Wisudawan dan wisudawati dikumpulkan di Convention Center tanpa mengajak orang tua untuk dilepas secara simbolis oleh pihak universitas. Setelah pembukaan, Bapak Rektor meminta kami berdiri, berhadap-hadapan dengan teman yang ada di samping. Kemudian sesuai instruksi, kami saling memindahkan jambul, saling memasangkan kalung alumni. Setelah itu, sambil bergandengan, bersama-sama menyanyikan Mars Universitas dan sebuah tembang kenangan; kemesraan.

Suasananya begitu khidmat sekaligus haru. Tak sedikit yang tersedu.

Belum tengah hari acara di Convention Center sudah selesai. Sekarang lanjut ke agenda yang diselenggarakan oleh fakultas. Tiga pintu aula sesak oleh para lulusan yang berebut untuk berjalan ke luar. Aku lebih memilih untuk menunggu giliran sambil mengobrol dengan seorang cewek yang duduk di sebelahku tadi. Karena di antara kami berlima hanya aku yang diwisuda pada kesempatan kali ini, jadi aku tidak memiliki teman. Pun aku terlalu malas untuk membuat janji dengan Kak Raya. Dia pasti tengah sibuk bersama pacar dan gerombolan mereka.

Setelah mengecek keberadaan keluargaku—Mama, Papa, Bang Rian, dan Bang Bian sudah standby di lapangan parkir depan fakultas, aku menengadah untuk meninjau keadaan lalu lintas di pintu. Alangkah terkejutnya aku ketika tiba-tiba saja mataku terpaku pada sosok yang sedang berdiri di jalan menuju pintu.

Di sanalah Harris berdiri. Dia sepertinya sudah menatapku sedari tadi. Dan ... layaknya sebuah gerakan refleks, aku balas memandangnya di titik mata gelapnya itu. Dia ... dia kemudian ... tersenyum.

Jangan! Jangan tersenyum! Kumohon, Harris, aku mohon.

Sepertinya Tuhan sedang tidak ingin mendengarkan doaku. Harris bahkan dengan beraninya melambai.

Kumohon, jangan. Jangan.

Hatiku mencelus, jatuh lagi. Hati yang audah susah payah kuperbaiki selama beberapa bulan—nyaris setahun—ini retak lagi.

Lalu seseorang menyenggol tubuhku hingga aku hampir tersungkur. Untung aku masih bisa mempertahankan keseimbangan. Lelaki yang menjadi terduga menoleh padaku dan menyengir. "Eh, sorry," katanya cepat-cepat sebelum kembali berbalik dan berjalan mengejar temannya yang sudah lebih dulu.

Seperti sebuah refleks, mataku kembali mencari sosok itu. Harris sudah tidak ada di sana lagi.

Ya Tuhan.

Jangan runtuh lagi, hati. Kumohon, bertahanlah sedikit lagi.

****

Aku akhirnya bisa ke luar dari dalam gedung itu. Mimi, Wide, Lulu, dan Anggre langsung menyambutku ketika mereka melihatku. "Congraduations, Kaaay!" seru mereka serempak.

Lulu kemudian mengulurkan satu buket bunga krisantemum warna-warni—bunga favoritku. Wide kemudian mengulurkan boneka Teddy bear raksasa yang ukurannya hampir sebesar anak-anak berwarna cokelat. Akutidak tahu bagaimana cara mereka membawa benda sebesar itu ke sini.

"Thank you, guys." Aku berterima kasih dengan air mata yang menggenang. Kali ini bukan karena sedih, akan tetapi rasa bahagia. "Kalian dapat boneka segede gaban ini dari mana, sih? Kenapa harus sebesar ini coba," protesku dengan setengah hati. Aku hanya melakukan itu untuk mencari masalah dengan mereka.

"Huuu. Jangan mulai, deh." Anggre menanggapi. "Yuk, ah, jalan ke fakultas kamu. Om sama Tante pasti udah gak sabar pengen ketemu. Sini aku bantu bawain bonekanya." Dia lalu meraih boneka itu.

Mimi melakukan hal yang sama dengan buket bunganya.

Ah, iya. Bagaimana aku bisa lupa dengan kehadiran mereka? "Yok lah kalau gitu. Aku parkir di pinggir jalan tadi."

Kami kemudian berjalan menuju ke mobil yang terpaksa diparkir agak jauh dari gedung Convention Center yang sudah sesak saat aku sampai di sini pagi tadi. Namun, di tengah jalan lenganku ditahan oleh seseorang. “Kay, sebaiknya kita gak lewat sana. Lewat sini aja.” Mimi mengajakku untuk berputar arah.

"Eh, iya. Ayo, ayo." Aku tidak bisa mengenali suara siapa yang berkata barusan dari balik kabut kebingungan yang tiba-tiba saja menerpa.

“Yuk.” Kurasakan Wide—aku tahu itu Wide karena dialah satu-satunya yang berjalan di sebelah kiriku yang tidak memiliki barang bawaan, menggamit tanganku dan sedikit menyeretku dengan paksa.

Namun, seketika ada orang lain yang menarik tanganku dan memaksa untuk berhenti. Aku terkejut mendapati genggaman tangan yang maskulin itu dan berbalik. Aku menjadi lebih terkejut lagi ketika mendapati bahwa sosok yang menghentikan gerakanku adalah Bang Che.

Dari mana dia datang? Kenapa aku tidak melihatnya ada di dekat kami? Sejak kapan dia ada di sana?

“Lepasin tangan Kayra, Bang Che. Lo gak ga ada urusan apa-apa sama dia.” Mimi lantas memberikan perintah.

Setelah bisa menguasai rasa kagetku, aku juga turut menatap laki-laki yang memakai setelan rapi itu—tentu saja karena dia juga diwisuda hari ini, sebelah alisku terangkat sebagai tantangan.

Melihat ekspresiku, dan beckinganku, Bang Che perlahan-lahan melepaskan genggamannya. Aku menatap matanya untuk beberapa saat, berharap melalui adu pandang itu dia bisa mengerti bahwa aku tidak ingin diganggu lagi. Setelah merasa cukup, aku segera berbalik dan kami meninggalkan laki-laki itu di sana.

Aku masih bisa merasakan tatapannya mengiring setiap langkahku, punggungku terasa panas karena menjadi sasaran tatapan lasernya. Namun, kubiarkan saja. Sudah kubilang bahwa aku tak peduli.

Hari ini dunia berhasil mempermainkan perasaanku, lagi. Silakan saja, terserah. Namun, aku bersumpah, ini untuk yang terakhir kali.

Tidak akan ada kali yang lain.

To be continued ....

Episodes
1 1. Perkenalkan Namaku Kayra
2 2. Perangkap Senioritas
3 3. Budi is Che
4 4. Way to Get Over Someone is to Get On with Another
5 5. Ah, Sudahlah
6 6. Aku Turuti Keinginan Kamu
7 7. Hilang Rasa Tinggallah Hampa
8 8. The Nerve of This Man
9 9. Gossip, Gossip Around the Street
10 10. Meledak Sudah
11 11. Tidak Sepenuhnya
12 12. Sama Dengan
13 13. Awal Jumpa Harris
14 14. Cincin Perak Bermata Merah Muda
15 15. Bekas Tindakan Sederhana yang Membawa Petaka
16 16. Tak Ada Tempat Lagi
17 17. Never Again
18 18. Episode Baru
19 19. I'm Loving It
20 20. Project Pertama di Rumah Kita
21 21. Winding Down in Solitude
22 22. Pentingnya Menjalin Persahabatan Sejak Awal
23 23. Pelupuk Mata yang Berat
24 24. Ringan
25 25. Meet Up, Meet Up, Meet Up
26 26. A Walk Down Memory Lane
27 27. Hanya Sebatas Teman
28 28. Tak Disangka Tak Dinyana
29 29. Tidak Menentu
30 30. The Death of Me
31 31. Unexpected and Unbelievable Encounter
32 32. They Didn't
33 33. LOL
34 34. Alex ... Alex
35 35. Rumah Pak Ramli
36 36. Ada Apa Dengan Mereka
37 37. Saved by the Airport Announcement
38 38. Take-Off Scare and Trauma Masa Lalu
39 39. Aku .... Aku ....
40 40. Yes or No
41 41. Dress
42 42. Emas dan Makanan di Restoran Mewah
43 43. Deal
44 44. A Jealous Not Ex-Boyfriend
45 45. I Don't Know
46 46. Oh, No. Oh, Yes.
47 47. Jatuh
48 48. Jangan Diganggu
49 49. Alex dan Segala Misterinya
50 50. Arti Tatapannya
51 51. I Think I Love You
52 52. Untuk Pria yang Telah Mematahkan Hatiku
Episodes

Updated 52 Episodes

1
1. Perkenalkan Namaku Kayra
2
2. Perangkap Senioritas
3
3. Budi is Che
4
4. Way to Get Over Someone is to Get On with Another
5
5. Ah, Sudahlah
6
6. Aku Turuti Keinginan Kamu
7
7. Hilang Rasa Tinggallah Hampa
8
8. The Nerve of This Man
9
9. Gossip, Gossip Around the Street
10
10. Meledak Sudah
11
11. Tidak Sepenuhnya
12
12. Sama Dengan
13
13. Awal Jumpa Harris
14
14. Cincin Perak Bermata Merah Muda
15
15. Bekas Tindakan Sederhana yang Membawa Petaka
16
16. Tak Ada Tempat Lagi
17
17. Never Again
18
18. Episode Baru
19
19. I'm Loving It
20
20. Project Pertama di Rumah Kita
21
21. Winding Down in Solitude
22
22. Pentingnya Menjalin Persahabatan Sejak Awal
23
23. Pelupuk Mata yang Berat
24
24. Ringan
25
25. Meet Up, Meet Up, Meet Up
26
26. A Walk Down Memory Lane
27
27. Hanya Sebatas Teman
28
28. Tak Disangka Tak Dinyana
29
29. Tidak Menentu
30
30. The Death of Me
31
31. Unexpected and Unbelievable Encounter
32
32. They Didn't
33
33. LOL
34
34. Alex ... Alex
35
35. Rumah Pak Ramli
36
36. Ada Apa Dengan Mereka
37
37. Saved by the Airport Announcement
38
38. Take-Off Scare and Trauma Masa Lalu
39
39. Aku .... Aku ....
40
40. Yes or No
41
41. Dress
42
42. Emas dan Makanan di Restoran Mewah
43
43. Deal
44
44. A Jealous Not Ex-Boyfriend
45
45. I Don't Know
46
46. Oh, No. Oh, Yes.
47
47. Jatuh
48
48. Jangan Diganggu
49
49. Alex dan Segala Misterinya
50
50. Arti Tatapannya
51
51. I Think I Love You
52
52. Untuk Pria yang Telah Mematahkan Hatiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!