7. Hilang Rasa Tinggallah Hampa

Kugigit bibir yang mulai bergetar. Kubersihkan tenggorokan dari perasaan yang mencekat. Gak boleh nangis, Kay. Kamu gak boleh nangis. Kamu harus kuat. Kamu sudah melakukan usaha terbaik kamu untuk mempertahankan hubungan kalian. Kamu susah berusaha sebaik mungkin untuk membuat Harris bahagia. Hanya saja sekarang kebahagiaan Harris bukan ada di dalam genggaman kamu lagi. Kebahagiaan Harris bukan sama kamu lagi. Jadi, apa boleh buat. Tidak ada yang bisa kamu lakukan selain pergi. Lagi pula, kamu gak mau memaksa orang yang jelas sudah tidak menginginkan kamu lagi untuk tetap stay di samping kamu, kan? Makanya, jangan nangis. Udah, terima saja.

Monolog yang kulakukan dalam hatiku mengiringi langkah menuju mobil yang kuparkir di depan pagar rumah satu lantai itu. Aku berhasil menjaga keseimbangan langkah. Aku berhasil menguasai emosi. Bahkan sampai di dalam mobil pun, aku bisa menyalakan mesin dengan benar walau tanganku sedikit gemetar.

Namun, aku tidak menangis. Tidak setitik pun air mata ke luar dan menitik di pipi. Tidak sekali pun aku mencuri lihat ke arah belakang. Tidak. Aku betul-betul berhasil melalui ujian itu.

Ah. Andai saja dia tahu kalau sekarang aku kini bisa bersungguh-sungguh dengan ucapanku.

****

Kira-kira dua puluh menit kemudian aku sampai di kamarku. Meskipun berhasil menahan rasa di depan Harris, perjalanan kembali menuju ke kosan ternyata memberikan efek yang ... lain. Semakin jauh aku dari rumah yang sering sekali aku kunjungi selama dua tahun ini, semakin aneh rasa yang ada. Ketika aku sampai di kosan, ketika mobil yang kukendarai sudaj terparkir dengan baik di garasi, semuanya baru terasa buruk. Cepat-cepat saja aku masuk ke dalam kamarku yang terletak tak jauh dari sana.

Di balik pintu kamar, baru kurasakan mataku yang mulai mendung, dadaku mulai bergemuruh. Petir dan kilat silih berganti menyambar perasaan cinta ini. Sakit, sungguh sakit sekali, sehingga yang tersisa di dalam rasa hanyalah hampa. Tak ada lagi apa-apa, semua yang pernah kurasakan terhapus begitu saja.

Namun, satu yang bisa jadi berita baik di antara ribuan kejelekan dan rasa pedih ini adalah bahwa kini mataku terbuka, aku sudah tak dibutakan lagi oleh cinta. Ternyata selama ini semua yang kudapatkan palsu, perasaan lelaki itu hanya sesuatu yang semu. Hanya aku yang terlalu berharap pada manusia yang mungkin tak pernah menganggap. Hanya akulah manusia konyol yang berharap kepada anak manusia lainnya.

Di kalakian, cahaya terang di layar ponsel yang ada di atas meja mengembalikan aku kepada kenyataan. Dengan setengah sadar dan tidak berperasaan aku menjawab telepon itu.

“Ya?”

“Aku dan kamu bukan apa-apa lagi. Mulai sekarang anggap aja kita gak pernah kenal!” Suara di seberang sana menggelegar menembus speaker ponsel.

“Hm.” Sebuah gumaman saja sudah cukup, aku sudah pasrah. Apa yang harus aku katakan lagi? Memang dari tadi aku sudah memberi tahu hal yang kurang lebih sama kepada dia, bukan? Namun, belum lagi selesai, sambungan sudah terputus.

Ah, ah, ah. Ego yang dimiliki Harrisky Ilham tidak akan membiarkan orang lain untuk menjadi yang terakhir dalam berbicara. He has to be the one with the final say.

I am totally fine with that.

Kujauhkan ponsel itu dari telinga, kumatikan telepon genggamku. End. Selesai. Satu hal yang dulu begitu kuharap akan berakhir dengan baik kini telah kandas di tengah jalan.

Meskipun demikian, jika dirasa-rasakan lagi, anehnya aku merasa sangat ... lega. Entah kenapa dadaku ini menjadi sedikit lebih ... lapang. Sekonyong-konyongnya sebuah senyum melengkung di wajahku.

It’s a new beginning.

....

Apakah benar itu adalah awal yang baru bagiku?Apakah sudah saatnya bagiku untuk kembali jatuh cinta?

Apakah aku sudah siap?

Hm. Entahlah.

****

“Ih, kenapa sibuk banget, sih, sama hape?”

Kak Raya mencuri pandang ke arah layar ponselku. Aku yang merasa tidak perlu menyembunyikan apa-apa membiarkannya melihat apa yang ada di sana.

“Itu Che?” tanyanya lagi dengan lebih antusias.

Aku hanya mengangguk tak acuh.

Kami sedang berada di sebuah tempat pembuatan henna tattoo yang berada di lantai tiga The Plaza. Karena sedang stuck dengan bahan skripsi, di sinilah aku berharap akan mendapatkan inspirasi. Aku berharap berganti suasana dan memberikan time out pada otak dapat membuatnya lebih segaran sedikit. Sebelum kuperah lagi isinya di kemudian nanti.

Dan siapa tahu inspirasi itu berbentuk kunci nada G dengan sebuah tulisan kursif di bagian sampingnya. Setelah jadi, aku memotret dan menjadikan gambar kecil yang terletak di bawah pergelangan tanganku itu sebagai status di WhatsApp.

Tak berselang berapa lama, kurasakan ponselku berdentang. Beep. Beep. Beep.

Bang Budi : di mana letak Rock ‘n Roll-nya itu tato kalo tulisannya masih skripsi?

Jari-jemariku lantas melayang mengetik pesan balasan untuknya.

Me : I don’t know

Me : Just love it

Kututup kembali aplikasi pesan itu dan memfokuskan diri untuk melanjutkan kegiatan people watching yang kulakukan sembari menunggu tato Kak Raya selesai dibuat. Berbanding terbalik dengan kepunyaanku yang simpel dan kecil, Kak Raya memilih sebuah gambar bunga teratai yang besar dan rumit untuk digambar di lengan bagian atas tangannya.

By the way, komunikasi aku dan Bang Che—yang kontaknya kusimpan dengan nama aslinya tersebut—menjadi lebih banyak setelah aku menambahkannya ke dalam daftar kontakku waktu itu. Tidak hanya chat basa-basi biasa, dia juga mulai sering menandaiku dalam postingan atau komentarnya di sebuah postingan di media sosial. Hal ini cukup menghibur di waktu-waktu tertentu, akan tetapi di sebagian besar waktu yang lain, aku merasa sangat ... lelah.

Sudahlah, Kay, tidak ada salahnya bersikap sopan pada Bang Ch, kan? Jangan lupa. Dia adalah sahabatnya Bang Riko. Dan Bang Riko adalah pacar dari senior sekaligus orang yang sering menjadi teman jalan-jalanmu akhir-akhir ini. Aku mengingatkan diri sendiri.

Berlandaskan hal itu, maka aku tetap berusaha untuk menanggapinya walaupun dengan setengah hati. Beep. Beep. Beep. Sebuah chat masuk lagi ke ponselku.

Bang Budi : teman-teman pada nanyain ada apa di antara kita berdua. Aku harus jelasin apa ke mereka?

Dia mengakhiri pesan itu dengan emoji yang menyeringai memamerkan sederetan gigi.

Ya Tuha. Apa lagi ini? Lagi pula, apa yang perlu dipertanyakan, sih?

Bang Che, Bang Che. Hatiku menggerutu tak habis pikir melihat ulah cowok itu. Aku lantas mengetik balasan chat tersebut.

Me : Apa yang seharusnya terjadi pada dua orang yang hanya berbalas mention di medsos, Bang?

Me : apa yang memangnya sedang terjadi? Kita cuma saling tag di Twitter dan ig, kan?

To be continued ....

Episodes
1 1. Perkenalkan Namaku Kayra
2 2. Perangkap Senioritas
3 3. Budi is Che
4 4. Way to Get Over Someone is to Get On with Another
5 5. Ah, Sudahlah
6 6. Aku Turuti Keinginan Kamu
7 7. Hilang Rasa Tinggallah Hampa
8 8. The Nerve of This Man
9 9. Gossip, Gossip Around the Street
10 10. Meledak Sudah
11 11. Tidak Sepenuhnya
12 12. Sama Dengan
13 13. Awal Jumpa Harris
14 14. Cincin Perak Bermata Merah Muda
15 15. Bekas Tindakan Sederhana yang Membawa Petaka
16 16. Tak Ada Tempat Lagi
17 17. Never Again
18 18. Episode Baru
19 19. I'm Loving It
20 20. Project Pertama di Rumah Kita
21 21. Winding Down in Solitude
22 22. Pentingnya Menjalin Persahabatan Sejak Awal
23 23. Pelupuk Mata yang Berat
24 24. Ringan
25 25. Meet Up, Meet Up, Meet Up
26 26. A Walk Down Memory Lane
27 27. Hanya Sebatas Teman
28 28. Tak Disangka Tak Dinyana
29 29. Tidak Menentu
30 30. The Death of Me
31 31. Unexpected and Unbelievable Encounter
32 32. They Didn't
33 33. LOL
34 34. Alex ... Alex
35 35. Rumah Pak Ramli
36 36. Ada Apa Dengan Mereka
37 37. Saved by the Airport Announcement
38 38. Take-Off Scare and Trauma Masa Lalu
39 39. Aku .... Aku ....
40 40. Yes or No
41 41. Dress
42 42. Emas dan Makanan di Restoran Mewah
43 43. Deal
44 44. A Jealous Not Ex-Boyfriend
45 45. I Don't Know
46 46. Oh, No. Oh, Yes.
47 47. Jatuh
48 48. Jangan Diganggu
49 49. Alex dan Segala Misterinya
50 50. Arti Tatapannya
51 51. I Think I Love You
52 52. Untuk Pria yang Telah Mematahkan Hatiku
Episodes

Updated 52 Episodes

1
1. Perkenalkan Namaku Kayra
2
2. Perangkap Senioritas
3
3. Budi is Che
4
4. Way to Get Over Someone is to Get On with Another
5
5. Ah, Sudahlah
6
6. Aku Turuti Keinginan Kamu
7
7. Hilang Rasa Tinggallah Hampa
8
8. The Nerve of This Man
9
9. Gossip, Gossip Around the Street
10
10. Meledak Sudah
11
11. Tidak Sepenuhnya
12
12. Sama Dengan
13
13. Awal Jumpa Harris
14
14. Cincin Perak Bermata Merah Muda
15
15. Bekas Tindakan Sederhana yang Membawa Petaka
16
16. Tak Ada Tempat Lagi
17
17. Never Again
18
18. Episode Baru
19
19. I'm Loving It
20
20. Project Pertama di Rumah Kita
21
21. Winding Down in Solitude
22
22. Pentingnya Menjalin Persahabatan Sejak Awal
23
23. Pelupuk Mata yang Berat
24
24. Ringan
25
25. Meet Up, Meet Up, Meet Up
26
26. A Walk Down Memory Lane
27
27. Hanya Sebatas Teman
28
28. Tak Disangka Tak Dinyana
29
29. Tidak Menentu
30
30. The Death of Me
31
31. Unexpected and Unbelievable Encounter
32
32. They Didn't
33
33. LOL
34
34. Alex ... Alex
35
35. Rumah Pak Ramli
36
36. Ada Apa Dengan Mereka
37
37. Saved by the Airport Announcement
38
38. Take-Off Scare and Trauma Masa Lalu
39
39. Aku .... Aku ....
40
40. Yes or No
41
41. Dress
42
42. Emas dan Makanan di Restoran Mewah
43
43. Deal
44
44. A Jealous Not Ex-Boyfriend
45
45. I Don't Know
46
46. Oh, No. Oh, Yes.
47
47. Jatuh
48
48. Jangan Diganggu
49
49. Alex dan Segala Misterinya
50
50. Arti Tatapannya
51
51. I Think I Love You
52
52. Untuk Pria yang Telah Mematahkan Hatiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!