4. Way to Get Over Someone is to Get On with Another

“Heh!”

Seseorang menepuk bahuku dari belakang, membuatku terperanjat. Jantungku seketika saja mengikuti perlombaan lari dengan degupannya. Aku menoleh ke samping dan mendapati wajah yang menjadi begitu akrab akhir-akhir ini. Kak Raya. Aku tak habis pikir ternyata aku menghabiskan banyak waktu bersama dia.

Sambil meringis aku menyambut pesanan yang dibawa. Ada frappuccino kesukaannya dan smoothies untukku di atas baki yang dia pegang. Juga beberapa buah donat dengan berbagai topping disusun rapi di sebuah piring.

Hari itu kami akan membicarakan masalah Kongres Mahasiswa Himpunan Jurusan se-Indonesia yang akan dilaksanakan di kampus kami. Meski pembahasan yang akan kami lakukan bersifat lumayan serius dan berat, entah kenapa kami lebih memilih untuk membicarakan masalah seperti ini di luar lingkungan kampus. Mungkin agar suasananya lebih santai, jadi lebih nyaman untuk membahas hal-hal yang sedikit menguras pemikiran.

Ya. Mungkin itulah alasannya.

“Kamu, sih, aku kasih kode dari tadi gak sadar-sadar juga. Ngelamun lagi pasti.” Dia merepet sembari menghempaskan badan ke kursi yang ada di seberang meja.

Okay, Kak Raya, how do you get to know me so well, hm?

****

“Jadi konsep acaranya kita bikin kayak yang tadi aja, ya? Expo. Nanti ada seminar nasional sama pameran kebudayaan dari peserta kongres. Untuk seminar, pemateri yang tepat siapa kira-kira, ya, Kak?” Aku bertanya dengan pena yang sudah siap untuk menari di atas kertas binder yang sedari tadi menjadi media untuk merekam hasil dari pembicaraan kami.

“Jangan coba mengalihkan pembicaraan deh, yaaa. Dari tadi kita udah finish bahas yang begituan, bikin pusing juga lama-lama mikir masalah yang serius mulu, tahu gak. Jadi, barusan mikirin Harris lagi, kan?”

Seketika saja awan gelap melingkupi hati ini. Sekonyong-konyongnya petir dan kilat bergantian hadir di dalam dada ini. Padahal dia baru saja mengatakan kalau dia tidak mau pusing karena membahas hal-hal yang serius. Apa dia pikir membahas masalah Harris dan aku bukan sebuah perihal yang serius? Tidak lebih serius dari urusan organisasi?

She can't be serious, right?

“Kakak, can we just ... skip it?” Aku lalu memperbaiki posisi dudukku. Kusandarkan tubuh sepenuhnya ke sandaran kursi dan kutumpukan kepalaku di atasnya. Sambil menengadah, melihat ke arah langit-langit gerai donat franchise yang tersebar di seluruh pelosok dunia itu, aku melanjutkan. “Oke, you are right. Aku barusan emang mikirin dia. So what? Setelah apa yang kami lalui, memang seharusnya begitu, kan? Aku gak bakalan bisa menghapus dia dengan mudah dari pikiran aku, Kak. Bahkan bayangan dia aja masih menghantui langkah aku sampai sekarang." Sialan. Kenapa aku bisa meledak seperti ini? Untuk beberapa saat, aku menyesali apa yang baru saja keluar dari mulutku. Hal yang aku beberkan terasa begitu ... mentah. Begitu jujur. Aku tidak pernah berbicara sejujur ini soal perasaanku pada Harris sebelumnya kepada siapa pun.

Damn it. Aku benar-benar merasa kecewa pada diriku sekarang.

Aku akhirnya menggeleng untuk mengusir perasaan dan keping-keping kenangan yang mulai menyelinap dan jelas saja tidak kukehendaki. "It’s just the matter of time, isn’t it?" kilahku pada Kak Raya. "I’m trying my best to move on, Kak. Aku akan berusaha sebaik yang aku bisa dan terus mencoba untuk move in. Aku janji sama Kakak.”

Kak Raya menepuk-nepuk permukaan meja dengan lembut. “Aku tahu, Sayang. Aku tahu. Kamu pasti akan berusaha sebaik yang kamu bisa. Kamu yang sabar, ya?" Dia memajukan bibir bawahnya ke depan untuk beberapa saat. Hal yang biasa dilakukannya selain terkekeh. Secepat dia memasang bibir monyongnya, secepat itu pula ekspresi itu menghilang dan berganti dengan mata yang membulat serta wajah yang berseri. "Aha! Aku pikir kamu harus punya pengalih perhatian biar kamu gak mikirin yang gak penting lagi. Dasar tukang selingkuh gak ada gunanya. Gimana kalau cari gebetan baru?”

ungkapnya dengan penuh semangat. Kalian juga sudah bisa menebak kalau kalimat itu diakhiri oleh kekehannya.

Boleh saja Kak Raya semringah dan excited dengan ide yang dianggapnya cemerlang itu, akan tetapi tidak denganku. Aku sedikit pun tidak bisa menemukan di mana letak kecemerlangannya. “Maksudnya gebetan baru apaan coba, Kak?” Keningku berlipat sepuluh seakan hendak ikut mempertanyakan kesungguhan hati Kak Raya.

“Yaaaa, gebetan baru." Dia kemudian mengedikkan bahunya dengan enteng. "Mau, kan? Siapa, yaa?” Pertanyaan-pertanyaan itu terlontar dan dibiarkan mengapung di antara kami begitu saja. Lagi pula, mereka ada hanya untuk basa-basi, bukan untuk dicari jawabannya.

Cewek cantik yang suka dengan dunia perkosmetikan itu di kalakian bergumam pada dirinya sendiri, sepertinya dia sudah hanyut dalam hal-hal yang ada di dalam pikirannya.

Aku kembali menggeleng. Entah kenapa, aku tiba-tiba merasa terlalu sendiri dan kesepian lagi. Padahal aku sedang berada di tengah-tengah keramaian, dengan seorang teman, di dalam sebuah mall yang terkenal di sini. Aku tahu maksudnya baik, dia ingin aku move on dari bayangan Harris. Dan aku pun sudah bilang, aku sedang berusaha. Tidak bisakah kita berdamai dengan kenyataan ini saja?

“Kakak Sayang, terima kasih sudah mau nyariin aku gebetan baru, ya? Tapi, aku gak mau. Aku gak siap. Hati aku sekarang sedang sakit, Kakak, gimana bisa aku bisa terima hati lain untuk masuk ke dalam hati yang gak sehat ini? Lagian aku gak mau main hati, Kak. Terlalu sakit. Terlalu bahaya. Aku gak mau main-main sama perasaan orang lain.”

Kak Raya mempunyai keberanian untuk mengoceh dan mengibaskan tangannya di udara. “Ah, gak usah mikir yang jauh banget. Kamu gak harus main pake hati dulu kali, Kay. Nikmati aja sensasinya. Kalau cocok, ya, silakan lanjut. Kalau enggak, kan, gak masalah juga. Yang penting perhatian kamu teralihkan dulu. Daripada kamu ngabisin waktu buat yang enggak-enggak kayak ngelamun gak jelas gitu. Itu aja, sih, maksud aku.”

Aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara menanggapi pernyataannya barusan. Apakah dia benar-benar mengasihani keadaanku sekarang atau dia tidak ingin terlibat dengan aku yang moodnya selalu mellow seperti yang terjadi akhir-akhir ini? Oh, my God. Kepalaku tiba-tiba saja terasa sakit sekali. Dadaku juga. Semuanya. Namun, di tengah-tengah penderitaan itu, aku bersyukur masih bisa mengeluarkan perkataan yang aku keluarkan. Karena, bagaimanapun juga, aku tidak bisa membiarkan orang untuk mengabaikan prinsipku. “I’m not letting people fall for me if I’m not planning on catching them with my own hands.”

Namun, kalimatku itu hanya dianggap sebagai angin lalu. Jelas saja Kak Raya sama sekali tidak mendengarkanku dinilai dari tanggapan yanh selanjutnya dia berikan. “Gimana kalau itu Che?”

Onde mande!

To be continued ....

Episodes
1 1. Perkenalkan Namaku Kayra
2 2. Perangkap Senioritas
3 3. Budi is Che
4 4. Way to Get Over Someone is to Get On with Another
5 5. Ah, Sudahlah
6 6. Aku Turuti Keinginan Kamu
7 7. Hilang Rasa Tinggallah Hampa
8 8. The Nerve of This Man
9 9. Gossip, Gossip Around the Street
10 10. Meledak Sudah
11 11. Tidak Sepenuhnya
12 12. Sama Dengan
13 13. Awal Jumpa Harris
14 14. Cincin Perak Bermata Merah Muda
15 15. Bekas Tindakan Sederhana yang Membawa Petaka
16 16. Tak Ada Tempat Lagi
17 17. Never Again
18 18. Episode Baru
19 19. I'm Loving It
20 20. Project Pertama di Rumah Kita
21 21. Winding Down in Solitude
22 22. Pentingnya Menjalin Persahabatan Sejak Awal
23 23. Pelupuk Mata yang Berat
24 24. Ringan
25 25. Meet Up, Meet Up, Meet Up
26 26. A Walk Down Memory Lane
27 27. Hanya Sebatas Teman
28 28. Tak Disangka Tak Dinyana
29 29. Tidak Menentu
30 30. The Death of Me
31 31. Unexpected and Unbelievable Encounter
32 32. They Didn't
33 33. LOL
34 34. Alex ... Alex
35 35. Rumah Pak Ramli
36 36. Ada Apa Dengan Mereka
37 37. Saved by the Airport Announcement
38 38. Take-Off Scare and Trauma Masa Lalu
39 39. Aku .... Aku ....
40 40. Yes or No
41 41. Dress
42 42. Emas dan Makanan di Restoran Mewah
43 43. Deal
44 44. A Jealous Not Ex-Boyfriend
45 45. I Don't Know
46 46. Oh, No. Oh, Yes.
47 47. Jatuh
48 48. Jangan Diganggu
49 49. Alex dan Segala Misterinya
50 50. Arti Tatapannya
51 51. I Think I Love You
52 52. Untuk Pria yang Telah Mematahkan Hatiku
Episodes

Updated 52 Episodes

1
1. Perkenalkan Namaku Kayra
2
2. Perangkap Senioritas
3
3. Budi is Che
4
4. Way to Get Over Someone is to Get On with Another
5
5. Ah, Sudahlah
6
6. Aku Turuti Keinginan Kamu
7
7. Hilang Rasa Tinggallah Hampa
8
8. The Nerve of This Man
9
9. Gossip, Gossip Around the Street
10
10. Meledak Sudah
11
11. Tidak Sepenuhnya
12
12. Sama Dengan
13
13. Awal Jumpa Harris
14
14. Cincin Perak Bermata Merah Muda
15
15. Bekas Tindakan Sederhana yang Membawa Petaka
16
16. Tak Ada Tempat Lagi
17
17. Never Again
18
18. Episode Baru
19
19. I'm Loving It
20
20. Project Pertama di Rumah Kita
21
21. Winding Down in Solitude
22
22. Pentingnya Menjalin Persahabatan Sejak Awal
23
23. Pelupuk Mata yang Berat
24
24. Ringan
25
25. Meet Up, Meet Up, Meet Up
26
26. A Walk Down Memory Lane
27
27. Hanya Sebatas Teman
28
28. Tak Disangka Tak Dinyana
29
29. Tidak Menentu
30
30. The Death of Me
31
31. Unexpected and Unbelievable Encounter
32
32. They Didn't
33
33. LOL
34
34. Alex ... Alex
35
35. Rumah Pak Ramli
36
36. Ada Apa Dengan Mereka
37
37. Saved by the Airport Announcement
38
38. Take-Off Scare and Trauma Masa Lalu
39
39. Aku .... Aku ....
40
40. Yes or No
41
41. Dress
42
42. Emas dan Makanan di Restoran Mewah
43
43. Deal
44
44. A Jealous Not Ex-Boyfriend
45
45. I Don't Know
46
46. Oh, No. Oh, Yes.
47
47. Jatuh
48
48. Jangan Diganggu
49
49. Alex dan Segala Misterinya
50
50. Arti Tatapannya
51
51. I Think I Love You
52
52. Untuk Pria yang Telah Mematahkan Hatiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!