Akmal yang sudah masuk ke dalam masjid yang ada di kampus tempatnya mengajar, dia langsung segera berwudhu dan melaksanakan sholat dhuhur.
Sedangkan di sisi lain, saat ini sang Kakak yaitu Mirza sudah pulang ke rumah untuk menjemput sang Ayah.
Ayah Rafiq sendiri memang sudah menunggu Mirza pulang, sebab Mirza tadi sudah mengatakan kepadanya, jika dirinya akan menjemputnya di rumah.
Di sinilah sekarang si Mirza, baru saja sampai di pekarangan rumahnya yang luas.
Mirza langsung saja ke luar dari dalam mobilnya, untuk memanggil Ayah Rafiq.
Kebetulan juga Ayah Rafiq berada di ruang tamu sambil membaca koran kesukaannya, jadi ketika Ayah Rafiq mendengar Mirza memanggilnya, dia langsung saja meninggalkan kegiatannya itu dan langsung masuk ke dalam mobil bersama Mirza.
" Mirza, berapa umur kamu sekarang? ," tanya Ayah Rafiq.
" Tahun ini genap tiga puluh dua Ayah ," jawab Mirza sambil sambil terus mengendarai mobilnya.
" Sudah sangat pantas untuk menikah, apa kamu tidak ada niatan untuk menikah dalam waktu dekat Mirza? ," tanya Ayah Rafiq lagi.
" Belum Ayah ," jawab Mirza sambil menggelengkan kepalanya.
" Teman-teman kamu sudah pada menikah semua, bahkan anaknya ada yang sudah masuk SMP, kenapa kamu tidak mencontoh mereka Mirza? ," kata Ayah Rafiq.
" Mirza rasanya belum siap Ayah, karena menikah itu tidak cuma memenuhi kebutuhan batin saja, akan tetapi sola materi, sepertinya Mirza belum siap untuk mengemban tugas itu ," jawab Mirza.
" Apa yang kurang dari kamu Nak? ," tanya Ayah Mirza.
" Kamu mapan, pekerjaan ada, mempunyai dua butik, itu Yayasan kita juga nantinya akan Ayah berikan kepada kamu dan adik kamu Akmal ," jawab Ayah Rafiq.
" Entahlah Ayah, Mirza hanya merasa belum siap saja, terlebih lagi belum ada wanita yang masuk ke dalam kriteria Mirza ," jawab Mirza.
" Jika Ayah jodohkan kamu saja bagaimana? ," tanya Ayah Rafiq.
" Banyak anak kenalannya Ayah yang putrinya cantik dan sepertinya juga sholehah ," kata Ayah Rafiq lagi.
" Kita lihat saja nanti Ayah, akan Mirza pikirkan lagi ," jawab Mirza.
" Terserah kamu saja Mirza, jangan lama-lama berpikirnya, karena Ayah dan Mama itu sudah tua, kami juga ingin segera menimang cucu dari kalian berdua ," kata Ayah Rafiq.
" Iya Ayah ," jawab singkat dari Mirza.
Semenjak saat itu, Mirza terus memikirkan tawaran dari sang Ayah yang ingin menjodohkannya.
Karena setiap ada kesempatan, sang Ayah selalu menanyainya kembali tentang perjodohan yang akan dilakukannya itu.
Meninggalkan Mirza dan Ayah Rafiq, kita beralih ke Akmal lagi.
Akmal yang sudah selesai menunaikan sholat dhuhur tadi, dia yang sedang berdzikir tidak sengaja mendengar seseorang sedang murajaah.
Telinga Akmal sedikit terusik, ketika ada seseorang yang memanggil seseorang.
" Cyra, kamu Cyra kan? ," tanya seseorang itu kepada orang yang dipanggilnya, dan ternyata itu adalah Cyra.
Cyra tentu saja langsung mengalihkan pandangannya dari mushaf Al-Qur'an ke arah orang yang memanggilnya.
Sedangkan Akmal, semakin menajamkan saja telinganya, ketika orang yang dipanggil bernama Cyra, mahasiswi cerdas yang ada di dalam kelasnya.
" Oh, hai, kamu Kalila kan? ," kata Cyra.
" Iya, aku Kalila, kamu sedang apa? ," tanya Kalila.
" Aku sedang murojaah, supaya hafalanku tidak lupa, sambil menunggu sholat ashar tiba ," jawab Cyra kepada Kalila.
" Waaah, kamu seorang hafidzah ya Cyra, hebat sekali ," kata Kalila.
" Alhamdulillah kamu jangan memujiku, nanti aku takut takabur ," jawab Cyra dengan suara lembutnya.
Akmal yang mendengar perbincangan antara Cyra dan Kalila, tiba-tiba dia tersenyum sendiri, dan Akmal menyembunyikan senyumannya itu dengan menundukkan kepalanya.
" Mahasiswi baru itu sangat sholehah sekali, jarang sekali aku menemui mahasiswi seperti itu di kampus ini, walau ada cukup banyak yang memakai niqab sepertinya ," kata batin Akmal untuk Cyra.
" Kamu sangat merendah sekali Cyra ," kata Kalila.
" Oh ya, aku sama Deena dan Misha mau ke Cafe depan, ayo kamu mau ikut tidak ," kata Kalila lagi kepada Cyra.
" Tidak, terimakasih, aku puasa hari ini ," jawab Cyra dengan sopan.
" Oh, maaf ya aku tidak tahu, kalau begitu aku duluan ya Cyra, pasti mereka sudah menungguku ," pamit dari Kalila.
" Iya ," jawab Cyra kepada Kalila dengan ramah.
Kalila pun berlalu pergi dari hadapan Cyra, dan Cyra langsung saja melanjutkan lagi bermurojaahnya.
" Dia rajin puasa juga ternyata ," kata batin Akmal untuk Cyra.
" Kenapa rasanya tenang sekali mendengarkan dia bermurojaah seperti itu ," kata Akmal berbicara sendiri.
Akmal sengaja menajamkan telinganya, untuk mendengarkan Cyra mengaji, dan tidak terasa waktu ashar pun tiba.
Cyra langsung saja mengakhiri murojaahnya dengan bacaan setelah selesai membaca Al-qur'an dan setelahnya, dia langsung mengambil air wudhu untuk menunaikan ibadah sholat ashar berjamaah.
Begitupun dengan Akmal, yang juga langsung mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat ashar di masjid yang sama dengan Cyra.
Selesai sholat ashar, baik Cyra dan Akmal langsung melangkah ke luar dari dalam masjid, untuk kembali pulang ke rumah masing-masing.
Akmal yang sudah tidak ada jam mengajar lagi, dia memutuskan untuk langsung pulang saja, begitu juga dengan Cyra, yang sudah tidak ada jam mata kuliah lagi, dia memutuskan untuk pulang.
" Kenapa langitnya tiba-tiba menjadi mendung ," kata Cyra sambil mendongak menatap ke langit.
" Aku lupa tidak membawa payung pula ," kata Cyra lagi.
" Lebih baik aku cepat-cepat menunggu di halte saja sebelum turun hujan ," kata Cyra.
Baru saja Cyra sampai di halte bus, hujan pun turun sangat lebat sekali, dan biasanya halte itu akan penuh dengan para mahasiswa atau mahasiswi yang akan menunggu angkot, bus atau taksi yang lewat, akan tetapi entah kenapa tumben sekali cuma ada Cyra seorang.
Akmal yang baru saja ke luar dari dalam parkiran kampus, dari jauh matanya melihat Cyra yang sedang meneduh kedinginan dibawah halte bus.
" Itu sepertinya Cyra ," kata Akmal.
Akmal lalu menghentikan mobilnya tepat di depan Cyra dan hal itu membuat Cyra menjadi tanda tanya sendiri, mobil siapakah yang berhenti di depannya.
Akmal mencoba membuka jendela kaca mobilnya untuk mengajak berbicara Cyra, dan ketika Cyra melihat ternyata itu mobil milik Dosennya, dia menjadi malu sendiri.
" Cyra, rumah kamu mana,? ayo akan Bapak antarkan pulang, sepertinya hujannya akan lama berhentinya ," kata Akmal kepada Cyra.
" Tidak Pak Akmal terimakasih, saya menunggu di sini saja sampai hujannya reda ," jawab Cyra menolak dengan sopan.
" Ayo tidak apa-apa, nanti kamu bisa masuk angin, hujannya ini sangat lebat sekali Cyra ," kata Akmal lagi.
Cyra antara mau dan tidak mau, karena Cyra merasa tidak nyaman berada di dalam satu mobil dengan laki-laki yang bukan mahromnya, terlebih lagi itu adalah Dosen tampan dan terfavorit yang ada di kampusnya.
" Ayo Cyra, jangan melamun, kamu duduk saja di belakang, jika kamu malu dengan Bapak ," kata Akmal lagi kepada Cyra.
Akmal tentu saja sangat mengerti sekali wanita seperti Cyra, dia pasti akan sungkan berada satu mobil dengan laki-laki yang tidak ada ikatan dengannya.
Oleh karena itu Akmal menyuruh Cyra untuk duduk di kursi belakang saja, dan dia sementara menjadi sopir untuknya.
" Baiklah, terimakasih Pak Akmal ," jawab Cyra akhirnya mau.
Akhirnya, Cyra pun masuk ke dalam mobil dan langsung duduk di kursi penumpang.
Setelahnya, Akmal langsung menjalankan mobilnya menembus hujan yang turun cukup lebat sekali saat itu.
...🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️...
...***TBC***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Femy Pantow
wah kebetulan🤣
2024-03-23
0
Sri Winarti
q lebih suka baca novel yg pemerannya ada yg berhijab
2023-07-06
1
mom_abyshaq
aku pingin ikut juga di dalam mobil pak Akmal.
2023-06-15
1