Tania pulang kerumahnya saat sudah memasuki waktu maghrib. Mami Annisa dan papi Tama yang sedang duduk di balkon lantai dua rumah keduanya.
Tania masuk dengan langkah gontai. Ia mendongak melihat ke lantai atas dimana kedua orang tuanya sedang melihatnya.
Tania memaksakan senyumnya. Tenaga nya sungguh terkuras hari ini saat mendengar cerita dari Kendra tadi.
Sesak sekali dadanya. Tania amsuk dengan wajah sendu. Tiba di dalam rumah kedua orang tua itu sudah menunggunya dengan wajah tersenyum. Mata Tania semakin berkaca-kaca meliah mami dan papi nya tersenyum teduh padanya.
Tania berlari menuju keduanya.
Grep.
Tania memeluk keduanya sambil menangis. Mami Annisa menoleh pada papi Tama. Beliau mengangguk.
Keduanya segera membawa tania ke kamarnya yang ada dilantai dua bersebelahan dengan kamar Danis saudara kembarnya yang saat ini masih di showroom dan juga hotel milik sang Papi.
Tiba di dalam kamar, tubuh Tania luruh ke lantai dengan dua orang itu juga ikut serta. Mereka memeluk erat tubuh Tania dengan erat.
"Ceritakan! Apa yang kamu dengar tadi dirumah sakit." Ucap Papi Tama yang membuat Tania mengurai pelukannya.
Ia melihat kedua orang itu yang kini mengangguk padanya. Masih dengan terisak, tania berusaha untuk berbicara.
"Hiks.. Dia masih hidupPi.. Mi.. Hiks.. Dia masih hidup! Tadi kaka udah ketemu sama dia.. Hikss.. Ternyata selamaini dia bertahan disana karena menunggu kaka, Pi.. Hiks.. Mi.. Dia menunggu kakak.. Lelaki kecil bersurai hitam itu masih disana. Papi dan mami benar. Dia masih disana. Dia menunggu kakak hingga sepuluh tahun lamanya.. Huaaaa.. Aaaaa.." Tania tersedu sambil menunduk dihadapan kedua orang tuanya.
Mami Annisa dan Papi Tama segera mengelus punggung Tania dengan lembut. Mereka sudah tahu jika ini pasti akan terjadi.
Lelaki kecil yang pernah Tania ceritakan dulunya hingga papi Tama tahan bolak balik menjenguk pemuda itu.
Tetapi untuk menemuinya sangat sulit. Tetapi papi Tama yakin jika lelaki kecil itu masih disana.
"Apakah dia mengenalimu, Nak?" tanya mami Annisa yang diangguki oleh tania dengan terisak.
Keduanya bernafas lega.
"Alhamdulillah jika dia masih bisa mengingatmu. Terus, apa yang akan kamu lakukan padanya setelah kamu tahu jika lelaki itu masih hidup?" tanya Papi tama pada Tania yang kini sudah mersa lebih baik.
Tania melamun. Ia melamunkan tentang ucapan Kendra tadi.
"Dia meminta kakak untuk menikah dengannya agar ia bisa terbebas dari rumah sakit itu dan bisa membawanya pulang kerumah dengan catatan biarkan dirinya dianggap gila oleh orang-orang."
Mami Annisa terkejut. "Hah? Kenapa bisa begitu? Bukannya selama ini pemuda itu gila ya?"
Tania menggeleng, "Nggak. Bang Kendra tidak gila. Dia hanya sakit. Dan sakitnya itu akan sembuh jika dia memiliki pendamping sam seperti abi nya. Abi Kevin Wiryawan!"
Deg!
"Siapa kamu bilang? Kevin Wiryawan? Pengusaha sukses yang menikah dengan dokter Mutia teman nya Lana, Om kamu??" tanya Papi Tama pada Tania yang diangguki oleh Tania.
"Ya, mereka kedua orang tua bang Kendra. Om Kevin dan tante Mutia. Dua orang yang dulu pernah menyambangi hotel Papi saat umur kakak lima tahun. Dan bang Kendra juga kenal sama Kakak karena itu. Princess Pratama. Bang Kendra kenal dengan anma itu Pi. Nama yang dibuat olehnya untuk kakak ketiak masih kecil dulu."
Dddduuuaaarrr!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 347 Episodes
Comments
manda_
bener2 ada ya cinta dari kecil sampe dewasa ketemu lagi
2023-04-11
2