Tuan Muda Kendra Wiryawan

"Abang nggak sholat?" tanya Tania setelah selesai makan siangnya.

Kendra hanya mengangguk. Ia segera menuju ke kamar mandi untuk mencuci tangan dan berwudhu.

Setelahnya ia kembali dan mengganti bajunya dengan baju kemeja lengan putih pendek selengan dan kain sarung serta peci yang ia pakai sendiri tanpa bantuan siapa pun.

Tania tertegun saat mendengar lantunan takbir keluar dari mulut Kendra begitu merdu membuat mata Tania berkaca-kaca.

Tania meneteskan air matanya.

Cukup lama Tania menunggu Kendra hingga selesai dari sholatnya. Setelah selesai, Kendra kembali duduk dihadapan Tania yang kini masih menggenakan mukenahnya.

"Kamu ingin tanya apa sama Abang?" tanya Kendra yang membuat Tania tertegun lagi.

"Abang mengenal diriku?"

Kendra mengangguk. "Kenal. Bahkan sangat kenal. Ketika Abang berusia tujuh tahun Abang sudah mengenal mu, Princees Pratama keluarga Pratama! Abang tahu semuanya tentang mu! Bahkan pertemuan kedua dirumah sakit ini kamu juga bersama mami kamu. Mami Annisa Pratama. Penulis novel online yang memiliki segudang cerita yang bermanfaat bagi yang membacanya."

Tania terkejut.

Ia menatap lekat pada Kendra yang kini juga menatap lekat padanya.

"Jangan menatap Abang seperti itu! Nanti jatuh cinta baru tau rasa kamu!" selorohnya yang membuat Tania tertawa.

"Abang bisa aja sih!" Tania menepuk ringan lengan Kendra yang membuat tangannya itu dipegang erat oleh Kendra dan meletakkan nya di dadanya.

"Kamu satu-satu wanita setelah Ummi yang Abang ajak bicara. Selebihnya tidak ada seorang pun yang Abang ajak. Tak ada seorang pun yang Abang percaya Tania. Yang kini dimiliki oleh kedua Abang ku berbeda ibu dengan ku. Anak pertama Abi dengan istri pertama yang sudah almarhum dan terbukti jika keduanya bukan abang kandungku sedarah dengan Abi!"

Deg!

Sreeekk..

Kain gorden tertarik menutupi semua ruangan itu. Yang tersisa hanya cahaya temaram dari luar ruangan itu.

Kendra menatap Tania dengan serius.

"Dengarkan Abang baik-baik Tania!" ucapnya pada Tania.

Tania mengangguk setuju.

Kendra mulai menceritakan semua yang terjadi padanya tanpa ada seorang pun yang tahu. Di dalam ruangan itu ada kamera cctv nya.

Tetapi sudah Kendra amankan. Yang tersisa hanya mereka berdua. Para perawat yang tadi melihat keduanya pun sudah tidak ada.

Pukul empat sore, Tania keluar dari ruangan itu. Seperti biasa, wajah dingin Tania terlihat jelas dengan sorot mata menajam.

Ia berjalan melewati semua orang hingga menuju ruangan Zee yang ternyata sudah pulang terlebih dahulu.

Tania menghela nafas lega. Masih teringat jelas saat di dalam ruangan Kendra, pemuda tampan tapi kurus itu menangis sesegukan ketika menceritakan keadaan sang Abi yang kini juga mengalami hal yang sama dengan nya.

Saat ini Ummi Mutia lah yang bisa menangani nya. Hanya Ummi Mutia yang bisa diajak bicara olehnya.

Kehidupan keduanya tidak beda. Sama saja. Ayah dan anak dianggap gila karena kelakuan aneh mereka.

Beruntungnya Abi Kevin karena memiliki tempat untuk berbagi yaitu Ummi Mutia. Sedang Kendra? Ia tidak memiliki siapa pun selain dirinya sendiri.

Selama sepuluh tahun dirumah sakit itu seorang diri tanpa ada yang menemani. Hanya buku-buku pemberian Ummi Mutia dan juga sebuah ponsel rahasia yang hanya dirinya yang tahu menemaninya selama sepuluh tahun terakhir sebelum kedatangan Tania.