Sementara Tania sedang menangani Kendra pasien pertamanya, Papi Tama terus berjalan hingga menuju keruangan Zee yang saat ini ada Danis juga disana.
Ceklek.
Pintu terbuka dari luar dan membuat dua orang yang sedang tertawa itu menoleh bersamaan ke arah pintu.
Keduanya mengernyitkan dahinya saat melihat Papi Tama masuk seorang diri tanpa tania yang tadi beliau susul.
"Lah. Papi kok sendiri?" tanya Zee pada Papi Tama.
"Hooh, Princees mana? Nggak jadi ikut pulang sama kita kah?" tanya Danis menimpali ucapan Zee yang kini juga mengangguk sama.
Papi Tama menghela nafas berat sambil menghempaskan tubuhnya di sofa ruangan Zee.
"Princess ada. Tapi sedang mengurusi pasien yang tadi memeluk dirinya itu. Kata perawatnya, ia lagi mengamuk. Maka nya Tania kembali lagi keruangan itu. Dan ya, pastilah Tania lebih mementingkan pasiennya bukan? Lagipula.. Hari ini kan pertama kalinya Tania bekerja di rumah sakit ini??" jawab Papi Tama yang kini menatap kosong pada figura besar dimana foto semua saudara sepupu Tania ada disana termasuk Zee.
"Hem.. Itu makanya kakak bilang sama Tania. Jangan pilih jurusan itu, tetapi ia tidak mau."
"Benar sekali Kak. Princess memang sedikit keras kepala mengenai hal ini."
"Semua itu sudah menjadi takdirnya, Nak. Setiap jabatan atau profesi yang kita dapatkan itu memang kemauan kita. Tetapi jangan salah. Allah sengaja menitipkan jabatan itu kepada kita karena Allah tahu jika kita mampu. Begitu juga dengan Tania. Ia memang di pilih untuk menduduki jabatan spesialis kejiwaan."
"Iya juga sih. Ya sudah. Ayo pi Kita pulang. Katanya Mami kan ingin ke rumah Neknda Zizi hari ini?"
Papi Tama segera beranjak dari duduknya di ikuti Danis. "Papi pulang Kak. Jaga adik mu ya? Papi tidak bisa selalu mengawasinya seperti dulu. Karena ada Almaira dan Alzana yang juga harus Papi jaga saat ini."
Zee mengangguk. "Tentu, Pi. Hati-hati dijalan. Titip sayang kakak untuk mami!" seloroh Zee
Papi Tama tertawa mendengarnya. "Tentu, nanti Papi sampaikan sama mami kamu." Jawabnya dengan segera berlalu dan meninggalkan Zee yang kini mulai berkutat dengan berkas nya lagi.
Kedua orang itu segera menuju ke mobil dan pulang kerumah. Cukup dua puluh menit saja, keduanya sudah tiba dirumah dimana sang Mami sedang menunggu mereka bersama si kembar Al dan juga Aggam.
"Papiiii!!" teriak Aggam saat melihat Papi Tama sudah pulang dengan membawa satu kantung kresek putih berisi makanan.
Papi Tama tertawa melihat putra bungsunya yang dipanggil dengan Prince Pratama itu.
"Hahaha.. Iya nak. Ini yang adek pesan tadi. Assalamu'alaikum, sayang? Udah siap mau pergi?"
"Wa'alaikum salam.. Iya Pi. Ini udah siap kok. Anak-anak juga." Jawabnya yang diangguki oleh Papi Tama.
"Kalau begitu, ayo kita pergi. Kalian semua sama Bang Danis. Papi sama Mami pakai mobil satu lagi. Ada yang harus Papi bicarakan dengan Mami kalian!" Tegasnya pada ke lima anaknya.
"Iya, Pi. Ayo dek. Kita pakai mobil Abang aja." Jawab Danis sembari mengajak ke empat adiknya itu.
Mereka semua pun mulai masuk ke dalam mobil. Belum lagi mobiT berjalan, Mami Annisa langsung menyerbu Papi tama dengan pertanyaan nya.
"Kenapa bang? Apanya yang serius? Apa ini tentang kakak?" Tanya mami Annisa dan diangguki oleh Papi Tama dengan wajah seriusnya.
"Kamu masih ingat tidak tentang pemuda yang Abang bilang dulu ke kamu. Pemuda tampan bermata sipit memiliki kulit putih dan hidung yang bangir tetapi pemuda itu sakit? Masih ingat tidak?"
Mami Annisa mengangguk. "Terus?"
"Putri kita sudah bertemu dengannya hari ini dirumah sakit Kak Ira. Abang, Danis dan Zee menyaksikan sendiri bagaimana pemuda itu memeluk Tania seperti yang terlihat di dalam mimpi Abang lima tahun yang lalu!"
Deg!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 347 Episodes
Comments
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi papi udah mimpiin ya ini kejadian sekarang
2023-04-11
2