Mereka segera keluar dan mengunci pintu itu dari luar sambil bernafas lega.
"Kita tunggu saja. Pasti tuan muda akan mengamuk jika kedua saudaranya itu tiap kali datang kesini. Siapa sih yang menghubunginya?" gerutu salah satu perawat lelaki kepercayaan mama nya Kendra pasien gila itu.
"Nggak tahu aku! Aku pun kaget saat melihatnya sudah ada di ruangan Tuan muda Kendra!" balasnya tak kalah kesal.
Haaaaa.. Aaaaa..
Pranggg
Pyar..
"Astagfirullah! Benar kan yang aku bilang?"
"Hufftt.. Kita harus bisa menenangkannya. Kalau tidak, pekerjaan kita yang jadi taruhannya!"
"Hem, kamu benar!"
"Aku kasihan melihat Tuan muda terus seperti ini. Sudah hampir dua belas tahun ia terkurung disini. Dan anehnya tidak ada rumah sakit yang mnerima pasien gila sepertinya. Kenapa ya direktur kita itu begitu baik hingga menerimanya?"
"Entahlah. Yang jelas, kita harus segera menjinakkan tuan muda yang sedang mengamuk itu. Mana nyonya Mutia sedang pergi lagi! Aduh.. Astaghfirullahaladhim! Tuan muda!" pekiknya saat melihat Kendra sedang mencoba memecahkan kaca dengan tangan dan kakinya saat salah satu dari mereka membuka pintu ruangan Kendra yang sudah bertaburan dan berserakan karena barang yang berada di dalam ruangannya itu menjadi sasaran kemarahan nya.
Kelima perawat itu kewalahan menangani Kendra yang tidak terkontrol.
"Astaghfirullah ya Allah.. Sam! Panggilkan dokter Tania kesini! Kita tidak bisa menanganinya!" serunya begitu panik saat melihat Kendra, pasien pertama Tania sedang mengamuk dengan tangan ia hantamkan ke kaca di rungan itu.
Perawat yang bernama Samsudin dan dipanggil Sam itu segera berlari mengejar Tania yang ternyata kini sedang mengejar seorang lelaki paruh baya yang kini berjalan cepat meninggalkan nya.
"Papi!! My king! Please wait! Kita perlu bicara!" serunya sambil berlari.
Seorang perawat pun berlari dengan cepat ke arahnya.
"Papi!! Tunggu dulu!"
"Dokter Tania! Tolong saya! Tuan muda Kendra mengamuk diruangannya!!"
Deg!
Deg!
Kaki Tania berhenti berlari begitu pun dengan perawat itu. Tania melihat ke depan dimana sang Papi kini terus berjalan tanpa mengindahkan panggilannya.
Tania menghela nafasnya. "I am sorry papi.. Nanti kakak jelaskan sama kalian semua.." lirihnya dengan sendu dan segera berbalik arah mengejar balik perawat yang kini sudah lebih dulu berlari itu.
Papi Tama menghentikan langkahnya. Ia menghela nafasnya. "Ya Allah.. Apakah dia pemuda yang Engkau tujukan untuk Putriku?? Wajahnya, kelakuannya sangat mirip seperti yang terlihat di mimpiku. Pemuda itu sakit parah dan hanya putriku yang bisa mengobatinya. Ya allah.. Aku hanya bisa memohon perlindungan Mu untuk putri kecilku yang kini sudah dewasa.. Lindungi dirinya dimana pun ia berada.." lirih Papi Tama dengan segera berlalu dan meninggalkan Tania dengan pasien Pertamanya tanpa berbalik lagi dan menoleh ke belakang.
Papi Tama sudah menyerahkan hidup Tania pada yang maha kuasa dan saat ini ia berada dalam lindungan-Nya.
Tania yang kini sudah berada di depan pintu kamar pasien pertamanya itu tertegun dan terpaku di tempat saat melihat Kendra yang sedang mengamuk memukuli ke empat orang perawat yang kini sedang berusaha menenangkannya.
Wajah mereka babak belur. Tania menatap lekat pada wajah penuh amarah tetapi terselip sendu di dalamnya.
Ia melangkahkan kakinya untuk masuk keruangan itu seorang diri tanpa ditemani oleh Sam yang kini ketakutan melihat tuan Mudanya mengamuk.
"Laahaula wala Quwwata illa billahi 'aliyyil 'alil 'adhim.."
Deg!
Deg!
Tangan Kendra mengatung di udara seketika ketika telinganya mendengar bisikan lirih dari seseorang yang saat ini butuhkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 347 Episodes
Comments