Bab 4

Lewis berasal dari Chicago lebih tepatnya di kawasan North Side of Loncoln Park, di usianya yang baru menginjak 17 tahun ia memutuskan untuk berkuliah di Florida, tempat Brian berasal. Hal yang paling Lewis sukai dari Florida adalah objek wisatanya yang begitu sesuai dengan Lewis, serta tidak ada yang mengenal Lewis sebagai anak dari seorang Ayah CEO di perusahaan besar dan Ibu yang memiliki nama besar karena hasil karyanya yang sudah di adaptasi menjadi sebuah film.

Sedari kecil Lewis tak menyukai sesuatu yang di spesialkan, ia ingin bebas mencari jati dirinya dan sukses dengan hasil kerja kerasnya sendiri tanpa campur tangan kedua orangtuanya lagi setelah ia kuliah, namun sebuah rencana terkadang memiliki banyak kendala, kisah percintaannya usai begitu saja dan juga keinginan suksesnya menjadi kacau kejadian hari ini.

Pandangan Lewis langsung teralihkan saat pintu ruangan sudah terbuka, mereka semua langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri dokter yang baru saja keluar. “Bagaimana kondisinya Dok?” tanya Lewis.

Dokter itu hanya menghembuskan nafasnya pelan lalu tersenyum masam. “Keadaannya sangat kritis, kami membutuhkan persetujuan pihak keluarga untuk melakukan operasi di bagian kepala.” Mendengar hal itu Lewis semakin lemas, ia semakin ketakutan.

...✨✨✨...

2 jam sudah berlalu dengan cepat, Lewis beberapa kali melihat jam di tangannya karena Mommy yang ia harapkan bisa menenangkannya tak kunjung datang. “Mommy sedang apa Paman? Mengapa lama sekali? Mommy akan baik-baik saja kan Paman?”

Lewis menundukkan kepalanya, ia menyadari jika dirinya sama egoisnya seperti Amara, mengkhawatirkan diri sendiri melainkan oranglain yang jauh lebih menderita darinya. “Mommy mu kuat Caitlin, Paman tahu kau lelah, beristirahatlah sejenak, Paman akan membangunkanmu jika Mommy mu sudah bangun.”

Ketika sedang sibuk memperhatikan kedua orang tersebut, Lewis mendengar sebuah suara yang sangat ia kenal, langkah kaki yang terburu-buru seakan menjadi bukti kepanikan orang itu. “Brian? Kau tahu aku ada di sini?” tanya Lewis dengan cepat. Adanya Brian di sini mungkin sedikit lebih baik dari pada dia seorang diri.

Brian duduk disampingnya, ia menepuk bahu Lewis dengan keras. “Apa yang terjadi? Kau tidak mengabari ku sama sekali. Jika aku tidak melawan rasa malasku untuk menghubungi Amara aku tidak akan pernah tahu kau dimana sampai sekarang,” desis Brian. Rasanya seharian ini ia berasa bersama pada Lewis karena sudah membiarkan pria malang itu melihat foto berisikan perselingkuhan Amara dengan pria lain, di tambah lagi Lewis tidak mengikuti satu kelas pun di Kampus, semua pesan tidak ada yang di balas dan saat dihubungi ponsel Lewis seakan tidak aktif. Saat menanyakan pada Amara, wanita itu malah mendumal dan mengatakan Lewis tidak berguna, membawanya ke dalam masalah dan saat Brian tahu Lewis baru saja menabrak seseorang dengan cepat Brian langsung bergegas menyusul Lewis. “Kau sudah menghubungi orangtua mu?” tanya Brian sedikit melemah karena merasa iba dengan raut wajah Lewis yang mengkhawatirkan. Pandangan kosong dan kacaunya penampilan Lewis menggambarkan sedang sehancur apa pria itu.

Lewis hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan, ia kembali memejamkan matanya dan mengusap cukup kuat dibagian alisnya. Brian mengedarkan pandangannya, ia sedikit tertegun melihat 2 orang disamping Lewis, mereka pasti adalah keluarga korban, menanti dengan cepat kabar yang akan disampaikan oleh Dokter. “Siapa yang kau tabrak?” bisik Brian dengan sangat pelan.

“Seorang ibu dari anak gadis itu,” jawab Lewis.

Saat Brian ingin bertanya lebih jauh, pintu ruangan operasi terbuka, mereka semua kembali berdiri dan menanyakan hal yang serupa pada Dokter. “Operasi berjalan dengan lancar, pasien masih belum sadarkan diri dan akan dipindahkan terlebih dahulu,” jelas Dokter tersebut.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***