Happy reading
Bendera kuning masih terpampang jelas didepan rumah sederhana itu. Saat memasuki rumah, Ana mengingat kenangan bersama sang suami berberapa tahun ini hingga suaminya telah tiada.
Tes!
Tes!
Tes!
"Mas... Ana merindukan mas surya," lirihnya mengelus foto pernikahannya itu seraya menitihkan air matanya.
"Apa Ana bisa jalani hari hari Ana seperti biasa Mas?" tanya Ana memeluk foto itu, hingga ucapan suaminya saat itu terlintas dipikirannya .
"Aku harus bisa, aku masih punya adek yang sebentar lagi akan keluar menikmati dunia ini," humam Ana mengelus perutnya dengan lembut.
"Adek jangan nakal nakal ya di dalam, walau nanti kamu tak bisa mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Tapi ibu akan memberikan kebahagiaan itu buat kamu," ucap Ana pada anaknya yang masih ada diperut.
"Dan aku tak akan menikah lagi, itu janjiku mas," dengan mantap Ana mengucapkan itu.
____________
5 Tahun kemudian
Anisa Rahman itulah yang diberikan Ayah Surya sebelum berpulang kesisinya. Gadis cantik berusia 5 tahun itu tampak ceria dan aktif.
"Yee ibu pulang," soraknya melihat sang ibu turun dari motor.
"Anak ibu, makasih ya bu sudah mau menemani anak saya," ucap Bu Ana pada salah seorang tetangga yang baik kepadanya.
"Iya An, aku gak keberatan. Tapi apa kamu gak ada niatan buat nikah lagi?" tanya Bu Lili pada Ana.
"Saya gak ada niat buat nikah lagi bu, cukup mas surya saja yang menjadi suami saya. Sekarang saya hanya ingin fokus mengurus Anisa saja," jawab ana mengelus rambut anaknya.
"Tapi Nisa juga butuh sosok ayah An," ujar Bu lily. yang usianya lebih tua dari Ana, Ana hanya menggeleng dengan senyum menatap anaknya yang memeluknya itu.
"Ya sudah lah An, aku juga udah bosan bilang gini kekamu. Tapi aku selalu dukung apa yang kamu lakukan. Aku pulang dulu ya," ucap Bu Lily.
"Terimaksih bu lily atas semua bantuan dan dukungan ibu," ucap bu Ana tulus pada Bu lily yang sudah dianggap kakaknya itu.
"Sama sama," balasnya dengan senyum.
Bu lily pulang kerumahnya, dan Ana mengajak anaknya masuk ke dalam rumah.
"Nisa sayang, apa kamu bahagia nak hidup tanpa ayah?" tanya bu Ana lembut menatap anaknya sambil menyamakan tinggi Nisa.
Gadis itu mirip sekali dengan sang ayah versi ceweknya, hal itu cukup membuat Ana mengobati rasa rindu dengan sang suami.
"Ana bahagia kok bu, tapi kadang aku juga iri dengan teman teman PAUD yang diantar ayahnya," jawab Nisa dengan senyum tapi bu Ana menangkap tersirat kesedihan dimata anaknya.
"Ohh jadi Nisa pengen punya ayah gitu?" tanya ibu Ana menatap mata gadis kecilnya itu
"Emm... Enggak.Nis takut ayah nanti jahat bu. cukup ibu aja disisi aku, nisa udah seneng" jawab Nisa dengan khasnya.
Ana yang mendengar jawaban anaknya itu hanya tersenyum bangga, ia memeluk tubuh sang putri dengan erat.
"Anakmu sudah besar mas, aku harap kamu lihat dari atas sana," batin Ana mengelus rambut halus anaknya.
"Ya sudah, kalau gitu nisa masuk kamar dulu ya, tadi ada PR gak?" tanya Bu Ana.
"Ada bu, menebali huruf," jawab Nisa.
"Kerjain tugasnya nanti ibu kekamar kamu, ibu mau mandi dulu.. bau," ucap Bu ana dan diangguki oleh Nisa.
Anisa masuk kedalam kamar dan juga Bu Ana yang masuk kedalam kamarnya. Setelah membersihkan diri Ana keluar dari kamar menuju kamar anaknya.
"Sayangnya ibu, udah selesai tugasnya?" tanya Ana pada sang putri.
"Udah bu," jawabnya dengan senyum
Ana melihat huruf yang sudah ditebali itu dengan rapi.
"Udah bagus, sekarang bantuin ibu masak mau?" tanya Ana menatap anaknya.
"Mau bu, ibu gak jualan hari ini?" tanya Nisa dengan nada kecilnya
"Hari ini ibu gak jualan, ibu mau ajak nisa kesuatu tempat sore ini," jawabnya menggandeng anaknya keluar dari kamar.
"Kemana bu?"
"Suatu tempat" jawabnya
Nisa hanya mengangguk, ia tak mau banyak bertanya karena nanti ia juga bakal tahu.
Dengan riang nisa melihat ibunya memasak, tangan kecilnya memegang bawang merah itu.
"Ini namanya bawang merah dek," ucap Ana melihat anaknya yang masih bingung akan apa yang ada di dapur .
"Kalau yang bulat bulan ini apa bu?" tanya Nisa memegang ketumbar dan merica yang ada diwadah itu.
"Yang keras agak kehitaman namanya merica kalau yang warnanya pekat kekuningan ini namanya ketumbar" jawabnya menunjuk mana ketumbar dan merica.
"Rica? Tumbar?" bingungnya meletakkan kembali wadah itu.
"Merica sayang, rasanya pedas kalau dimakan." ucap Ana.
"Cabe ya bu?"
"Iya, sama sama pedas" Jawabnya dengan senyum manisnya.
Jika di dapur ada saja yang ditanyakan Nisa, entah itu mau masak apa? Ini namanya apa? Itu namanya apa? Tapi hal itu membuar Bu Ana senang.
Ana menyelesaikan memasaknya seraya menjawab pertanyaan anaknya itu.
"Sekarang kita makan ya," ajak bu Ana membawa piring yang berisi tumis tempe dengan daging ayam itu.
Ana menuangkan nasi pada piringnya dan piring anaknya beserta tumis itu.
"Jangan lupa berdo'a dulu," ucap Ana, Ana selalu menerapkan hal hal kecil itu pada anaknya sejak kecil agar anaknya itu terbiasa.
__________
Seperti yang diucapkan Ana tau, bahwa hari ini akan membawa Nisa kesuatu tempat dan disinilah mereka sekarang.
"Kenapa kemakam bu?" tanya Nisa pada ibunya.
"Kita mau ngunjungi ayah sayang" Jawabnya lembut seraya membenarkan hijab kecil anaknya
"Ayah?? Seperti yang difoto itu ya bu?" tanyanya.
"Heemmm, iya sayang.... yuk," ajaknya.
Ana membawa bunga tabur yang ia beli tadi seraya mengandeng tangan kecil anaknya menuju satu makam yang bersih terawat itu.
"Assalamualaikum mas. Ana dateng bawa Nisa. Anak kita, kamu lihat deh dia udah besar usianya sudah 5 tahun," ucap Ana memperkenalkan Nisa seraya menaburkan bunga itu kemakan suaminya.
"Nisa ini makam ayah nak, salam dulu," ucap Ana pada Nisa.
"Assalamualaikum ayah, ini nisa.... Kata ibu, ayah orang yang hebat. Tapi kenapa Ayah ninggalin Nisa sama Ibu," ucap Nisa dengan polosnya.
"Karena Allah lebih sayang pada Ayah sayang," jawabnya.
"Nanti ibu ceritain kenapa ayah pulang dulu ya," ucap Ana dan diangguki oleh Nisa
Ana memimpin doa untuk suaminya agar tenang dialam sana, bersama anaknya. Walau usia Nisa masih 5 tahun tapi ia sudah bisa baca surat pendek walau masih sedikit cedal.
Tak jauh dari mereka ada seorang anak laki laki berusia 8 tahun sedang menangis diantara dua makan itu. Nisa yang melihat itu menghampirinya meninggalkan ibunya yang masih berdoa untuk ayahnya.
"Kakak kenapa nangis?" tanya Nisa pada lelaki itu.
"Oh kamu, gak papa kok. Cuma ingat ibu sama ayah kakak yang udah gak ada," jawabnya mengusap air matanya.
"Kamu sama siapa kesini?" tanya laki laki itu pada Nisa.
"Sama ibu disana," Jawab Nisa menujuk ibunya.
"Kakak jangan nangis ya, walau ayah dan ibu kakak udah gak ada tapi mereka akan selalu ada dihati kakak," tangan nisa memegang dada Laki laki itu.
"Kata ibu, orang yang sudah meninggal itu udah gak ngerasain sakit lagi, mereka udah bahagia disisi Allah," lanjutnya dengan senyum.
"Iya makasih udah kasih tahu aku," ucapnya dengan senyum manis pula.
"Oh ya nama kakak siapa?" tanya Nisa pada laki laki itu.
"Riski, kalau kamu?" tanya Riski pada Nisa.
"Nama aku Nisa," jawabnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Berarti beda umur Anisa dgn Riski 3 tahun ya..👍
2024-05-18
0
Sri Wahyuni
😭😭😭 mewek aku thor 😭😭😭😭
2023-04-01
0