Jum'at jam 16.00 Wib, gue bersama papah menuju ke Gedung Asrama Sekolah Perawat Kesehatan Kotabumi. Motor yang kami tumpangi berjalan santai merasa tanpa ada beban diatasnya, melaju dengan lincah menghindari lubang-lubang di jalan aspal yang terlihat mulai rapuh di makan kedustaan proyek yang tidak sesuai dengan anggaran yang telah tersediakan.
Sampailah kami di pertigaan memasuki jalan menuju Gedung Asrama Sekolah Perawat Kesehatan Kotabumi, saat memasuki jalan saja sudah terlihat ramai para penunggu antrian pengumuman ujian test tulisan yang telah akan di umumkan, tapi sayangnya pengumuman itu tidak sesuai dengan jam yang di tentukan alias mengaret, elastis dan banyak semakin memanjang itulah gambarannya.
Gue dan papah berhenti di pertengahan jalan masuk antara pertigaan dengan Gedung Asrama Sekolah Perawat Kesehatan Kotabumi di sini saja sudah ribuan makhluk Tuhan yang antri menunggu, ada yang sibuk membenarkan tali sepatu yang sebenarnya tidak ada masalah, ada yang duduk sambil bernyanyi kecil tak tentu arah kemana suara bagaimana nadanya yang penting heppy saja lah, ada yang tertawa ramai-ramai seru katanya, karena belum mengerti dengan kerasnya beban kehidupan yang menunggu di ujung sana menanti sebuah kepastian.
"Hai, nama gue Ilham!" Sapa gue dengan seorang cowo' sebaya umurnya dengan gue, raut dan wajah sepertinya tidak asing dan pernah terlihat sebelumnya.
"Iya, saya Made!" Jawabnya singkat.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?!" Tanya gue memastikan.
"Sepertinya pernah, tapi di mana ya!?" Rada mikir Made menjawab. "Hmmm...! Sepertinya memang kita pernah bertemu!, tapi di mana ya?"
"Jangan juga elo jawab ya sekarang ini De!" Jawab gue becanda.
"Hahaaaaa... Ya juga ya! Gue inget, waktu ujian test tulis, elo kan duduk di depan gue!" Sambil tertawa lepas Made dan gue mulai berusaha mencari pokok bahasan obrolan yang kira-kira menarik untuk di obrolkan.
Sementara papah pun nggak mau bengong sendiri juga, papah malah lebih asyik ngobrol dengan akrab pada seorang pria separuh baya, di bandingkan papah ya beda-beda tipis lah tentang usia.
Sampai tiba-tiba semua peserta ujian test tulis itu di kagetkan dengan suara ambulans milik Sekolah Perawat Kesehatan Kotabumi yang berdengung tidak jelas kemana tujuan tuh suara.
Belum sempat ambulans itu masuk gerbang Gedung Asrama Sekolah Perawat Kesehatan Kotabumi beberapa peserta ujian test tulis memberhentikan ambulan itu.
"Om, bawa pengumuman ya?!" Tanya salah satu cowo' tersebut.
"Oh ya dek, ma'af ya jangan ganggu jalan nanti silahkan di lihat di papan pemgumuman depan kantor saja!" Jelas sang sopir ambulan.
"Lihat disini saja sih om, kan cuma sebentar!" Pinta cowo' itu kembali.
"Sekali lagi ma'af ya, ini harus segera di umumkan kasihan kan kalau gara-gara hal seperti ini jadi semakin lama!" Jelas sopir ambulans.
Akhirnya ambulans pun dapat berjalan lepas, bebas dan merdeka walau terkadang merdeka itu sebuah kebohongan belaka.
Ribuan peserta ujian test tulis tersebut tanpa komando dan aba-aba menyerbu masuk kedepan kantor untuk melihat langsung hasil pengumuman itu.
"Ilham nggak ikut lihat?" Tanya papah karena gue masih dalam posisi asyik ngobrol dengan teman baru gue itu.
"Santai aja lah pa, lagian masih ramai gitu positif nggak bisa kelihatan lagi tuh.
"Ya nggak papa Ham, nanti kalau Ilham mau lihat kesana cari papah di situ ya!" Balas papah dengan jari telunjuk tangan mengarah kesebuah warung "soto dan mie ayam enak" judul tuh poster di depan pintu masuk.
Tak terasa sudah satu jam lebih sedikit, gue dan made belum juga geser bergerak melihat hasil ujian test tulis tersebut, lantaran ramainya peserta yang ingin melihat hasil dari test yang di jalani mereka sebelumnya.
"Gile Ham, dah lama kita tunggu nggak sepi-sepi juga nih!" Ucap Made.
"Ya gimana kaga mau sepi De, yang udah lihat pengumuman pun masih aja tetap nongkrong di sana!" Jelas gue pada Made.
"Iya juga ya Ham, bukannya segera pergi kalau sudah lihat, jadi yang lain yang mau melihat pengumuman bisa leluasa melihatnya!" Ucap Made.
Pengumuman tersebut di tempel pada papan tulis putih dengan nama dan nomor peserta memakai kertas lebar di tulis dengan spidol hitam (maklum masih zaman purba).
"Mau sampai jam berapa kita disini De!" Ucap gue lagi.
"Apa kita trobos saja tuh kerumunan?!" Tanya Made.
"Boleh!" Jawab gue singkat.
Kami berdua berjalan tetap dengan santai mendekati pintu gerbang yang jelas baru melangkahkan kaki satu langkah saja sudah susah untuk bernafas lega terbentang hamparan manusia dengan ambisinya untuk merebutkan sebuah pengumuman.
Singkat cerita kami berdua sudah melihat hasilnya walau harus berkorban penuh keringat bercucuran berusaha mendekati lokasi yang di sebutkan tadi.
"Gimana Ham! Lulus apa ujian test tulisnya? Ada nama Ilham dan nomor ujiannya nggak?!" Tanya papah setelah gue kembali ke tempat yang sudah di sepakati. Sementara itu Made sudah melangkah pergi meninggalkan semua permasalahan dunia yang membuat tak masuk akal, kenapa di bilang begitu "Sudah tahu kalau pengumuman itu tidak akan pergi kemana-mana mengapa harus berkerumunan begitu, coba seandainya budaya antri tidak di abaikan pasti semua bisa berjalan lancar one by one semua peserta ujian test tulis bisa melihat pengumuman tersebut.
" Hmmm...! Boleh nggak pah kalau Ilham kasih tahunya nanti si rumah saja!" Jelas gue ke papah.
"Ayo siapa takut, kita pulang kalau begitu!" Ajak papah.
Kami meninggalkan pertigaan lalu ke jalan besar berlubang dengan rada tak santai lagi, karena papah ingin mendengar hasil dari ujian test tulis yang sudah gue jalani sebelumnya.
"Gimana pah, di terima apa!?" Tanya mamah belum juga sampai di depan pintu sudah ingin tahu hasilnya.
"Tau ah mah, Ilham mintanya di kasih tahu saat papah sampai di rumah. Jadi sementara ini papah belum tahu apa-apa!" Balas papah menjelaskan.
"Gimana Ham!" Tanya mamah saat gue mulai masuk lewat pintu depan rumah.
"Ya mau gimana lagi lah mah!" Jawab Ilham.
"Ya udah Ham, artinya belum rezeki Ilham!" Balas mamah.
"Iya mah, pah, mungkin lain waktu tidak ada kesempatan lagi?!" Jelas Ilham.
"Lah maksudnya apa Ham, umur juga masih cukup untuk mencoba tahun depan lagi kan!" Balas papah ikut mengomentari.
"Malas kalau tahun depan Ilham ikut lagi pah!" Jawab Ilham.
"Ya nggak papa lo Ham, semua kan sudah mendukung dan mendo'akan semua! Artinya ya terserah Ilham aja mau atau nggak coba lagi kan?!" Jelas papah menghilangkan rasa kecewa anak bungsunya itu.
Tapi tiba-tiba...!!!
"Ham... ilham... Ilham...!" Suara dari depan rumah terdengar.
"Ohhh... Nak Dedi Hendrawan masuk nak Ilham ada kok!" Jewab mamah.
"Ada apaan Ded, elo teriak-teriak begitu? Ngucapin salam ngapa!" Canda Ilham pada teman bermainnya waktu kecil hingga sampai saat ini karena kebetulan rumah Dedi ada di sebelah rumah Ilham.
"Selamat ya Ham!" Ucap Dedi sembari meyodorkan tangan kanannya ingin menyalami Ilham.
"What? Maksudnya apa nak dedi?!" Tanya papah curiga.
"Ilham kan di terima tante, om... Nomor 59 ada diurutan 34 dari 80 siswa yang akan di terima om, tante!?" Jelas Dedi karena dia tidak melihat kedipan mata Ilham yang memberi kode rahasia.
"Ooooo... Jadi anak mamah ini sudah pintar berbohong ya?!" Tanya mamah kesal tapi hati tersenyum bahagia.
"Ilham nggak bohong kok mah, pah!. Kan Ilham dah bilang dari awal "Ya mau gimana lagi lah mah!" Begitu kan!" Jelas Ilham.
"Ya dengan perkataan begitu artinya Ilham nggak di terima dong!" Timpal papahnya dengan rasa bangga pada putranya ini.
"Maksud Ilham tadi mau di teruskan, cuma mamah sudah langsung memotong kata-kata Ilham. Rencananya Ilham mau bilang "Ya mau gimana lagi lah mah! Kalau Ilham ternyata di terima... Begitu!" Jelas Ilham.
"Haaaa... Banyak alasan anak mamah ini!" Balas mamah senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments