ASRAMA TANPA WADAH
Asrama tidak sekedar tempat tinggal semata akan tetapi di sana tercermin keragaman identitas yang menunjukkan bahwa penghuni berasal dari berbagai latar baik daerah, suku, hingga kebiasaan individual dimana mampu menumbuhkan jiwa toleran dan kebersamaan.
Kita putar balik dalam hitungan mundur tahun 1994, di mana tahun ini kita belum mengenal hendpone, ATM, Leptop dan barang-barang canggih lainnya. Di tahun itu masih mengenal surat-menyurat (ada surat biasa sampai ke tujuan bisa satu minggu, ada surat kilat sampai ke tujuan empat hari dan ada surat kilat khusus sampai ke tujuan dua hari), telepone koin yang kalau mau di pakai harus bergiliran antri dan uang pun masih memakai tabungan yang harus di tarik tunai langsung tanpa ATM, televisi sudah ada namun masih sedikit hanya beberapa cennel saja.
Radio menjadi pegangan para mahluk-mahluk asrama karena ingin mendengarkan musik, sandiwara, berita atau yang trent di saat itu sebuah acara radio dengan judul 'Ungkapan Kata Hati' di mana kita bisa mengirimkan berbagai ungkapan perasaan hati yang di tujukan buat orang tercinta atau kadang kala di pakai untuk mengutarakan suara hati yang mungkin sulit di ungkapkan secara langsung lalu memakai media acara radio ini lah semua isi hati bisa kita utarakan dengan harapan cewe' atau cowo' yang menjadi tujuan rasa hati kita mendengar atau ya... setidaknya teman sekamar asrama salah satu saja mendengar lalu di sampaikan pada cowo' atau cewe' yang menjadi tujuannya... Itu juga kalau di sampaikan, kalau tidak artinya sia-sia sudah apa yang di ungkapkan oleh penyiar radio itu dan ini akan di pesan ulang melalui lembaran-lembaran atensi yang biasanya di beli langsung satu buku dan di edarkan kepada mahluk-mahluk asrama.
Dalam keadaan itulah cerita ini terkisah.
***
Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada berbondong-bondong mendaftarkan untuk masuk Sekolah Perawat Kesehatan di Provinsi Lampung. Tahun 1994 itu hanya ada 4 Sekolah Perawat Kesehatan setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan belum ada Akademi Perawat D3 apalagi Sarjana Keperawatan S1.
Ini membuat ke empat Sekolah Perawat Kesehatan menjadi tujuan untuk mencapai asa sebagai cita-cita menuju masa depan. Sekolah Perawat Kesehatan Bandar Lampung, Sekolah Perawat Kesehatan Metro, Sekolah Perawat Kesehatan Kotabumi ke tiga sekolah ini milik pemerintah sedangkan satu Sekolah Perawat Kesehatan Baitul Hikmah merupakan milik swasta.
Karena sedikitnya Sekolah Perawat Kesehatan sehingga saat ujian test masuk sekolah tersebut menjadi rebutan peserta yang ingin mendaftar ke sana di karenakan masih adanya ikatan dinas atau kalau kita lulus sudah bisa di pastikan akan di terima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk yang cowo' kalau untuk yang cewe' dia akan melanjutkan ke jenjang Kebidanan.
***
Gue termasuk yang mungkin kurang berminat sebelumnya akan cita-cita menuju Sekolah Perawat Kesehatan. Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), gue langsung lanjut mendaftar ke Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) dengan mengambil jurusan Keuangan dengan harapan setelah selesai mungkin akan mengambil khursus Computer (belum ada leptop di tahun itu dan Universitas pun hanya ada Universitas Lampung saja) dan dengan mempunyai keahlian itu harapan gue bisa bekerja di salah satu perusahan swasta minimal sebagai karyawan tetap.
Genap tiga minggu gue masuk di Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) tiba-tiba gue di kabari kalau Sekolah Perawat Kesehatan Kotabumi ada bukaan pendaftaran untuk 80 siswa.
Kebetulan gue lahir dan tinggal di Kotabumi tetapi bukan asli orang sana, ibu orang minangkabau tiga tahun sudah di tinggalkan ke dua orang tuanya, lalu dengan nenek ibu di bawa ke kota palembang dan besar disana lalu saat sekolah menengah atas ibu melanjukannya di Lampung. Sedangan bapak gue asli orang minangkabau juga tapi sudah lahir di Kotabumi, Lampung Utara. Lalu mereka di jodohkan sampai akhirnya menikah dan tetap tinggal di Kotabumi, Lampung Utara. Gue anak ke lima dari lima saudara, kalau katanya anak bungsu, yang pertama cewe' Dilla Handayani, kedua cewe' Amanda Widiani, ke tiga cowo' Ovidius, ke empat cewe' Gebby Franika dan ke lima cowo' gue sendiri Ilham Alfarizi.
"Amanda, kan Ilham sudah Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) kenapa harus ikut daftar ke Sekolah Perawat Kesehatan!" Tanya mamah waktu itu kepada Amanda.
"Ya mah, nggak masalah lah. Kalau seandainya di terima setidaknya sudah bisa menjadi Perawat Kesehatan dan Pegawai Negeri Sipil lagi!" Jawab Amanda.
"Ilham apa yakin mau masuk ke sana?" Tanya mamah lagi.
"Ya, kita coba saja dulu mah tanyakan dengan Ilham, mumpung pendaftarannya belum habis waktunya!" Jawab Amanda.
"Ya mamah sih terserah saja mana baiknya, cuma ingat dia sudah bayar uang masuk Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) lo, apa nggak sayang uangnya yang sudah di bayarkan itu lo!" Tanya mamah lagi.
"Kalau masalah itu nanti Dilla mah yang urusnya!" Jawab Dilla masuk dalam pembicaran. "Biasanya masih bisa di pulangkan kok mah, walau tidak semua!" Lanjutnya.
"Ini juga masih coba-coba lo mah, yang penting Ilham ikut test dulu, kalau lulus test nanti kita semua pikirkan lagi!" Jelas Amanda lagi.
"Ya, nggak papa lo mah, namanya juga mencoba!" Kakak gue yang cowo' Ovi ikut menimpali percakapan itu.
"Ayah udah pensiun lo, kalau banyak biaya yang akan di keluarkan nantinya mungkin mamah nggak sanggup membiayainya!" Jelas mamah lagi.
"Udah nggak usah mikir terlalu jauh dulu, biar Ilham coba ikut test dulu, kalau lulus nanti kita sama-sama pikirkan lagi!" Jelas Ovi.
"Bagaimana dengan Gebby! Apa setuju kalau adek Ilhamnya mencoba!" Tanya mamah lagi kepada kakak cewe' gue yang nomor empat.
"Gebby mah terserah saja mah, kalau kak Amanda, kak Dilla dan kak Ovi sudah setuju kenapa nggak di coba!" Jelas Gebby.
Akhirnya semua sepakat untuk gue melanjutkan mendaftar ke Sekolah Perawat Kesehatan tanpa harus melepaskan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), jadi seandainya tidak di terima gue masih tetap bersekolah di sana.
***
Waktu itu papah yang menemani mendaftar ke Sekolah Perawat Kesehatan Kotabumi, sedangkan yang mengurus perlengkapan dan syarat-syarat mendaftar semua di kerjakan Amanda dan Ovi. Sampai waktu test pun tiba papah yang masih menemani menunggu di luar Gedung Olahraga (GOR) Sukung Kelapa Tujuh, Kotabumi tempat berlangsungnya. Untuk penerimaan siswa waktu itu tahun 1994 hanya dua kelas atau berjumlah 80 siswa, setiap kelas berisi 40 siswa dari peserta yang ikut test ujian itu 1.547 siswa.
"Gimana Ham, bisa jawab soal-soal testnya!" Tanya papah.
"InsyaAllah pah, mudah-mudahan masuk!" jawab gue ke papah walau pun terasa ragu hanya punya harapan semoga saja dari 80 siswa itu yang di terima salah satunya gue.
"Kalau Ilham yakin seperti itu, pasti di terima deh!" Jawab papah bangga.
"Ya pah!" Kata gue membalas kalimat papah.
"Kapan pengumumannya Ham!?" Tanya papah lagi.
"Kalau nggak salah test ujian tulis jum'at depan pah pengumumannya, kalau lolos seninnya sudah test kesehatan!" Jawab gue menjelaskan ke papah.
"Artinya Jum'at depan kita kesini lagi!?" Tanya papah.
"Nggak pah, kita lihat pengumumannya di Asrama Sekolah Perawat Kesehatan jam 16.00 Wib!" Jelas gue. "Nanti pengumumannya nomor ujian dan nama di tempel pada papan tulis depan kantor, kata panitia test ujian tulis tadi pah!"
"Oh, ya udah. Yuk kita pulang!" Jelas papah sembari mengajak gue berjalan menuju tempat parkiran motor yang di awal datang di letakkan disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
YUSIKO
👍👍👍
2023-04-05
1