...***...
Masih malam yang sama.
Andhira belum juga tidur, ia masih memikirkan bagaimana hubungannya dengan pacarnya yang tergolong sangat aneh dalam dunia percintaan.
"Kenapa nomornya gak aktif sih?. Apakah dia sedang sibuk?." Andhira sangat jengkel dengan semua yang ia rasakan. "Kamu itu kalo apa-apa gak pernah bilang ke aku." Andhira tidak suka jika ada yang bersikap cuek padanya. "Sama seperti waktu itu. Tiba-tiba saja ada acara sama temannya?. Malah ninggalin aku seenaknya aja." Andhira masih ingat dengan kejadian ketika mereka masih kuliah dulu.
Kembali ke masa itu.
Sudah hampir setengah jam ia menunggu seseorang keluar dari kelas, akan tetapi masih belum ada tanda-tanda mau keluar juga?.
"Masih lama gak ya?. Keluarnya lama amat." Keluh Andhira dengan kesalnya.
Brakh!.
Saat itu seorang dosen tampak marah, keluar sambil membanting pintu dengan sangat keras.
"Oh?. Udah keluar tu." Andhira langsung mendekat. "Kak dimas." Andhira langsung memanggil orang yang ia tuju.
"Andhira toh?." Dimas senang melihat kedatangan pacarnya. "Udah dari tadi ya?." Dimas iseng bertanya.
"Lumayan sih." Jawab Andhira. "Tumben kakak keluarnya lama?." Andhira penasaran.
"Dosennya lagi mode ceramah." Dimas malah tertawa.
Setelah itu mereka segera meninggalkan tempat itu, tentunya meninggalkan kampus. Karena jam kampus telah selesai, jadi mereka bisa bebas mau ke mana saja setelah itu.
"Abis ini kita-." Ucapannya saat itu terpotong.
"Oi!. Dimas!. Mas!. Dimas!." Seseorang memanggil nama Dimas.
"Apaan sih jor?. Berisik amat." Dimas terlihat jengkel.
"Noh?!. Yang lain udah nungguin lu!. Dari tadi ditungguin." Jordi dengan kesalnya menunjuk ke arah teman-temannya yang lainnya yang dari tadi menunggu.
"Oh iya ya?. Gue lupa." Dimas menepuk jidatnya.
"Emangnya lupa apa?." Andhira sangat penasaran.
"Aku udah ada janji sama mereka ke puncak minggu ini. Kami mau survival dengan tim dari daerah lain." Dimas dengan entengnya berkata seperti itu.
"Tapi kamu kan udah janji sama aku mau nemenin aku cari kamera baru buat praktek nanti." Andhira mengingatkan kembali pada Dimas.
"Lo jangan coba-coba kabur ya?. Auto kena blacklist lo." Jordi tentunya mengerti dengan situasi saat itu. "Skatmat, gak bakalan bisa ikutan lagi bulan depan." Jordi memberikan ancaman.
"Mana bisa dong?." Dimas tidak terima . "Gue itu dah sepuh, lebih senior dari pada elu." Dimas malah bangga.
"Ya udah. Kalo gitu ayok!." Jordi tidak mau membuang-buang waktu. "Gue tunggu di depan sana yang lainnya." Setelah itu ia menyusul teman-temannya.
"Aku ikut mereka. Soalnya acaranya sangat penting." Dimas tanpa panjang berkata seperti itu?.
"Lah?!. Terus gimana janji kamu sama aku?." Andhira sangat jengkel ketika Dimas berjalan meninggalkan dirinya.
"Lain kali aja. Atau pesan di toko online aja. Nanti bakal aku bayar kok." Dimas dengan mudahnya memberikan jawaban seperti itu. "Udah ya?. Aku langsung berangkat." Ia malah berjalan cepat.
"Tunggu!. Anterin aku dulu!." Andhira berkata dengan suara yang agak keras.
"Aku gak sempet nganter kamu." Balas Dimas tanpa melihat lagi ke arah Andhira.
"Bangsat emang tu cowok ya?!." Andhira memaki dengan kesalnya. "Berani sekali dia ninggalin aku?!." Andhira ingin melempari Dimas dengan batu.
Kembali ke masa ini.
"Kamu tega sekali ninggalin aku. Apa kamu tidak memiliki perasaan sedikitpun?. Anterin aku dulu kek?. Kalo kamu memang menghormati teman kamu itu." Hatinya merasa sakit mengingat itu, hatinya benar-benar dendam pada Dimas.
Sementara itu Evan.
Saat ini ia juga sangat galau, karena belum juga ada balasan dari Dera.
"Dari kemarin nomornya gak aktif. Kenapa kamu itu gak terus terang sama aku?. Kamu itu anggap aku ini apa?." Evan sangat bingung dengan hubungan percintaan mereka yang sangat aneh, dan sangat kaku seperti itu.
Kembali ke masa itu.
Saat itu Dera yang datang padanya, mengatakan jika dia mau jadi pacarnya?. Bukan Evan yang menyatakan cinta pada Dera Lestari.
"Kamu benaran mau jadi pacar aku?." Evan sedikit terkejut, karena ada cewek yang berani menyatakan perasaannya?.
"Ya. Mau kok." Dera tidak terlihat ragu, ataupun berniat main-main saja.
"Benaran ya?." Evan hanya ingin memastikannya.
"Kamu masih ragu sama aku?." Dera malah balik bertanya.
"Enggak sih. Sangat yakin. Tapi apa alasan kamu mau jadian sama aku?." Evan tidak ingin merasa dipermainkan, hanya itu saja.
"Lumayan ganteng sih." Dera menjawab seperti itu?. Apakah dia benaran serius mengajak Evan pacaran?.
"Hanya itu saja?." Evan tercengang dengan jawaban itu.
"Apakah cinta itu perlu alasan?!." Dera kembali bertanya.
"Enggak tahu sih." Evan memang bingung pada hari itu.
"Ya udah. Kalo gitu kita jadian tanpa memiliki alasan." Dera tertawa kecil melihat raut wajah Evan.
"Ok." Evan setuju tanpa pikir panjang.
Namun setelah seminggu mereka jadian, pada saat itu ia tidak sengaja mendengarkan bagaiaman obrolan Dera dengan temannya.
"Kamu jadian sama cowok miskin itu?." Rena sangat heran dengan Dera.
"Terpaksa sih ya sebenarnya. Tapi mau gimana lagi?. Kalo gak kasian?. Ya lumayan sih gantengnya sia-sia kalo gak dimanfaatin." Dera malah berpikiran seperti itu?.
"Lo itu ya?. Emang aneh." Rena tidak mengerti.
Kembali ke masa itu.
"Aku ini sebenarnya bodoh atau apa ya?. Masih aja mengharapakan perasaan cinta seperti itu. Jelas-jelas dia itu cinta sama aku karena tampang aja, walaupun dia jarang minta traktir sama aku." Dimas memang merasa heran dengan dirinya yang seperti itu. "Apakah aku harus putus?. Lalu menikah dengan andhira?." Evan masih memikirkan tentang perjodohan yang telah ditawarkan oleh kedua orang tuanya. "Tapi bagaimana jika andhira juga memikirkan hal yang sama?. Tapi dia bilang udah punya pacar. Apakah pacarnya lebih ganteng dari aku?." Evan malah pusing sendiri dengan apa yang akan ia pilih untuk menentukan masa depannya.
Di rumah Andhira.
Andhira juga terlihat masih bingung menentukan pilihan masa depannya yang sama sekali tidak jelas mau dibawa ke mana.
"Apa sebaiknya aku terima aja ya?. Perjodohan ini. Ngapain aku mengharapakan orang yang tidak jelas seperti itu?. Apakah aku salah nantinya?." Andhira mencoba membayangkan bagaimana kehidupannya setelah menikah nanti. "Jangan salahkan aku ya?. Nyatanya kamu sendiri yang cuek sama aku, tidak peduli sama aku sama sekali." Andhira masih sangat dendam dengan apa yang telah dilakukan Dimas padanya. "Kamu sendiri yang sama sekali tidak bisa memutuskannya. Jadi jangan marah ketika aku bersama dengan orang yang telah jelas kehidupannya." Andhira sudah muak dengan kehidupannya yang tidak jelas arah tujuannya. Jadi ia tidak akan segan-segan jika masih saja tidak ada kabar yang pasti arahnya.
...*** ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments