CHAPTER 2

...***...

Pukul 7.30 pagi.

Ini masih pagi?. Tapi kenapa malah ada konflik yang terjadi antara Andhira dengan mama tirinya?. Dengan berkacak pinggang ia berdiri di pintu studio kecil milik Andhira.

"Dengar ya?. Jangan coba-coba kabur. Jangan buat malu ayah kamu!." Mega Aryani memberikan peringatan pada Andhira.

"Dah selesai bicaranya?." Andhira berjalan dengan kesal mendekati mama tirinya. "Jangan ganggu aku sampai jam sepuluh nanti. Aku harus menyelesaikan editanku!." Ia dorong kuat mama tirinya hingga menjauh dari pintu studio miliknya.

Brakh!.

Terdengar bantingan suara pintu yang sangat keras, dan anggap saja itu adalah ungkapan kekesalan yang dirasakan oleh Andhira selama ini.

"Dasar anak kurang ajar!." Bentak Mega Aryani  dengan dipenuhi oleh amarah yang sangat membuncah. "Awas saja kau ya!." Hatinya saat itu sedang memanas atas perlakuan anak tirinya yang sangat kurang ajar padanya. Setelah itu ia pergi dari sana, ia tahu harus berbuat apa.

"Aku tahu niat busukmu itu." Andhira tentunya mengetahui apa yang selama ini diinginkan oleh Mega Aryani. "Kamu ingin menguasai harta ayahku. Hingga kamu ingin aku segera pergi dari rumah ini." Andhira sangat benci dengan kenyataan itu. "Aku juga tidak akan membiarkan kamu melakukan itu." Andhira sangat sakit hati dengan apa yang selama ini direncanakan oleh Mega Aryani terhadap ayahnya.

...***...

Sementara itu, Saguna Pradhana dan Greesa Dara sedang melakukan persiapan. Suasana hati mereka sangat bagus, karena Evan Pradhana anak mereka menyetujui perjodohan itu. Sungguh, mereka sangat bahagia mendengarkan anak mereka akan menerima itu dengan sukarela?.

"Kita akan sampai jam sepuluh nanti. Jadi kita harus segera berangkat, supaya tidak terlalu lama di jalan nantinya." Saguna telah membersihkan mobil yang akan ia gunakan untuk menuju ke rumah keluarga wanita yang akan dijodohkan dengan anaknya.

"Kalau begitu ibu akan mengambil semua barang yang telah kita siapkan." Gressa telah menyiapkan semuanya.

"Biar ayah saja. Ibu berkemas yang cantik saja." Saguna  terlihat sangat bersemangat dengan apa yang akan terjadi nantinya.

"Baiklah kalau begitu ayah." Greesa dapat menangkap rona kebahagiaan dari raut wajah suaminya.

"Sekalian ayah akan membantu evan." Saguna teringat dengan anaknya yang mungkin akan mengalami kesulitan dalam memilih pakaian?. Bisa jadi seperti itu.

"Ya." Greesa memahami ucapan suaminya. Setelah itu ia masuk ke dalam rumah, menyusul suaminya yang terlihat sangat bersemangat. "Syukurlah jika anakku evan mau menerima perjodohan itu." Dalam hati Greesa sangat senang dengan ucapan anaknya sebelum lagi menjelang. "Semoga saja nantinya akan berjalan dengan baik." Hanya itu saja harapan yang ia inginkan untuk kebahagiaan anaknya.

...***...

Di kamar Harfandi dan Mega Aryani.

Keduanya juga telah melakukan persiapan untuk menyambut calon menantu mereka nantinya. Akan tetapi pada saat itu Mega Aryani terlihat sedang memerankan lakon yang baik dihadapan suaminya.

"Apakah sudah melakukan persiapan ma?." Harfandi bertanya pada istrinya dengan suara yang sangat ramah.

"Mama sudah melakukan persiapan pa. Hanya saja andhira mengatakan tidak ingin diganggu sampai jam sepuluh." Mega Aryani malah terlihat sedih?. Ia seperti sedang terluka setelah mendengarkan ucapan seseorang?. "Padahal ini semua demi kebahagiaanya pa." Mega Aryani memperlihatkan bagaimana rasa sedih yang ia rasakan pada suaminya. "Apakah mama tidak pantas menjadi ibunya?." Dengan tatapan mata yang terluka ia bertanya seperti itu pada suami yang sangat ia cintai?.

"Mama tenang saja. Dia akan menjadi anak yang baik setelah menjadi seorang ibu nantinya." Harfandi hanya tersenyum kecil mendengarkan ucapan istrinya.

"Ya. Mama harap seperti itu pa." Mega Aryani memeluk sayang suaminya, seakan-akan ia sedang menunjukkan keseriusan yang ia rasakan. "Aku hanya ingin dia segera pergi dari rumah ini. Karena aku sudah muak melihat wajahnya yang mirip dengan wanita malam itu." Dalam hatinya yang memiliki sifat jahat malah berpikiran seperti itu. Hatinya yang dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang tidak baik mengenai penguasaan harta yang ada di dalam kehidupan rumah tangganya.

...***...

"Apakah aku benar-benar akan menerima perjodohan ini?." Evan sepertinya masih ragu dengan apa yang telah ia putuskan. "Tapi ini semua demi ayah. Aku hanya merasa kasihan pada ayah." Dalam hatinya berkata seperti itu supaya ayahnya tidak kecewa. "Selama ini ayah selalu menuruti apa saja yang aku katakan. Ayah sangat menyayangiku, jadi tidak ada alasan aku menolaknya. Meskipun aku sama sekali tidak menyukai perjodohan ini." Evan dapat merasakan kasih sayang yang luar biasa dari ayahnya. "Tapi kenapa belum ada tanggapan sama sekali darinya?. Apakah karena dia marah karena aku mengatakan tidak bisa bertemu dengannya kemarin malam?." Di sisi lain hatinya sangat gelisah, karena pacarnya belum juga melihat chat yang ia kirim melalui WhatsApp.

"Evan?." Saguna memanggil anaknya.

"Oh?. Ya, ayah?." Balas Evan. Matanya melihat penampilan ayahnya yang terlihat sangat rapi dari yang sebelumnya. Sepertinya ayahnya benar-benar telah siap untuk pergi hari ini. Hatinya semakin bergetar bersimpati dengan apa yang akan dilakukan ayahnya.

"Apakah kamu sudah siap?." Saguna tersenyum kecil, bertanya seperti itu pada anaknya.

"Ya ayah. Aku sudah siap." Evan mencoba menguatkan hatinya. Ia tidak ingin mengecewakan ayah yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada batas padanya.

"Kalau begitu mari kita berangkat. Supaya tidak terlalu lama di jalan nantinya." Saguna kembali tersenyum pada anaknya.

"Baiklah ayah." Evan hanya menuruti apa yang dikatakan ayahnya, ia tidak berniat lagi membantah ayahnya.

...***...

Sedangkan Andhira sedang memikirkan perjodohan itu?. Sehingga itu sangat mengganggu pekerjaannya.

"Memangnya laki-laki seperti apa yang akan dijodohkan denganku?." Hatinya masih belum bisa menerima ini. "Apa yang harus aku lakukan dengan ini?." Dalam hatinya masih memeriksa pesan masuk, tapi belum juga ada balasan dari seseorang yang ia sebut pacar?. "Semuanya terasa sangat menyebalkan. Tidak ada yang beres dari mereka semua." Hatinya saat itu benar-benar sangat mengutuk dengan nasibnya.

...***...

Sementara itu di sisi lain.

Seorang pemuda yang hanya melihat saja chat WhatsApp yang masuk, ia tidak berniat membukanya. Sebenarnya ia sangat terkejut dengan kalimat atasnya yang mengatakan jika ia akan dijodohkan?.

"Jodoh?. Aku masih ingin bermain-main dengannya, tapi malah dijodohkan." Ada perasaan kesal yang ia rasakan pada saat itu. "Apa boleh buat, jika memang dijodohkan?. Tapi aku masih memiliki cara untuk bersenang-senang." Ia sedangan memikirkan cara paling mudah untuk melakukan itu semua. "Kita lihat saja, apakah dia memang menerima perjodohan itu, atau akan merengek padaku meminta padaku untuk memperjuangkan dirinya?." Ada sensasi aneh yang ia rasakan. "Rasanya ini seperti dunia film saja." Ia malah terkekeh geli membayangkan itu semua.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!