Ayah pulang dalam keadaan mabok, dia ambruk begitu saja didepan pintu saat aku membuka pintu hendak keluar olah raga.
"Ayah! Ayah kenapa? "
Ayah diam, dia lalu berdiri sendiri tanpa menjawab pertanyaan ku.
Semenjak itu aku mulai curiga, dan memberanikan diri untuk bertanya pada ibu setelah pulang olah raga.
"Sepertinya ada masalah ya ayah bu? "
"Sudahlah kamu juga nggak akan bisa bantu masalah ayah kamu." ibu agak ketus jawabnya.
Sudah dipastikan pasti habis bertengkar dengan ayah. Entahlah akhir-akhir ini mereka sering ribut dan aku nggak tahu apa yang mereka ributkan.
"Memang apa? Ibu saja tidak mengatakan apa masalahnya bagaimana aku bisa membantu? "tanyaku lembut.
Ibu melihat ku, meletakkan cucian yang hendak ia cuci ke keranjang lagi, padahal tadi mau dimasukkan ke mesin cuci.
"Ayah kamu mengalami kerugian, hutangnya banyak, kamu tau kan sering sekali ada orang nagih ke rumah ini? "
Aku memang pernah mendapati beberapa orang datang ke rumah ku pikir cuma teman ayah. Ternyata mereka menagih hutang?
"Gaji kamu yang cuma guru honorer tidak akan bisa bantu ayahmu. Seandainya kamu mau kerja yang lain jadi pegawai kantoran seperti Safira misalnya, mungkin akan meringankan beban bisa nyicil-nyicil kalau ada yang nagih. " Kenapa jadi ibu menyayangkan pekerjaan ku begini.
"Tau tuh, gaji enam ratus ribu saja ditelateni, mending keluar saja." Safira sepertinya mau berangkat kerja dia sudah rapi pakaiannya, "Sayang banget ijazahmu, tidak sumbut sama uang kuliah dulu. "nadanya agak ketus gitu.
Padahal aku kuliah nggak mengeluarkan uang sama sekali, aku berusaha untuk mendapatkan beasiswa dari masuk hingga lulus.
Lah aku rasa kok malah pada merendahkan profesi guru gini yah?
"Memang hutang ayah berapa bu? "
"Banyak, kemungkinan rumah ini akan kita jual" Ibu jawabnya sambil berkaca-kaca matanya, aku juga kaget. Memang sebesar apa sampai rumah segede ini mau dijual.
"Terus kita mau tinggal dimana bu? " Safira sepertinya juga kaget.
"Kita bisa cari kontrakan. " Jawab ibu sambil mengambil baju yang di keranjang pakaian kotor dimasukkan ke mesin cuci.
Aku lihat ibu ini bingung, lalu aku ambil alih apa yang mau ia kerjakan.
"Ibu duduk saja di sana, biar aku yang nyuci. " Saranku disetujui ibu.
Ibu duduk bersama Safira di kursi panjang dua meter yang terbuat dari kayu itu.
Aku mengisi air di mesin cuci, ini memang biasanya tugasku cuma kadang ibu juga melakukannya.
"Uang tabungan mu sudah diberikan ke ibu By? " Tanya Safira yang juga berwajah sedih setelah mendengar perkataan ibu tadi.
Tabungan? Aku bahkan tidak mempunyai itu. Uang gajiku cuma cukup untuk keperluan ku selama sebulan, aku hanya bisa meringankan ayah selama tiga tahun ini tidak perlu diberi uang jajan. Aku bahkan kadang tidak memberi mereka uang, karena gajiku pas-pasan. Hanya kalau ada uang tambahan dari ngeles privat baru aku kasih ke ibu. Bukannya aku nggak mau tapi aku belum mampu.
"Heeh kamu pasti nggak punya! " Cibir Safira meninggal kami lalu pergi bekerja setelah salim ke ibu.
Mesin cuci aku putar, setelah ku masukkan sabun cuci cair tadi. Lalu duduk bersama ibu.
"Maaf ya bu, Ruby tidak bisa membantu ibu. Kalau ada cara apapun Ruby akan lakukan demi bantu ibu. Kalau bisa jangan dijual rumah ini. Rumah ini kan warisan kakek, mana boleh dijual bu? "
Ibu menatapku,dia menangis.
Ya Allah aku nggak kuat kalau sudah melihat ibuku menangis, dia pasti lebih tidak rela kalau rumah ini dijual.
"Tidak papa ibu ikhlas kok. " Ibu melepaskan pelukan ku mengusap air matanya.
Ikhlas bagaimana?ibu menangis begini.
"Kamu jangan mikir macam-macam yang penting anak-anak ibu sehat. Biarkan ini jadi urusan ibu dan ayah saja, kamu nggak usah ikut mikir. Tetap berjuang saja jadi guru." Pesan ibu kini ia menghapus air mata yang menetes di pipiku. Tadi merendahkan profesiku sekarang malah mendukung lagi. Ibu benar-benar jadi orang bingung.
Sungguh sangat sakit, aku tak berdaya melihat ibuku kesakitan tanpa aku bisa menolongnya.
"Semoga ada jalan lain selain menjual rumah ini bu" Doaku hanya itu.
Ibu mengangguk, sepertinya mengamini doaku.
"Kamu sarapan dulu sana, habis ini kamu ke sekolah kan? " Tuh kan bingung lagi.
"Tidak bu, ini musim liburan sekolah jadi aku libur. Sekarang ibu istirahat saja, apa sarapan dulu. Pasti belum sarapan kan? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Dewi Zahra
lanjut
2023-09-23
1