"Hah?" Laluna melirik ke arah suara itu dan ternyata dia adalah seorang pria yang usianya terlihat lebih muda dari Laluna.
"Kok malah diem kak? oke aku anggap kakak setuju ya," ujar anak itu dan langsung duduk di samping Laluna.
"Apa aku menyuruhmu duduk?" tanya Laluna dengan ekspresi datarnya.
"Kakak juga tak melarangku duduk kan? kakak diam saja jadi aku anggap kakak setuju aku duduk disini," jawab anak pria itu.
"Cihh.. apa boleh begitu?"
"Boleh kok."
Laluna kembali terdiam dan mengabaikan anak pria itu.
"Kakak sendirian aja?" tanya anak pria itu.
"Duduk saja dengan tenang tak usah banyak bicara، kau benar-benar mengganggu," sahut Laluna.
"Dihh galak banget kak, cantik-cantik kok galak."
Beberapa menit berlalu, anak lelaki itu tak henti berbicara namun Laluna mengabaikannya, hingga Laluna pun mulai terusik dan merespon ucapannya.
"Berapa usiamu?" tanya Laluna..
"wah akhirnya kakak bertanya juga padaku, kenalin, namaku Latu, usiaku 17 tahun," jawab anak pria itu sambil menyodorkan tangannya.
"Masih anak SMA rupanya kau," ucap Laluna mengabaikan bersalaman dengan Latu.
"iya hehe."
"Tapi, kau masih anak SMA, ngapain kau ke cafe sendirian? apa kau tidak punya teman di sekolahmu?" tanya Laluna lagi.
"Eish kata siapa aku sendirian? aku nongkrong sama temen-temenku tuh disana," jawab Latu sambil menunjuk ke arah temennya.
"Lalu untuk apa kau kesini?"
"Emmm aku lihat kakak sepertinya kesepian makanya ku temenin hehe."
"Ciihh dasar," Celoteh Laluna seraya tersenyum tipis.
"Hehe akhirnya senyum juga, cantik kak kalo senyum kayak gitu," rayu Latu.
"Kamu ini ya, udah sana balik lagi ke temenmu lagian aku juga bentar lagi pulang udah malem."
"Mau aku anter kak?"
"Ga usah, aku naik taxi aja."
"Tapi udah larut loh kak."
Laluna hanya tersenyum tanpa menjawab apapun lagi.
****
Satu jam berlalu, tak terasa waktu mereka berbincang itu sudah begitu lama dan tiba waktunya Laluna harus pulang.
"Aku duluan ya," ucap Laluna.
"Hati-hati kak tapi yakin gamau ku anter?" tanya Latu.
"Aku udah dewasa," jawab Laluna sambil tersenyum.
"Tetap saja aku khawatir."
"Lucu sekali."
Tak banyak bicara lagi Laluna langsung pulang dengan menggunakan taxi yang kebetulan parkir depan cafe itu.
Di dalam Taxi
"Cihhh anak muda jaman sekarang ada-ada saja," gumam Laluna seraya tersenyum-senyum sendiri.
"Kelihatannya seneng banget neng," ucap Supit taxi.
Laluna hanya tersenyum tanpa menjawabnya.
"Latu.. Latu.. nama yang unik, orangnya juga unik," ucap Laluna dalam hatinya dan kembali tersenyum sambil menunduk.
...----------------...
Malam berikutnya, Laluna kembali ke cafe tempat dimana dia sama latu bertemu namun, sayangnya Latu tak datang pada malam itu.
"Hening sekali," gumam Laluna seraya menghela nafas sambil memegang secangkir kopi hangat yang dia pesan.
"Kehidupan sosialku mungkin terkenal buruk, namun entah kenapa aku merasakan hal yang berbeda saat berbicara dengan anak," ucap Laluna dalam hatinya.
Waktu demi waktu terus berlalu hingga saat ini waktu tengah menunjukkan pukul satu malam, sementara Laluna masih duduk di kursi pohon cafe sambil berharap anak yang menghiburnya kemarin datang padanya lagi namun kenyataannya tidak.
Dengan rasa kecewa Laluna pun terpaksa pulang di pukul 01.30 wib dengan menggunakan taxi seperti biasanya.
...----------------...
Hari demi hari terus berlalu, tiap pulang kerja Laluna selalu nyempetin untuk datang ke cafe itu hanya untuk sekedar minum kopi dengan harapan bahwa anak pria yang menghiburnya kemarin datang lagi dan bicara lagi dengannya namun hingga satu Minggu berlalu, anak pria itu tetap tak kunjung datang juga.
...----------------...
Hari Sabtu pagi di kantor.
"Laluna," panggil Rendi pada Laluna yang sedang membuat kopi.
"Hmm."
"Aku sepertinya sering melihatmu di cafe Aksa, kau sering kesana sama siapa?" tanya Rendi.
"Bukan urusanmu," jawab Laluna jutek.
"Ah ayolah, apa kau kesana dengan pacarmu?"
"Aku datang sendiri kenapa?"
"Oh, ku pikir kau datang dengan pacarmu hehe."
"Ga jelas."
"Laluna, ampir tiap malam aku melihatmu di cafe itu dan duduk di kursi yang sama, apa kau tidak merasa kesepian? tadinya aku mau nyamperin kamu kesana tapi aku takut ganggu kamu disana," ujar Rendi.
"Keputusan bagus."
"Hah?"
"Iya keputusan bagus karna tak menghampiriku di cafe itu, kau tau sendiri kan kalo aku gak suka ada orang yang mengganggu kenyamananku," jawab Laluna sambil pergi dengan secangkir kopi yang dia buat.
"Kau nyaman duduk sendiri Berjam-jam seperti itu? dan itu kau lakukan tiap malam? kau ini manusia atau apa?" celoteh Rendi.
"Rendi."
"Ah iya iya ada apa?"
"Apa kau akan terus mengikutiku seperti ini? kau tidak akan kerja?" tanya Laluna.
"Hah? emmm ya aku kerja, aku cuma mau nganterin kamu sampe pintu ruanganmu dulu buat mastiin kamu aman sampe sana," Rendi tersipu malu.
"Cihhh kekanakan sekali."
****
"Laluna, apa yang membuatmu seperti ini? padahal dulu tak seperti ini," gumam Rendi sambil terus memperhatikan langkah Laluna.
4 tahun yang lalu
"*Rendiii...." teriak Laluna memanggil Rendi yang sedang duduk di meja kerjanya.
"Astaga Lun, sudah ku bilang pelankan suaramu itu kita di kantor sekarang, kau pikir kita masih kerja di lapangan," ketus Rendi.
"Ya maaf, aku belum terbiasa soalnya hehe."
"Katakan ada apa?"
"Rendi bukankah sekarang sudah waktunya istirahat? apa kau akan terus bekerja seperti ini? aku sudah lapar Ren," keluh Laluna dengan suara manjanya.
"Iya iya aku selesai bentar lagi, tunggu ya."
"Cepet pokoknya."
"Iya iya bawell*..."
****
"Aku kangen kamu yang bawel kayak dulu Lun," ucap Rendi lagi.
...----------------...
Singkat cerita malam hari di cafe seperti biasa.
"Entah apa yang membuatku seperti ini, tapi yang jelas ini bukan diriku yang seperti biasanya. siapa sebenarnya anak itu? kenapa aku begitu merindukan ocehannya padahal kita hanya baru bertemu satu kali yang bahkan namanya saja aku lupa," ucap Laluna dalam hatinya.
Malam semakin Larut, dan tak ada sedikitpun tanda-tanda kedatangan anak pria itu. karna gerimis, Laluna memutuskan pulang dengan keadaan kecewa lagi namun, siapa sangka pada saat Laluna hendak berlari ke arah taxi menerobos gerimis yang mulai deras itu, seseorang memayunginya dengan jaket dengan aroma yang begitu harum.
"Hah?" Laluna menatap perlahan ke arah samping dan.
"Mau kemana? hujan loh, nanti kakaknya sakit."
"Latu?"
"Wah kakak inget namaku rupanya," ucap seseorang yang memayunginya sambil tersenyum.
"Apa ini? padahal tadi aku tak mengingat namanya sama sekali," batin Laluna.
Tak di sangka seseorang yang memayungi Laluna adalah Latu, seorang pria yang selama ini Laluna tunggu. Mereka saling menatap di bawah payung jaket yang di pegang pria itu ddggg....dggg ... Jantung Laluna tak berhenti berdegup saat wajahnya dengan pria itu hanya berjarak beberapa senti saja.
"Kakak, kakak tidak apa-apa kan?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
🥀⃞Scarletta✅
wah... karya yang bagus. semangat author....
2023-04-12
0