Romi sangat bersemangat menyambut bazar yang akan dilakukan di taman kota. Dia ingin membuat acara ini sukses dan mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya untuk Novi dan sebagian untuk penderita kanker lainnya. Setelah pulang sekolah, Romi langsung sibuk mempersiapkan semuanya.
“Aku pasti bisa! Semuanya buat Novi!” Ucap Romy di dalam hatinya.
Pertama, Romy dan beberapa relawan mulai mempersiapkan stan-stand bazar. Mereka membawa meja, kursi, tenda, dan benda-benda lain yang diperlukan. Mereka juga memilih lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh pengunjung.
Setelah itu, mereka mempersiapkan berbagai macam jajanan dan barang dagangan untuk dijual. Ada makanan ringan, minuman, buah-buahan, mainan, dan masih banyak lagi. Romy dan relawan lainnya bekerja dengan semangat dan kegembiraan.
Saat bazar dimulai, Romy dan timnya sibuk melayani pengunjung yang datang. Mereka menawarkan berbagai macam barang dagangan dengan ramah dan sopan. Banyak pengunjung yang tertarik dengan jajanan dan barang dagangan yang dijual.
Romy dan timnya juga menampilkan beberapa pertunjukan dan atraksi yang menarik perhatian pengunjung. Mereka mengundang beberapa teman mereka yang memiliki bakat musik dan tari untuk tampil di atas panggung. Hal ini membuat suasana bazar semakin meriah dan menyenangkan.
Pada akhirnya, bazar ini sukses besar. Romy dan timnya berhasil mengumpulkan dana yang cukup besar untuk disumbangkan kepada Novi dan penderita kanker yang lainnya. Romy merasa sangat bahagia dan bersyukur atas keberhasilan bazar ini.
Setelah acara selesai, Romy dan timnya membongkar semua stan bazar dan membersihkan lokasi. Mereka merasa sangat lelah, tetapi juga merasa sangat puas dan senang. Mereka yakin bahwa bantuan dan dukungan mereka akan membuat Novi semakin kuat dan tumbuh semangat untuk melawan penyakitnya.
Romy melakukan kegiatan bazar sampai tengah malam. Ia sampai lupa mengabari orang tuanya. Ia pun langsung bergegas untuk pulang ke rumah agar orang tuanya tidak marah.
Dari kejauhan, Romy melihat ayahnya sedang duduk di halaman luar dan menunggunya pulang. Romy merasa sedikit gugup dan khawatir tentang apa yang akan dikatakan ayahnya.
Namun, Romy berusaha untuk tetap tenang dan mempersiapkan dirinya untuk menghadapi ayahnya. Ketika ia sampai di halaman, ayahnya langsung melihat ke arahnya dan menunjukkan ekspresi yang sangat serius.
"Kenapa kamu pulang terlambat?" tanya ayahnya dengan nada yang tegas.
Romy menjawab dengan tenang, "Maafkan Romy, ayah. Tadi Romy ikut acara penggalangan dana untuk pasien kanker yah. Itu untuk Novi, teman Romy. Jelas Romy kepada ayahnya.
"Ayah tidak suka ya kamu pulang malam!" ucap sang ayah dengan suara sedikit kesal.
Romi merasa sedikit kesal oleh nada ayahnya yang sedikit tinggi, namun ia tetap berusaha menjelaskan situasinya dengan jujur. "Maafkan Romy yah. Romy gak akan ulangi lagi” Ucap Romy sambil menundukan wajahnya.
Ayahnya terdiam sejenak, kemudian berkata, "Yasudah, lain kali kamu kabari ibumu jika pulang malam!” Ucap ayahnya singkat.
Romy mengangguk mengerti. Ia tahu bahwa ayahnya sangat khawatir tentang keselamatannya dan ingin melindungi putranya dari bahaya yang mungkin terjadi di luar. Namun, ia juga berharap ayahnya bisa lebih memahami keinginannya untuk membantu temannya yang sedang sakit.
"Makasih ya, ayah. Romy akan lebih berhati-hati dan memberitahu ibu nanti kalau Romy ada kegiatan lagi," kata Romi dengan lembut.
Ayahnya hanya terdiam, kemudian melihat wajah Romy. "Ayah tahu kamu baik hati dan ingin membantu temanmu. Tapi sebagai orang tua, Ayah juga harus memastikan kamu aman. Jadi, jangan lupa memberi kabar ke orang tua." Ucap sang ayah kembali memberi nasihat kepada Romy.
Romy merasa senang mendengar ucapan ayahnya. Meskipun awalnya ia merasa sedikit terintimidasi, tetapi ia tahu bahwa ayahnya selalu mencintainya dan hanya ingin yang terbaik untuknya. Ia berjanji untuk lebih berhati-hati dan selalu berkomunikasi dengan baik dengan orang tua.
“Makanlah dulu nak, setelah itu ada yang ingin ayah sampaikan," ucap sang ayah sambil menunjuk ke arah meja makan.
Romy mengangguk dan duduk di meja makan. Ayahnya kemudian menyiapkan makanan dan meletakkannya di atas meja. Mereka makan bersama dalam suasana yang agak hening, tetapi tidak canggung.
Setelah selesai makan, ayahnya mengambil posisi duduk di depan Romy dan berkata dengan serius, "Nak, ayah ingin kamu tahu bahwa membantu orang lain itu adalah hal yang sangat baik. Tapi, kamu juga harus ingat bahwa kesehatan dan keselamatanmu juga sangat penting. Jangan sampai kamu terlalu berlebihan dan mengorbankan diri sendiri."
Romy merasa sedikit terkejut mendengar kata-kata ayahnya, tetapi ia mengangguk mengerti. "Romy mengerti, ayah. Romy akan lebih berhati-hati.”
Ayahnya tersenyum dan membelai kepala Romi dengan lembut. "Ayah tahu kamu anak yang baik dan selalu ingin membantu orang lain. Tapi, jangan lupa juga untuk menjaga diri sendiri ya, Nak."
Romy tersenyum dan merasa hangat di dalam hatinya. Ia tahu bahwa ayahnya selalu mencintainya dan ingin melindungi putranya dari bahaya. Meskipun kadang-kadang terlihat cemas atau kesal, tetapi hati ayahnya selalu penuh dengan kasih sayang dan kepedulian.
“Ayah ingin kamu kuliah di Jakarta dan mengambil jurusan kedokteran," ucap sang ayah dengan tegas.
Romy terkejut mendengar permintaan ayahnya. Ia tidak pernah berpikir bahwa ayahnya akan menentukan jurusan kuliahnya atau tempat kuliahnya. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya selalu menginginkan yang terbaik untuk dirinya.
"Kenapa di Jakarta, Ayah?” tanya Romi dengan penuh rasa ingin tahu.
Ayahnya menjelaskan, "Di Jakarta ada universitas terbaik di Indonesia dan jurusan kedokteran adalah salah satu yang paling bergengsi. Kamu anak yang cerdas dan punya potensi besar, jadi ayah ingin kamu bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mencapai cita-citamu."
Romi merenung sejenak. Ia memang ingin menjadi orang yang berguna dan membantu orang lain, tapi ia terpikirkan bagaimana kalau ia meninggalkan Novi. Namun, ia juga tahu bahwa keputusan ayahnya selalu untuk kebaikan dirinya.
"Ayah, Romy ingin sekali mewujudkan cita-cita ayah agar Romy jadi dokter.” Tapi tolong beri waktu Romy untuk berpikir ya, Ayah," ucap Romi dengan sopan.
Ayahnya mengangguk, "Tentu saja, Nak. Ayah tidak ingin memaksamu untuk mengambil jurusan atau kuliah di tempat yang tidak kamu sukai. Ayah hanya ingin kamu punya tujuan yang jelas dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencapainya."
Romy merasa lega mendengar kata-kata ayahnya. Ia tahu bahwa ayahnya tidak akan memaksa dirinya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ia pun merasa bahagia karena ayahnya memberikan kepercayaan kepadanya untuk membuat keputusan yang tepat.
"Ayah, terima kasih. Romy akan memikirkan saran ayah dengan sungguh-sungguh dan mencoba membuat keputusan yang terbaik, Ucap Romy.
“Iya, ayah tunggu keputusanmu ya. soalnya ayah harus mengurus seluruh persyaratan jika kamu mau langsung berangkat.” Jelas sang Ayah.
“Iya ayah.” Ucap Romy cepat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments