Sepulang mendaki bukit belakang sekolah Romy bergegas untuk pulang. Dari kejauhan sudah terlihat ayahnya sedang berdiri di depan pintu. "Dari mana kamu?" tanya ayahnya dengan nada sangat marah. Romy tahu betul bahwa sang ayah memang sangat tidak suka jika Romy pergi mendaki.
Romy merasa sedikit takut dan gugup ketika melihat wajah ayahnya yang sangat marah. Namun, ia tetap berusaha menjawab dengan jujur. "Dari mendaki bukit belakang sekolah, Ayah."
Ayahnya menggelengkan kepala dengan kesal. "Bukankah sudah kubilang jangan pergi ke sana? Kenapa kamu masih nekat pergi?"
Romy merasa bersalah dan menundukkan kepalanya. "Maaf, Ayah. Aku tidak sengaja."
"Kamu tidak sengaja? Kamu sudah terlalu sering melakukan hal ini kamu tidak menuruti perintah ayah! Ayah sudah memberitahumu berkali-kali bahwa tempat itu sangat berbahaya. Apa yang akan terjadi jika kamu terjatuh atau bertemu dengan orang yang tidak dikenal di sana?" ucap sang ayah dengan nada bicara yang tinggi.
Romy merasa sangat kesal dan marah setelah mendengar omelan ayahnya. Ia merasa tidak dimengerti dan ingin memberontak kepada ayahnya. Namun, Romy tahu bahwa ia tidak bisa membiarkan emosinya menguasai dirinya. Ia perlu tenang dan berpikir jernih untuk menyelesaikan masalah ini.
Romy mengambil langkah untuk menenangkan hatinya dan berbicara dengan ayahnya dengan tenang. "Ayah, maafkan Romy yang tak izin kepada ayah. Tapi, hobi ini sangat penting bagiku dan itu membuat Romy merasa bahagia Yah, Apa yang bisa Romy lakukan suapaya ayah bisa izinkan Romy? Romy janji akan fokus sekolah juga yah! Romy akan coba buat seimbang." Jelas Romy kepada sang Ayah dengan baik-baik.
"Mengapa kamu melawan Ayah, hah?" teriak sang Ayah kepada Romy.
"Masuk kamu ke dalam kamar!" Seru sang ayah kembali. Romy pun menangis dan masuk ke dalam kamarnya.
Romy merasa sangat sedih dan tidak mengerti mengapa ayahnya begitu marah padanya. Ia merasa tidak dihargai dan disalahpahami. Ketika ayahnya memerintahkan Romy untuk masuk ke dalam kamar, ia merasa semakin kesal dan tidak ingin mendengarkan ayahnya.
Namun, Romy memutuskan untuk mematuhi perintah ayahnya. Ia pergi ke kamarnya dan menangis di sana. Ia merasa kesal dan kesepian, tapi ia juga merenung dan berpikir tentang apa yang bisa ia lakukan untuk menyelesaikan masalah ini.
Setelah beberapa saat, Sang Ibu masuk ke dalam kamar Romy. Romy berbicara dengan ibunya dan meminta saran tentang bagaimana cara mengatasi situasi ini.
"Maaf ya Nak, Ibu tidak bisa berbohong. Ibu sudah menjelaskan kepada ayahmu. Tapi tetap ayahmu tidak mengerti Romy!" ujar sang Ibu, sembari membelai kepala anaknya.
"Tapi Romy suka kegiatan alam, Bu! Kenapa ayah tetap tidak mengerti!" ucap Romy sambil menangis.
Ibu Romy merasa sedih melihat anaknya menangis seperti itu. Ia memeluk Romy erat dan mencoba untuk menenangkannya. "Ibu tahu Sayang, hobimu itu sangat penting bagimu. Tapi ayahmu juga sangat khawatir dengan pendidikanmu," kata ibu Romy dengan lembut.
"Ibu sudah mencoba menjelaskan pada ayahmu tentang betapa pentingnya hobimu bagi dirimu, tapi mungkin ayahmu butuh waktu untuk memahami hal itu," lanjut ibu Romy mencoba untuk menenangkan hati Romy.
“Romy Cuma pengen keluar sebentar bu, Romy juga jenuh belajar terus. Romy juga punya cita-cita lain bu. Romy ingin jadi seniman bu. Romy suka melukis. Tapi ayah ingin Romy jadi dokter. Romy sedih Bu,” ucap Romy sambil terus menangis.
“Sabar ya Nak, Ibu sangat mengerti. Ibu coba jelaskan kembali ke ayahmu ya! sekarang kamu berenti nangisnya ya! Makan dulu, kamu pasti capek kan habis daki bukit tadi,” jelas sang Ibu kepada Romy.
Romy mengangguk lemah dan merasa sedikit tenang mendengarkan perkataan ibunya. Ia merasa ibunya memahaminya, tapi ia masih merasa kesal dan kecewa pada ayahnya.
"Pokoknya nanti Ibu akan mencoba lagi untuk berbicara dengan ayahmu, dan kita akan mencari cara agar ayahmu bisa memahami hobimu tanpa mengganggu pendidikanmu," kata ibu Romy memberi semangat pada anaknya.
Romy merasa sedikit lega mendengar perkataan ibunya dan menghela napas panjang. Ia merasa beruntung memiliki ibu yang selalu mendukungnya dan berusaha untuk memahami dirinya.
Dari situ, Romy belajar bahwa terkadang orang tua butuh waktu untuk memahami hal-hal yang penting bagi anaknya. Ia juga belajar bahwa ketika merasa kesal atau kecewa, penting untuk memiliki seseorang yang bisa didengarkan dan dipercayai.
Namun di sisi lain, Romy terus mencari cara agar ia bisa diizinkan oleh kedua orang tuanya untuk naik gunung. Romy merasa semakin tidak tahan dengan peraturan yang selalu diberikan oleh ayahnya. Ia merasa bahwa hobinya sebagai pendaki gunung tidak bisa dihentikan oleh ayahnya. Romy merasa bahwa ia perlu memberontak agar ia bisa mengejar mimpinya.
Ia memutuskan untuk mengajak kembali Novi untuk mendaki gunung lagi Minggu depan, meskipun ayahnya sudah melarangnya. Romy merasa bahwa ia harus membuktikan pada ayahnya bahwa ia bisa menggapai mimpinya dan tetap bisa berprestasi di sekolah.
"Nov, bagaimana jika kita mendaki gunung minggu depan? Romy mengirimkan pesan teks kepada Novi. Novi merasa senang dan antusias saat menerima pesan teks dari Romy. Ia segera membalas pesan tersebut dengan mengiyakan ajakan Romy untuk mendaki gunung minggu depan.
"Mantap, aku siap ikut Romy. Tapi, kita pastikan dulu izin dari orang tua ya," balas Novi.
"Aku sudah Izin," balas chat Romy kepada Novi. Romy berbohong kepada Novi. Jelas -jelqs sang ayah melarangnya tapi ia nekat untuk tetap naik gunung.
Meskipun Romy sudah berbohong kepada Novi, ia tidak bisa menahan keinginannya untuk tetap mendaki gunung. Ia merasa sangat senang dan bersemangat untuk pergi bersama temannya.
"Oke kamu mau naik gunung apa?" tanya Novi kepada Romy
Romy tersenyum sendiri, merasa senang dan gembira karena Novi ternyata masih tidak curiga dengan kebohongannya. "Kita naik Gunung Merbabu, Nov. Sudah pernah dengar kan tentang gunung itu?" tanya Romy balik.
Novi membalas pesan kembali "Belum pernah, tapi pasti seru ya?" kata Novi sambil meletakan emot tersenyum pada pesannya.
"Iya pasti. Tapi kita harus hati-hati ya, Nov. Kita harus memperhatikan kondisi tubuh dan cuaca di sekitar kita," jelas Romy
"Berarti kita libur sekolah 1 minggu dong? Kamu gimana?" tanya Novi kembali.
Romy membalas, "Iya, libur satu minggu. Aku sudah meminta izin dari orang tuaku, dan mereka sudah menyetujuinya. Bagaimana denganmu, Nov? Sudah meminta izin juga ‘kan?"
Novi membalas, "Sudah, aku juga sudah mendapat izin dari orang tuaku. Aku sangat senang bisa pergi mendaki bersama kamu, Romy."
Romy merasa sangat senang mendapat dukungan dari Novi. Ia kemudian memastikan kembali persiapan yang mereka butuhkan untuk mendaki Gunung Merbabu pekan depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments