Bab.5 Dapat Restu

“Eh, Nak Saka masih di desa ternyata?” Uwa Mirja agak terkejut begitu melihat Herdi dan Saka menyambanginya di dermaga.

“Amang, ini Bang Saka menunggu seharian ada yang mau dibicarakan.” Herdi berucap sambil menyalami lelaki paruh baya itu. Saka ikut mengulurkan tangan kepada Uwa Mirja dan sejurus kemudian bersama Herdi membantu mengangkat box-box berisi ikan hasil melaut.

“Kita ngobrolnya di kantor desa saja, kebetulan staf desa jam segini sudah pada pulang.” Herdi berinisiatif karena instingnya mengatakan pastilah serius apa yang mau dibicarakan pemuda kota ini kepada Uwa Mirja, bahkan Saka rela bertahan tidak segera pulang dengan ketiga temannya.

Dan benar saja, di teras kantor desa Herdi tertegun diam mendengarkan Saka mengutarakan maksudnya, terlebih Uwa Mirja yang mencerna dengan ekspresi wajah berubah-ubah. Agak kalut pikiran orang tua itu dengan rencana yang disampaikan oleh Saka.

Ayuna diselamatkan dari kawin paksa, dibawa pergi jauh untuk diamankan di rumah keluarga Saka. Berarti dirinya lah yang harus siap mental menghadapi kemarahan Tuan Takur, tapi keponakannya gadis perawan akan berada di tangan pemuda kota ini, siapa pula bisa yang menjamin keselamatannya?

"Semestinya Amangnya ini lah yang bisa melindungi Yuna, hutang almarhum ayahnya menumpuk ditambah bunga. Saya tidak mampu mencicil lagi semenjak hasil melaut tidak melimpah ruah. Cuaca buruk di laut tahun terakhir ini tidak mendukung," suara Uwa Mirja tercekat di kerongkongan. sebagai orang tua yang menyayangi keponakannya hatinya teriris sedih memikirkan nasib Ayuna.

“Maaf sebelumnya, Saya ikut bicara, Kenapa Bang Saka mau mengambil cara ini?” Herdi tak bisa menahan diri.

Bagaimana pun dia dan Ayuna sudah berteman semenjak sekolah SMP, jadi cukup akrab selain mereka berdua tinggal sekampung di desa pesisir ini. Sayangnya, dirinya tak punya kemampuan menolong Ayuna. Meskipun ikut prihatin tapi apa dayanya menghadapi kemauan Tuan Takur yang kaya itu? Sudah memiliki istri empat orang pun masih kurang puas, selain serakah Tuan Takur juga terkenal kejam.

Bila ada warga desa yang terlilit hutang, maka tak segan dia menyita harta milik warga desa atau memerintahkan kaki tangannya memukuli siapa pun yang berani merugikannya.

“Anggaplah Saya membalas kebaikan Bu Midah sewaktu dulu bekerja pada keluarga besar di Banua. Saya memastikan Ayuna aman di rumah Kami, saya juga akan mencarikan pekerjaan untuknya.”

Ucapan Saka itulah yang akhirnya menyudahi keraguan yang mendera Uwa Mirja. Lelaki berkulit legam itu langsung saja tergugah hatinya mendengar niat pemuda itu yang terdengar tulus menolong keluarganya.

Teringat kakak laki-lakinya Harlan yang sudah tiada dan iparnya Midah. Kebaikan suami istri itu yang dulu mau membantu sebagian biaya pernikahan Uwa Mirja dengan istrinya Ratna.

Hati kecilnya seperti berbisik sekali ini bisa membalas budi dengan menyelamatkan masa depan Ayuna.

"Saya serahkan saja pada Yuna keputusannya, Dia bisa ikhtiar merubah nasibnya " Uwa Mirja akhirnya mengambil sikap, keponakannya bisa memilih bersedia atau tidak diajak pergi. Sedangkan dirinya tinggal memikirkan cara membendung amarah si Tuan Takur.

Sore itu mereka berpisah, Herdi bersama Uwa Mirja pulang ke rumah membawa box-box ikan, sekaligus Herdi yang menjemput Ayuna. Gadis itu perlu untuk diajak bicara terlebih dahulu., Saka tetap menunggu di lahan belakang kantor desa yang menghadap ke laut lepas.

“Apa?! Jadi Yuna dibawa pergi malam ini juga? Bagaimana bisa toh Pak?” Uwa Ratna terlonjak begitu suaminya pulang melaut membawa kabar itu. Herdi segera saja menarik tangan Ayuna pergi menemui Saka, sebelum percakapan jadi ramai khawatir di dengar oleh para tetangga.

“Aku percaya Nak Saka itu sungguh-sungguh mau menolong Bu, pemuda itu baik dan berpendidikan. Yuna akan dicarikan pekerjaan dan ditampung tinggal di rumah keluarganya. Dia juga bekerja di daerah kita sini, jadi nanti kita akan dikabari lagi bagaimana keadaan Yuna di sana,”

“Dia anak orang kaya ya, Pak? Tadi siang ponakanmu ada bercerita tentang masa kecilnya di rumah Tuan Muda itu, menurut Yuna dia masih ingat rumah mereka seperti istana saja saking besarnya. Kalau mereka mengadakan pesta-pesta gitu, pasti mengundang artis ibukota yang terkenal. Acaranya bisa berhari-hari, ramai sekali pokoknya menurut Yuna!”

Uwa Mirja termangu mendengar kata-kata istrinya. Saat ini dirinya merasakan luar biasa lelah. Badan yang penat datang melaut ditambah pembicaraan dengan Saka tadi. Belum lagi memikirkan risiko yang harus dihadapi setelah Ayuna pergi nanti.

Sekarang tinggal menunggu pilihan keponakannya itu, entah bagaimana caranya Saka bisa meyakinkan Ayuna untuk tidak terperangkap nasib buruk di desa ini.

"Beruntung nasib Yuna ya Pak, daripada dijadikan iatri kelima lebih baik ikut ke kota saja. Keluarga Tuan Muda itu pasti lebih kaya dibanding si Takur. Dia itu pewaris kekayaan keluarga yang punya perusahaan tambang batubara, tapi aneh juga ya Pak kenapa si Tuan Muda itu memilih kerja dengan orang lain?" "

Uwa Ratna masih saja menyerocos perihal sang Tuan Muda yang siang tadi diperbincangkan dengan Ayuna dengan mengulang cerita memori masa kecil Ayuna.

"Aku berharap di Banua Yuna jadi lebih mudah mengusahakan mencari Kak Midah, sudah tujuh tahun lebih mereka terpisah...." ucapan Uwa Mirja yang diangguki setuju oleh istrinya. Semoga saja nasib mempertemukan lagi keponakan mereka dengan ibu kandungnya.

Uwa Mirja dan istrinya sangat memahami bagaimana kisah yang menyebabkan terpisahnya ibu dan anak, tak lain adalah emosi yang menguasai Bang Harlan waktu itu. Bang Harlan sangat menyayangi anak istrinya, hidupnya sungguh tak karuan semenjak Ayuna masih bayi dibawa ibunya.

Sewaktu menemukan keberadaan mereka di Banua Bang Harlan berkeras membawa Ayuna untuk dirawat oleh tangannya sendiri. Namun sayangnya dua tahun lalu, bapak Ayuna itu meninggal dunia saat anak gadisnya berusia tujuh belas tahun.

Sementara itu di belakang kantor desa, Herdi sudah membawa Ayuna ke hadapan Saka. Mereka berbicara enam mata di situ sebagaimana yang Author ceritakan di bab pertama.

Uwa Mirja dan Herdi sepakat bahwa sebaiknya Saka tidak datang dan bertemu Ayuna di rumah. Semata-mata demi tidak memancing keingintahuan tetangga sekitar rumah.

Sore hari begini biasanya masih banyak tetangga yang nongkrong santai dan bisa saja ada yang penasaran dan pasang telinga. Bahkan dinding pun bisa menyampaikan berita yang heboh di desa sekecil ini!

Malam ini juga Saka akan membawa Ayuna keluar desa, setelah di kota kabupaten mencari penginapan. Besok pagi baru melanjutkan ke Banua, kota yang berjarak ratusan kilometer. Herdi bersedia membantu mengantarkan sampai keluar wilayah perkebunan sawit, sedangkan Kepala Desa tidak keberatan meminjamkan mobil untuk di sewa oleh Saka.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!