Setelah membunuh rombongan Torren, aku lalu menggendong Lena untuk membawanya ke tempat peristirahatan yang lebih baik. Efek Paralyze dengan dosisnya yang di gunakan Torren tadi hanya akan bertahan selama 1 jam. Aku lalu kembali ke mayat rombongan itu dan mencari barang - barang yang mungkin berguna sambil menunggu Lena sadar.
Setelah ku periksa, mereka memiliki cukup banyak uang berada di sebuah kotak yang di simpan di dalam kereta kudanya. Kurasa korban mereka sudah banyak selama mereka melakukan ini. Aku lalu melakukan rekayasa terhadap mayat - mayat mereka agar seakan - akan, mereka terlihat di serang oleh binatang buas. Setelah 1 jam, aku lalu kembali ke tempat Lena tertidur dan menemukan dia sedang duduk melamun.
“Kau sudah bangun, apakah ada yang aneh dengan tubuhmu?” tanyaku.
“Tidak apa – apa. Terima kasih Sirius, karena telah menyelamatkanku,” ucap Lena.
“Jangan terlalu di pikirkan.”
Aku lalu duduk di hadapannya dan melihat sebuah air mata di pipinya. Lena lalu mengangkat kepalanya dan menatapku.
“Bagaimana perasaan Sirius ketika membunuh mereka?” tanya Lena.”Aku mencium bau darah di tubuhmu. Aku berasumsi Sirius telah membunuh mereka,” tambahnya.
“Pertama kali aku membunuh, aku tidak merasakan apapun. Dan kali ini juga sama, tidak ada yang spesial,” jawabku.
“Begitukah,” gumam Lena.
Dia lalu menatapku dengan ekspresi yang aneh. Apakah aku menjawab pertanyaannya dengan salah? Kurasa, ini adalah jawaban yang akan rekan - rekanku juga jawab jika menerima pertanyaan ini. Tiba - tiba, ekspresi Lena kembali berubah menjadi ceria.
“Baiklah! Sirius, aku akan membantumu dalam hal ini!” seru Lena yang tiba - tiba menghampiriku.
Wajahnya sangat dekat sekali denganku. Dia lalu memegang kedua tanganku dan menggenggamnya dengan erat.
“Kau ingin berubah, kan? Mulai saat ini, aku akan memperkenalkan mu kepada ajaran - ajaran kasih Dewi Athena!” ujar Lena.
Ajaran Dewi, kah? Mendengarnya membuatku teringat akan misi pembunuhan seorang pendeta korup. Aku harus berpura – pura menjadi seorang jamaah dan mendengarkan ceramahnya supaya aku bisa membunuhnya. Aku mendengar ocehannya waktu itu sangat tidak masuk akal sama sekali. Apakah Lena juga akan memberikan ceramah yang sama dengan pendeta itu mulai saat ini? memikirkannya membuatku agak badmood.
“Ada apa Sirius?” tanya Lena yang menyadari aku yang terdiam.
“Tidak apa - apa, terima Kasih Lena,” Aku lalu sebisa mungkin tersenyum dan mengucapkan terima kasih setulus mungkin.
Aku tidak mungkin menolaknya dan menghancurkan antusiasme Lena.
“Baiklah, kita harus bergegas agar segera sampai di Kota Omor sebelum malam nanti,” ucapku.
“Ummm,” Lena mengangguk – angguk setuju.
Kami lalu mulai berjalan untuk menuju Kota Omor.
“Sirius, mengapa kita tidak menggunakan Kuda dari rombongan Torren untuk perjalanan kita?” tanya Lena.
“Hehh ~ kau tadi baru saja berkata ingin mengarahkan ku ke jalan yang benar. Sekarang kau ingin aku melakukan tindakan pencurian?” tanyaku sengaja menggodanya.
“Ti-tidak aku hanya… Aku tidak bermaksud untuk… ohhh lupakan saja!” balas Lena dengan nada kecut.
Dia lalu berjalan lebih cepat untuk mendahuluiku. Dia terlihat lebih kekanak – kanakkan dari yang ku duga.
“Hey, kau itu buta. Berjalan lah di belakangku. Memangnya kau tahu jalan menuju Kota?” tanyaku
Dia hanya diam tidak menjawab malah menambah kecepatan langkahnya. Aku lalu mulai menyusulnya dan berjalan di sampingnya.
“Hahhh… jika aku mengambil kudanya, maka pasukan patrol pikir mereka mati karena di rampok. Kemudian mereka akan mempersulit kita masuk ke dalam kota dan melakukan berbagai interogasi jika ada laporan pembunuhan di jalan menuju Kota itu,” jelasku.
Lena hanya terdiam saja dan memalingkan wajahnya dariku.
Setelah satu jam berjalan, kami telah sampai di Kota Omor pada malam hari. Aku dan Lena lalu berjalan menuju gerbang utama. Dua orang penjaga lalu menghampiri kami berdua.
“Siapa dan ada keperluan apa kalian kemari?” tanya Penjaga tersebut.
“Kami hanya pengembara. Kami datang hanya ingin beristirahat dan mengisi perbekalan untuk perjalanan nanti,” jawabku.
Mereka lalu memeriksa perlengkapan ku dan mencabut Baselard dari sarungnya dan berkata.
“Jangan membuat kekacauan di Kota ini, sudah banyak sekali orang – orang yang mengacau di dalam dinding,” ujar Penjaga tersebut.
“Tentu saja,” jawabku.
Penjaga itu lalu mengembalikan Baselard-ku dan membuka gerbangnya. Biasanya jika kita akan memasuki sebuah Kota di Negeri lain, kita harus membayar sebuah pajak. Akan tetapi, berbeda dengan kota – kota yang berada di Zona netral. Para pendatang tidak perlu membayar apapun ketika masuk ke kota. Kami lalu mulai berjalan dan sampai di sebuah distrik hiburan. Suasana di distrik hiburan sangatlah ramai.
Terdapat sebuah tempat judi dan tempat prostitusi. Itu sangat wajar karena Omor merupakan kota yang terkenal akan hiburan malamnya. Kami tetap berjalan untuk mencari sebuah penginapan. Terdengar suara surgawi muda - mudi yang sedang menikmati malam mereka. Tiba - tiba, tanganku di sentuh oleh Lena.
“Hey Sirius. Aku mendengar beberapa jeritan seorang wanita. Akan tetapi dari suara emosinya, wanita itu nampak sedang bersenang – senang kontras dengan jeritan yang aku dengar. Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada wanita itu?” tanya Lena dengan polosnya.
Aku lalu terdiam sebentar ketika Lena menanyakan hal itu.
“Wanita itu sedang melakukan sebuah permainan dengan pasangannya,” jawabku.
“Permainan seperti apa?” tanya Lena kembali.
“Sebuah permainan dimana ketika wanita itu menjerit, dia akan membuat pasangan yang mendengarnya senang,” jawabku merangkai kata sebisaku agar tidak merusak Lena.
“Begitukah? Permainan - permainan orang luar terdengar sangat aneh. Di desaku, aku hanya pernah memainkan sebuah permainan Si Rubah dan Penggembala Domba,” ujar Lena.
Ketika aku hendak melangkahkan kakiku kembali, Lena tiba – tiba bertanya kembali.
“Apakah Sirius pernah memainkan permainan seperti perempuan yang sedang menjerit itu?”
Mendengarnya membuatku mengingat lelucon yang dibuat rekan - rekan ku untuk meledekku. Terutama perempuan itu, dia selalu meledekku dengan lelucon itu selama ada kesempatan. Mengingatnya membuat mood ku berubah dan tanpa sadar menjawab pertanyaan Lena dengan nada dingin.
“Lena… sebaiknya kita bergegas untuk mencari penginapan dan jangan banyak tanya, mengerti?”
“Ba-baiklah,” jawabnya terlihat sedikit takut.
Setelah beberapa saat kami berjalan, aku merasakan ada beberapa orang yang sedang memperhatikan pergerakan kami. Empat orang, kah? Tidak, kurasa jumlah mereka enam orang. Apakah mereka dari pihak yang menginginkan Lena? Kurasa firasatku benar, Lena bukanlah wanita sembarangan. Kurasa banyak pihak yang sedang mengincarnya. Aku lalu berbalik dan menatap Lena.
“A-ada apa Sirius?” tanya Lena terlihat gugup.
“Tidak, maafkan perkataanku tadi jika membuatmu tidak nyaman,” jawabku.
“Ah tidak apa – apa, kurasa aku juga menanyakan hal – hal yang sensitif kepada Sirius tadi. Aku juga minta maaf,” ucap Lena sambil tersenyum.
“Hahhh terserahlah. Kita telah sampai di sebuah penginapan. Ayo kita masuk.”
“Ummmm,” Lena mengangguk dan mengikuti Sirius masuk kedalam penginapan.
...----------------...
Di tengah ramainya suasana di Kota Omor, terdapat enam orang yang sedang berdiskusi di atas sebuah bangunan.
“Wanita itu cocok sekali dengan deskripsi target yang di berikan olehnya,” ucap seorang wanita di kelompok tersebut.
“Pria yang ada di sampingnya, kurasa dia cukup berbahaya,” ujar seorang pria yang sedang mengasah pisaunya.
“Apakah dia seorang unit khusus yang di kerahkan oleh Kekaisaran?”
“Melihat dari perlengkapannya, kurasa tidak. Tapi aku mengenali kalung yang di kenakan pria tersebut,” jawab pria yang sedang mengasah pisau tersebut.
“Siapa?” tanya wanita itu.
“Dia adalah salah satu Assassin dari Organisasi Ouroboros,” jawab pria itu dan melemparkan sebuah pisau ke sebuah tembok kayu.
Swosshh!!! Stabbb!!!
Mereka terkejut dengan aksi tiba – tiba yang pria itu lakukan. Tidak lama kemudian, tembok kayu itu mengeluarkan sebuah darah. Mereka lalu membobol tembok kayu itu dan menemukan mayat seorang pria dengan kepala yang tertancap sebuah pisau.
“Kelihatannya dia dari unit intelejen Kerajaan Aquitainne. Kurasa dia mencoba menyabotase rencana penculikan kita,” ujar wanita tersebut.
“Ya, kita harus cepat. Jika tidak, maka pihak – pihak lain akan mulai berdatangan dan akan membuat misi kita lebih sulit,” ujar Pria itu sambil mengambil pisaunya dari kepala mayat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Samsul Arif
wow, ada ilustrasinya! mantap Thor, terima kasih
2023-10-24
1
Richie
nada kecut
2023-07-05
0
Life is just an illusion🥲
uaakkk hhh, aku penasaran dengan suara jeritan wanita tadi😮💨
2023-05-27
0