Kepentok Cinta Petani Tampan

Kepentok Cinta Petani Tampan

~ Hilang Kendali

...Selamat datang di karyaku yang ke 10. Karya kali ini akan sedikit berbeda dengan novel yang lainnya. Untuk panggilan aku, kamu, gue atau lu disesuaikan dengan siapa lawan bicaranya ya. Dan novel ini waktunya sebelum bulan puasa. ...

...Semoga suka...

...🍒🍒🍒...

Di atas pencakar' langit berubah perlahan-lahan menjadi jingga pekat. Ditemani awan yang bergerak lambat tergambar jelas di ibu kota sore itu. Sebagian budak korporat sudah pulang berkerja namun, ada pula yang masih berkutat dengan komputernya, menyelesaikan laporan yang belum rampung sama sekali.

Sibuk, pengap, jalanan ibu kota nampak semrawut seperti biasanya. Para manusia masih sibuk dengan dunianya masing-masing, begitupula dengan sepasang muda-mudi yang saat ini tengah mengarungi samudra kenikmatan bersama-sama di dalam sepetak kos.

Setelah pelepasan pertama, wanita yang masih sangat muda itu, mengambil selimut di bawah kasur lalu menutup tubuhnya hingga sebatas dada.

"Tom, sampai kapan kita kayak begini, lu tahu sendiri kan, gue sayang banget sama lu, gue mau status yang jelas, Tom." Wanita berwajah tirus itu menatap dalam pada pria di sampingnya.

"Sabar, Ra. Lu tahu sendiri kan kalau gue masih pacaran sama Rani, saudara tiri lu sendiri itu," ucap Tomi, sambil mendengus pelan.

Wanita yang di sapa Rara itu menggeram rendah. Secepat kilat ia mengubah posisi badan lalu duduk di atas kasur.

"Lah terus! Gue apa? Ya udah kalau begitu lu putusin Rani!" serunya dengan melipat kedua tangan dada. Melayangkan tatapan tajam pada pemuda yang jelas-jelas menjalin hubungan dengan adik tirinya, Maharani.

Tomi berdecih sejenak, lalu duduk juga di tepi ranjang dan menatap Rara.

"Ra, jangan kayak anak kecil napa! Gue nggak bisa mutusin Rani, dia sumber uang buat gue, kalau bukan karena dia gue nggak akan bisa beli mobil kesukaan gue. Lu tahu sendiri kan bokap gue batasin uang jajan gue!"

Rara melenggoskan muka ke samping, melihat awan yang bergerak lambat dari jendela kos. "Ya udah kalau begitu kita putus!"

Sebuah kalimat pamungkas baru saja meluncur bebas dari bibir kecil Rara. Sudah ribuan kali kata putus dilontarkannya.

Tomi tergelak. Secepat kilat menyentuh pundak Rara, hendak membujuk Rara seperti biasa yang ia lakukan sebelum-sebelumnya.

"Ra, please, gue juga sayang sama lu, ini hanya waktu saja setelah uang gue kekumpul buat beli rubicon, gue janji deh bakalan putusin Rani," ucapnya sambil menggerakkan dagu Rara agar mau menatap matanya.

Tanpa keduanya sadari, dari sela-sela pintu kos, sepasang mata berwarna hitam legam semakin menggelap. Kedua tangannya tampak terkepal kuat, menahan amarah yang membuncah di relung hatinya saat ini, tatkala melihat pacar dan kakak tirinya tengah bercumbu mesra di dalam sana.

"Non Rani," panggil seorang pria berambut klimis dari belakang. Dia menggerakkan kepala ke segala arah saat mendapat sinyal-sinyal akan ada peperangan di depan matanya sebentar lagi. Sebab ia ditugaskan sebagai supir pribadi putri majikannya malah harus terseret dalam masalah cinta anak muda.

Ya, wanita itu adalah Maharani, korban dari permainan Tomi dan Rara.

Gadis SMA berparas cantik dan memiliki tubuh molek ini, terlahir dari keluarga bergelimangan harta. Maharani atau biasa di sapa Rani merupakan anak dari salah satu pengusaha terpandang di ibu kota yang memiliki bisnis di bidang properti, makanan dan infrastruktur.

"Diam, Don!" Rani menoleh ke samping, melihat Dono malah latah-latah tak jelas sekarang.

Beberapa menit lalu, Rani ingin mengembalikan jaket Tomi yang ia pinjam saat di sekolah tadi. Sewaktu di kantin pakaian sekolahnya terkena cipratan saos.

Maharani masih bergeming di depan pintu kos. Melihat dan mendengar perbincangan Tomi dan Rara tentang dirinya dengan seksama. Dia sama sekali tak menyangka hampir tiga tahun berpacaran dengan Tomi. Pria itu ternyata hanya menginginkan uangnya saja dan berselingkuh bersama kakak tirinya.

Bagai di tusuk sembilu, hati Maharani terasa perih mendapati kalau Tomi tidak mencintainya dengan tulus selama ini.

Napas Rani semakin memburu, begitupula dengan deru napas sepasang insan manusia tengah beradu di dalam bilik kos, yang sekarang kembali melanjutkan pertempuran.

Sialan! Dasar sampah! Bodoh banget gue selama ini!

Tanpa pikir panjang, Maharani mendobrak pintu kos Tomi dalam satu kali hentakan.

Brak!

Dono kalang kabut, melihat anak-anak kos mulai keluar.

"Woi si@lan!" Tomi cepat-cepat menarik rudalnya dari tubuh Rara, hendak mengambil kain. Namun, belum juga tangannya bergerak, suara tepukan bergema di telinganya.

Tomi menoleh, matanya membulat sempurna, melihat sosok wanita berambut panjang tengah menatapnya tajam. "Sa-ya-ng," ucapnya, terbata-bata.

"Sayang, sayang palak lu peang!" seru Rani sambil menoleh ke arah Rara tengah tersenyum lebar melihat kedatangannya.

"Sekarang lu udah tahu kan kalau gue sama Tomi ada hubungan, jadi mending lu mundur deh!" kata Rara sambil melilitkan kain di badannya.

"Ra! Diam!" Tomi melototkan mata ke arah Rara. Kemudian beralih menatap Maharani. "Rani, gue bisa jelasin," ucapnya sambil melangkahkan kaki mendekati Rani.

Rara mendengus kesal.

"Non, nggak usah dengerin cecungguk itu! Hiiii geli saya, burung kecil saja belagu amat, besaran burung saya!" Dono memberanikan diri masuk ke dalam setelah mengintip sejenak dan memastikan tubuh Rara sudah ditutupi selimut.

"Diam lu!" bentak Tomi seketika, merasa terhina karena burungnya di hina. Padahal jelas-jelas burungnya memang kecil. Dia belum sadar jika dirinya masih dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun.

"Lu yang diam, Tom! Berani-beraninya ngebentak-bentak si Dono. Dia udah gue anggap paman gue sendiri! Benar kata Dono burung lu memang kecil kan!" Rani menoleh ke bawah perut Tomi, memperlihatkan burung pacarnya mengerucut kecil.

Mendengar hal itu, tentu saja Dono tertawa terbahak-bahak.

Sementara Rara mematung di tempat melihat para penghuni kos mengintip di depan pintu kos.

Tomi segera tersadar dan panik bukan main. Secepat kilat menutup burungnya dengan kedua tangannya. "Rani, percaya sama gue! Ini semua salah Suhadi!"

"Suhadi?" Maharani bertanya-tanya siapa Suhadi. Begitupula Rara dan Dono sekarang mengerutkan dahi.

"Iya." Tomi membuka cepat tangannya, menampilkan burungnya yang semakin mengecil. "Ini Suhadi, dia suka hilang kendali, Sayang." Lalu kembali menyembunyikan Suhadi lagi dengan tangannya.

Sebuah senyuman penuh arti terlukis di wajah Maharani saat baru mengerti siapa itu Suhadi.

Rara melonggo.

Dono mendengus pelan.

Penghuni kos yang celingak-celinguk di depan pintu, nampak menggaruk-garuk kepalanya sesaat.

"Iya, gue minta maaf, Sayang. Gue janji bakalan ajarin Suhadi untuk jadi anak pendiam, sumpah gue tadi di goda sama Rara," ucap Tomi kemudian, kala melihat Maharani tersenyum tipis padanya sekarang.

"Apa? Heh, Tom! Kok lu nuduh gue!" Rara melangkah cepat, mendekati Rani dan Tomi. "Asal lu tahu ya, Rani. Kami sudah dua tahun pacaran di belakang lu. Lunya aja yang dongo, mau aja dikibulin Tomi!"

"Apaan sih lu, Ra! Diem!" seru Tomi, melototkan mata.

Maharani semakin tersenyum lebar, padahal hatinya sekarang terkoyak-koyak mendapati satu fakta tentang kebusukan pacar dan kakak tirinya. Selama bertahun-tahun dirinya merasa dibodohi. Semakin berkobarlah rasa bencinya terhadap Rara.

"Dono!" panggil Rani setengah berteriak tiba-tiba.

"Iya, Non." Dono berlarian menghampiri Rani, sebab biasanya Rani akan memberikan dia perintah.

"Rani, gue sayang sama lu, maafin gue ya," ucap Tomi memelas, sambil tangan kanannya berusaha meraih tangan Maharani.

Namun, dalam sepersekian detik, Maharani melompat tinggi dan menendang burung Tomi dengan sangat kuat sambil berteriak nyaring,"Jurus tapak kuda! Ciat!!!"

"Argh!!!"

Detik itu pula Tomi mengeluarkan suara teriakan yang sangat nyaring dan menyayat hati.

Sepertinya burung Tomi patah.

Entahlah...

Tomi merosot ke bawah perlahan-lahan lalu menumpu badan dengan kedua lututnya di lantai. Mukanya tampak merah padam, menahan rasa sakit yang menjalar di antara pahanya.

Rara sangat terkejut melihat gerakan Maharani dan tak mengira saudara tirinya yang sangat manja itu bisa melakukan kekerasan terhadap Tomi. Pasalnya setahu Rara, Maharani sangatlah bucin pada Tomi.

"Nah, sekarang lu bilangin ke Suhadi kalau gue juga suka hilang kendali!" seru Maharani sambil menepuk pelan pipi Tomi.

"Aduh, patah nggak tuh Suhadinya," ucap Dono, kemudian beralih memandangi Maharani masih mode banteng.

"Dan lu!" Maharani menatap nyalang Rara.

Rara tampak gelagapan, hendak berlarian dari amukan Maharani. Namun, gerakannya kalah cepat sebab Maharani sekarang menjambak rambutnya seketika.

Tubuh Rara condong ke depan. Dia tengah berusaha menahan tangan Maharani agar tak menarik kuat rambutnya.

"Argh! Lepasin gue *****!" teriak Rara.

"Don, videoin pake hp lu, gue harus kasi bukti ke maminya si ***** ini, biar dia tahu, anak yang dia banggain-banggain ini malah berbuat zina sama pacar gue!" Bukannya menanggapi perkataan Rara, Maharani malah memberi perintah pada Dono.

"Ha? Hp saya Non?" tanya Dono.

"Ya, iya lah hp lu, hp siapa lagi, kagak mungkin hp makhluk halus di kosan ini! Hp gue lowbat, Dono!" seru Rani tanpa berniat melepaskan rambut Rara.

"Aduh Non, harus saya hp toh? Hp saya kameranya kurang bagus, Non."

"Terserah, mau burem kek, mau gelap kek, cepatan videoin mereka berdua sekarang!!!" teriak Rani sampai-sampai Dono latah lagi.

Secepat kilat Dono mengeluarkan handphone jadulnya lalu mengarahkan kamera pada Tomi yang masih terkulai lemas di lantai. Setelah itu ke arah Rara yang tengah di tarik Maharani untuk keluar dari kos.

Dono pun mengekori Maharani dari belakang tanpa menurunkan handphonenya.

Para penghuni kos di lantai satu berhamburan keluar dari kamar masing-masing saat mendengar bunyi keributan di lantai atas. Mereka penasaran apa yang terjadi.

"Argh! Rani lepasin gue!" Rara meringis sejenak saat rambutnya mulai berguguran.

"Apa? Gue kagak dengar lu ngomong apa barusan? Dasar pecun lu!" Maharani tersenyum sinis sembari menyeret paksa Rara ke lantai satu, berniat mempermalukan kakak tirinya di hadapan semua penghuni kos.

Sesampainya di lantai satu, Maharani keluar dari bangunan kemudian menyentak kasar tubuh Rara di pekarangan kos.

"Awh!" Rara tersungkur ke tanah. Melihat Maharani berdiri di hadapannya dengan berkacak pinggang.

"Lu semua dengerin gue ya! Cewek ini kagak tahu malu banget! Pacar adiknya sendiri aja di embat! Lu semua ingat-ingat nih si *****, siapa tahu aja pasangan kalian di embat sama nih cewek! Tadi mereka sawadikap di kosan atas!" Rani berkata sambil mengedarkan pandangan di sekitar, melihat para penghuni kos mulai berbisik-bisik.

"Ish, cantikan adiknya."

"Nggak banget deh, pacar adik sendiri di embat!"

"Aneh ya, padahal si Tomi nggak ganteng-ganteng banget."

"Malu-maluin dah!"

Saat mendengar cacian dari mulut penghuni kos, Rara naik pitam. Secepat kilat ia bangkit berdiri hendak melayangkan pukulan di wajah Rani. Namun, sayang sekali Dono malah mencegatnya.

"Jangan macam-macam kamu sama Non Rani!" Dono mencekal tangan Rara.

"Apaan sih! Dasar orang miskin!" kata Rara sambil meludah wajah Dono tiba-tiba.

Cuih!

Dono terlonjak kaget.

Maharani naik pitam, melihat perlakuan Rara terhadap Dono.

"Si@lan lu!" Maharani hendak mengangkat tangan ke udara.

Plak!!!

Bunyi tamparan terdengar sangat nyaring. Kedua mata Maharani terbelalak saat rasa panas menjalar di pipi mulusnya tiba-tiba.

Bukannya menampar Rara, malah dia yang mendapatkan tamparan entah dari siapa. Dengan cepat Maharani menoleh ke depan, melihat Papinya berdiri di hadapannya dengan sorot mata berkilat menyala.

Terpopuler

Comments

EBI

EBI

kok bisa

2023-04-02

0

EBI

EBI

🤣🤣🤣

2023-04-02

0

Nina Har

Nina Har

knpa ya kalau laki-laki udh punya istri baru,sama anak sndri pun selalu di salahkan.ga sadar,dr susah smpai senang yg mendampingi dia,yg memberi support dr titik terendah smpai kesuksesan berkat doa istri pertama.yg kedua tinggal menerima hasil nya.itu laki2 bodoh.smpai hrs membela istri baru jg anak tiri nya.biar lah, pasti suatu saat penyesalan nya ada lanjut thooor

2023-03-31

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!