Love Bombing
Esme Xaviera, merupakan model baru yang bernaung di agensi biasa saja. Sehingga untuk mencapai puncak popularitasnya, dia memerlukan batu loncatan yang lebih tinggi lagi.
Seusai pemotretan dengan gaji yang tidak terlalu besar, Esme bertemu dengan seorang pria di ruangan make up. Ruangan yang kebetulan sepi membuat mereka bisa berkomunikasi dengan lancar.
"Kau model baru itu kah?" tanya pria itu.
"Ya, aku terpaksa masuk agensi biasa ini untuk menjadi model terkenal. Hanya saja kecantikan yang kumiliki agaknya kurang mendukung karena biaya dari agensi ini cuma bisa mengorbitkan aku menjadi model menengah ke bawah. Aku ingin menjadi model terkenal," ujar Esme.
Memiliki tekad kuat sehingga membuat pria itu tertarik untuk menjanjikan pengorbitannya.
"Kau mau aku bantu? Oh ya, perkenalkan namaku Axton Bosley. Kau bisa panggil aku Axton. Aku bisa membuatmu terkenal dalam waktu singkat, tetapi jika kau mau mengikuti caraku," ujar Axton.
"Hai, Axton. Aku Esme Xaviera. Kau pasti sudah mengenalku dari beberapa fotografer. Hanya saja agensi ini cukup kecil. Sementara kalau aku keluar, mereka pasti akan meminta uang yang banyak dariku karena melanggar kontrak," jelas Esme.
Axton tidak kehabisan akal. Dia punya seribu cara untuk melepaskan Esme dari jeratan agensi abal-abal ini menurutnya. Namun, dia masih berpikir bagaimana caranya mengeluarkan Esme dari sini lalu memindahkannya ke tempat yang baru.
Pasca pertemuan tidak sengaja itu, melalui kesepakatan tanpa hitam di atas putih, Axton meminta Esme untuk mengirimkan sejumlah uang ke rekeningnya.
"Uang buat apa, Axton?" tanya Esme di sela-sela pekerjaannya menjadi model yang belum terkenal.
"Agensi baru ini meminta sejumlah uang dulu. Maksudnya agar dia yakin kalau kau memang calon model berkelas yang akan diorbitkan. Kau percaya padaku, kan? Jadi, ikuti saja apa permintaanku."
Esme sama sekali tidak curiga. Dia percaya penuh pada Axton karena Esme yakin akan menjadi model terkenal di bawah naungan Axton. Apalagi Axton selalu memberikan angin segar berupa bayangan-bayangan indah jika nantinya Esme menjadi seorang model.
Hingga suatu hari sebuah kejadian membuat Esme syok dan tidak bisa berkomentar apa pun selain kata pasrah. Axton marah-marah kepadanya.
"Kau ini bagaimana? Katamu ingin menjadi model terkenal dan profesional. Nyatanya apa? Kau setengah hati sekali, Esme. Agensi butuh modal untuk mengorbitkanmu, tetapi kau malah tidak bisa membayar sepeser pun. Aku bisa apa? Padahal hari ini agensi ingin bertemu langsung denganmu dan menjadikanmu model terkenal."
"Axton, aku tidak ada uang lagi. Kau sudah meminta uang dariku begitu banyak, tetapi kau sama sekali tidak pernah menunjukkan bukti bahwa aku akan diorbitkan oleh agensi yang kau bawa. Jadi, bagaimana? Kau bohong padaku, kan?" Tuduhan Esme jelas beralasan.
Bukan sekali ataupun dua kali Axton berjanji akan membawanya ke agensi tersebut. Uang pun terus ditransfer dari rekening Esme dengan harapan Axton sama sekali bukan pembohong.
"Padahal hari ini aku akan membawamu ke agensi. Karena kau tidak memiliki uang, lebih baik berdandanlah secantik mungkin. Setidaknya aku bisa merayu agensi agar segera mengorbitkanmu," jelas Axton.
Secara keseluruhan, Esme adalah gadis cantik yang memiliki tinggi badan 167 centimeter dengan mata biru dan rambut pirang. Selain itu, tubuh jenjangnya memang terlihat sangat montok dan berisi. Kombinasi yang sangat cantik dan berkelas.
"Kau serius, Axton? Kau tidak bohong padaku, kan?" tanya Esme. Dia membutuhkan kepastian tanpa adanya keraguan lagi yang terpikir di benak Esme.
"Tentu, Esme. Kali ini aku serius. Jangan lupa gunakan gaun malam yang begitu indah. Pemilik agensi itu pasti langsung memilihmu," ujar Axton meyakinkan.
Gaun malam dengan belahan dada yang cukup rendah, menampakkan bagian punggung sebagian, dan belahan yang cukup tinggi sehingga menampakkan keseksian kaki jenjangnya. Sekilas memang Esme seperti model yang profesional. Dia menggunakan high heels yang cukup tinggi sehingga terlihat sangat seksi. Selain itu, Esme juga menggerai rambutnya sehingga tampak semakin cantik dan memesona.
Esme sama sekali tidak curiga ketika dibawa ke sebuah bangunan yang berpagar tinggi dan dijaga ketat oleh beberapa bodyguard berpakaian hitam. Dia sama sekali terlihat biasa karena di tempat itu memang seperti agensi dengan kumpulan wanita-wanita cantik di sana. Bahkan mereka memang seperti sosialita kelas atas.
Saat memasuki sebuah ruangan, perasaan Esme mulai tidak menentu. Harusnya mirip sebuah kantor, tetapi ini seperti ruang tamu yang didesain khusus hanya untuk tamu-tamu khusus yang memiliki janji.
"Axton, kau tidak bohong padaku, kan?" tanya Esme sekali lagi.
"Tunggu sebentar. Pemilik agensi akan masuk ke sini." Bahkan di tempat pelacuran pun Axton masih bisa berbohong.
Tidak lama seorang wanita dengan gayanya memegang rokok yang masih menyala. Penampilannya pun bukan semacam agensi, tetapi lebih mirip mucikari. Wanita itu lekas menghisap rokoknya kemudian mengeluarkan asap-asap dengan begitu lembut seolah dia sangat familiar dengan rokok tersebut untuk ukuran seorang wanita.
"Jadi, kau pasang harga berapa?" tanya wanita itu.
Dialah madam Stella Odette, mucikari high class yang selalu menerima barang-barang bagus. Apalagi macam Esme yang standar kecantikannya di atas rata-rata. Bisnis Stella akan berjalan begitu cepat dengan mendapatkan gadis sepertinya.
"Axton, apa maksudmu? Kau bilang ini agensi model, tetapi mengapa wanita itu meminta harga darimu?" cecar Esme.
"Oh, Sayang. Kau harus kenal sama madam dulu. Namaku Stella Odette. Kau bisa memanggilku madam Stella," ujar Stella.
"What? Jadi, ini bukan agensi model yang kau janjikan, Axton? Ini tempat pelacuran dan aku tidak mau di sini!"
Esme mencoba keluar dari ruangan itu, tetapi sayang tidak akan pernah bisa. Stella sudah memberikan penjagaan ketat dan cara mengantisipasi kaburnya calon anak buahnya yang cantik seperti gadis di hadapannya.
"Oh ayolah, Cantik! Siapa namamu? Kau sangat cocok bekerja di sini. Axton sudah menceritakan semuanya tentangmu. Kau sangat berbakat. Daripada menjadi model dengan bayaran rendah, lebih baik ikutlah bersamaku. Kau bisa mendapatkan uang banyak dengan bayaran yang cukup tinggi."
"Tidak! Aku tidak mau! Dasar Bajingan!" Esme memaki Axton.
Stella sudah bisa memahami situasinya akan menjadi seperti ini. Karena Stella sudah menyukai Esme, maka mereka segera menyepakati harga jual Esme.
"Jadi, berapa harga yang kau tawarkan?" Stella tidak peduli lagi dengan pemberontakan yang dilakukan Esme. Terlebih ruangan itu sudah dikunci dari luar.
"Satu juta Euro. Bagaimana?" tanya Axton.
Itu merupakan penawaran paling tinggi yang diberikan Axton pada Stella. Biasanya dia hanya menawarkan paling tinggi 500 ribu Euro saja.
"Axton, kau gila!" Esme menampar pria itu, tetapi Axton tidak peduli.
"Sepakat!" ujar Stella membuat Esme segera dibawa bodyguard ke sebuah kamar dan menguncinya di sana.
Hari-hari Esme dipaksa untuk melayani para pria hidung belang. Jika Esme menolak, Madam Stella tidak segan memberinya hukuman. Apalagi yang yang diterima Axton tidaklah sedikit sehingga Esme dipaksa kerja siang dan malam dan menghasilkan pundi-pundi Euro yang lumayan fantastis.
"Kau memang pria bajingan, Axton! Kau membuatku berada di sini dan tenggelam dalam pekerjaan hina ini. Kau bisa bebas berkeliaran di luaran sana, tetapi aku tidak akan menyerah," ujar Esme.
Hingga pada suatu hari, seorang pria yang usianya 58 tahun memasuki area pelacuran. Pria itu ingin bertemu dengan Madam Stella karena mencari informasi mengenai putranya.
Beberapa dari teman-teman Esme memberitahukan bahwa pria itu adalah papa dari Axton. Pria yang seringkali membawa wanita cantik dan menjualnya di tempat itu.
"Jadi, dia adalah papa dari pria bajingan itu? Ini kunci agar kau bisa keluar dari sini, Esme. Kau harus merayunya," gumam Esme.
Selagi ada kesempatan, tanpa sengaja Esme berpura-pura menabrak pria berumur itu. Tatapannya pun beradu hingga membantu Esme untuk bangun dari lantai karena dia sengaja menjatuhkan diri.
"Kau baik-baik saja?" tanya pria itu.
"Iya, Om," ujar Esme.
"Panggil aku Bastian saja. Ayo, duduk di sana. Aku benar-benar minta maaf karena harus buru-buru seperti ini."
Bastian membimbing gadis itu ke sebuah kursi yang tidak jauh dari tempatnya jatuh.
"Ehm, Om, eh, Bastian kenapa ke sini?"
"Oh ya, namamu siapa?" Bastian lebih terpusat pada kecantikannya dibanding urusan pribadinya.
"Esme. Maaf, kenapa Anda di sini? Kok aku agak aneh ya, Om. Maksudku, Bastian. Sungguh, ini membuatku merasa kikuk sekali," ujar Esme.
"Tidak mengapa. Nanti juga akan terbiasa. Aku ke sini karena mencari anakku, Axton. Katanya dia sering datang ke sini. Beberapa bulan yang lalu, dia juga ke sini dan seperti biasa bisnisnya menjual para wanita. Apakah kau salah satu korbannya?"
"Kalaupun iya, apakah Anda bersedia membantuku keluar dari sini? Sejujurnya aku sangat kecewa dengan sikapnya. Gara-gara dia, aku kehilangan segalanya." Esme menundukkan pandangannya.
Bastian merasa kasihan. Selama bertahun-tahun dia menduda. Sedangkan saat melihat Esme, gairah hidupnya kembali berkobar. Diangkatnya dagu Esme lalu dia membersihkan air mata yang menganak sungai di pipi gadis cantik itu.
"Jangan bersedih. Apa yang bisa kubantu?" Bastian memberikan angin segar atas kesulitannya selama ini.
"Bawa aku keluar dari sini. Lalu, menikahlah denganku. Sejujurnya aku sudah sangat kotor berada di sini. Pria mana yang mau menerima pelacur sepertiku?" Wajar kalau Esme merasa gelisah dalam ketakutannya selama ini. Dendamnya pada Axton membawanya berbuat nekat. Biarkan saja dia menjadi istri pria tua itu. Setidaknya untuk membalas rasa sakit hatinya.
"Kau cantik. Aku pun masih sanggup menghidupimu. Kalau kau mau, biar aku yang akan mengeluarkanmu dari sini. Aku akan menemui Madam Stella. Ikutlah bersamaku," ajak Bastian.
Pria itu menggandeng mesra tangan Esme. Terlihat sangat senang sekali karena selama ini Bastian seolah enggan untuk membina hubungan lagi setelah perceraiannya. Namun, melihat Esme membuatnya semakin bersemangat dan siap untuk menjadikan gadis itu istrinya.
Sementara Esme sendiri sudah tidak peduli lagi dengan siapa dia akan menikah. Lagi pula kehidupannya sudah hancur semenjak Axton menjualnya pada Madam Stella.
"Madam, bolehkah kita bicara sebentar?" tanya Bastian. Sebenarnya dia baru saja bertemu Stella untuk menanyakan putranya, tetapi setelah bertemu dengan Esme, dia kembali lagi untuk mengurus gadis itu.
"Tentu, Tuan Bastian. Apakah Anda akan menyewa Esme?" tanya Stella.
"Tidak."
"Lalu?"
"Aku akan menebusnya. Berapa harga yang kau tawarkan?" Bastian memang orang kaya. Jadi, dia tidak perlu lagi berpikir panjang.
"Wow, kau beruntung, Esme. Standar kecantikanmu membuat Tuan Bastian ingin memilikimu. Sebenarnya Esme adalah wanita hebat yang selalu menjadi pujaan para pria di sini. Namun, aku tidak akan menghalangi niat Tuan Bastian jika mau menebusnya dengan bayaran tinggi."
Soal uang, madam Stella akan menjadi juaranya. Apalagi uang itu dibayar dengan cash. Maka akan lebih senang lagi bila memiliki keuntungan yang lebih besar.
"Aku tidak mau basa-basi. Sebutkan saja nominalnya!" Soal uang, Bastian bisa menghandel segalanya. Dia bisa mendapatkan ribuan Esme jika dia mau, tetapi Esme lah yang membuatnya jatuh dan terbuai oleh pesonanya.
"Dua juta Euro. Tidak bisa ditawar lagi," ujar Stella.
Esme jelas tercengang. Stella memasang harga yang begitu mahal. Padahal dulu Esme dijual dengan harga satu juta Euro. Setelah beberapa bulan Esme tinggal di pelacuran ini, bahkan Stella sudah mendapatkan keuntungan lebih dari itu.
"Oke. Tunggu beberapa menit lagi anak buahku akan sampai. Jadi, apakah aku bisa membawa Esme pergi?"
"Tentu saja, Tuan Bastian. Aku yakin kalau Anda adalah pebisnis yang jujur. Jadi, aku tidak mungkin takut kalau Anda langsung membawanya pergi."
Bastian membawa Esme pulang. Dia sudah janji padanya untuk menjadikan Esme sebagai calon istri lalu menikahinya. Esme pun tidak menolak. Apalagi niatnya memang untuk membalas dendam pada Axton.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Elsa Pasalli
Hadir.... dan. 😘😘😘😘
2023-04-02
0
Isma Ismawati
hadir kak
2023-04-02
0
ZaeV92
lanjut kak 🥰
2023-04-01
0