"Hati - hati", ucap Kristal pada sang suami. Mereka baru saja selesai kontrol ke rumah sakit. Keduanya berjalan beriringan masuk ke dalam rumah. Kristal langsung ke dapur untuk mengambilkan minum suaminya.
"Ini minumnya"
"Terima kasih, Sayang"
"Wah, pengantin baru mesra banget ya?" goda Oma
"Oma"
Kristal menatap terkejut keluarganya yang baru saja sampai.
"Silahkan masuk, Ma, Pa, Oma dan Opa" Langit mempersilahkan keluarga istrinya masuk. Mereka semua duduk di ruang tamu
"Kalian baru dari rumah sakit?", tanya Papa Gama
"Iya, Pa"
"Bagaimana kondisi Langit sekarang?"
"Semua jauh lebih baik, Ma. Retaknya ringan jadi pemulihannya lebih cepat. Kata dokter, dua sampai empat bulan sudah sembuh total"
"Lama juga ya. Masih lama dong Oma punya buyutnya"
Kristal tak menanggapi, ia kembali ke dapur untuk membuatkan keluarganya minum. Oma segera menyusul Jristal begitupun dengan Mama Diandra. Sementara Papa Gama, Oma dan Langit mengobrol di ruang tamu.
"Kamu sama Langit sudah itu belum?" pertanyaan dari Oma membuat Kristal melotot.
"Kenapa Oma bertanya seperti itu? Ih ... Bikin malu aja"
"Kenapa malu? Langit dan Papamu ada di ruang tamu. Mereka nggak akan dengar kok. Sudah, jawab aja pertanyaan Oma. Kita kan sesama perempuan, rahasia ini aman!"
"Ya aku yang malu, Oma. Itu masalah sensitif. Aku kan risih Oma"
"Ya kan Oma hanya memastikan kalau Oma akan segera mendapatkan buyut"
Mama Dian tertawa melihat perdebatan cucu dan nenek itu. "Anak itu kan rezeki dari Allah Ma, kita tidak bisa menargetkan kapan dia ada. Semua tergantung pada Yang Maha Kuasa. Mama ingat, berapa tahun aku bisa mendapatkan Kristal? Aku bahkan sempat putus asa dan takut tidak bisa memberi Mas Gama keturunan waktu itu. Jadi, masalah anak, kita serahkan saja pada Allah"
"Ya kan usaha harus tetap dilakukan Di. Ikhtiar! Berusaha sekaligus berdoa" kekeh Oma
Kristal jengah, "Udah deh Oma. Nggak usah bahas masalah seperti itu. Benar yang dikatakan Mama. Anak itu rejeki dari Allah. Jadi tidak bisa di targetkan. Intinya berdoa saja"
Oma berdecak, "Jadi intinya sudah apa belum Kris?" tanya Oma gemas
Kristal terkekeh, "Kalau itu masalah pribadi. Dan Maaf, ya Oma, aku tidak bisa cerita itu sama Oma" goda balik Kristal membuat Omanya merenggut kesal
Kristal terkekeh geli melihat tingkah Omanya. "Ayo kita kembali ke ruang tamu, aku akan mengantarkan minuman ini dulu untuk Papa. Kalian bisa ikut ngobrol sama Langit, setelah itu aku akan memasak yang enak-enak untuk kalian semua, oke?"
"Kris, Langit itu suamimu. Kamu harus menghormatinya. Alangkah baiknya kamu memanggilnya Mas atau yang lain. Yang jelas, tidak boleh memanggil namanya saja" tegur Mama
"Harus banget ya, Ma?"
"Wajib!" bukan Mama Dian yang menjawab tapi Oma
"Baiklah"
Mereka semua kembali ke ruang tamu, para wanita duduk di samping pasangan masing - masing.
"Bagaimana persiapan pembukaan butikmu, Kris?"
"Untuk renovasi sudah selesai. Aku sedang mempersiapkan perlengkapan dan baju - bajunya. Rencananya bulan depan sudah bisa dibuka"
"Langit mengirimi Papa desainnya. Dan Mama sangat menyukainya. Kesannya terlihat mewah dan elegan. Pasti akan sangat ramai customernya nanti"
"Semua itu Mas Langit yang mendesainya"
Uhuk Uhuk Uhuk
Langit tersedak minumannya sendiri saat mendengar Kristal memanggilnya Mas.
Mama Dian dan Oma Clara saling menatap kemudian tertawa.
"Hati - hati, Lang" ucap Papa Gama
Langit menatap istrinya yang tersenyum ke arahnya. Sungguh, ia merasa senang.
"Hampir waktunya makan malam, sebaiknya kita memasak saja" Oma Clara memberikan saran
"Baiklah, ayo kita memasak" sahut Kristal
"Kamu temani Langit saja. Sudah sore, mungkin dia ingin mandi" kata Mama Dian
Kristal menatap jam yang memang sudah jam empat sore. "Baiklah"
"Biar Kristal bantu masak dulu, Ma. Masak Mama dan Oma yang masak" ucap Langit sungkan
"Kita kan keluarga. Kamu tidak menganggap kami tamu kan?"
"Eh ... Nggak kok Ma"
"Kalau begitu, biar Mama sama Oma yang masak. Jarang - jarang kan, kalian makan masakan Mama"
"Ya sudah" jawab Langit, "Papa sama Opa bisa istirahat di kamar tamu"
"Opa saja. Papa mau keluar sebentar"
"Ya sudah kalau begitu. Kami tinggal dulu"
Kristal dan Langit pergi ke lantai dua, ke kamar mereka.
"Mau langsung mandi?"
"Iya"
Kristal mengambil handuk dan menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya. "Ayo"
Kristal berjalan lebih dulu ke kamar mandi, di ikuti oleh Langit. Tiba - tiba Langit memeluk sang istri
"Mas?"
"Aku mencintaimu"
Kristal membeku, ini bukan pertama kalinya Langit mengatakan cintanya. Tapi kali ini terdengar lebih tulus.
"Aku tidak meminta jawabanmu sekarang. Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa aku benar - benar mencintaimu"
Langit menarik dagunya, kemudian membalikkan Kristal hingga mereka berhadapan
"I Love You, Kris", Langit mencium pipi sang istri
Jangan di tanya bagaimana detak jantung Kristal sekarang. Derdegup begitu kencang. Ada perasaan yang sulit ia jelaskan bersarang dalam hati. Lalu entah keberanian darimana, tiba - tiba Kristal mencium bibir suaminya. Hanya sebatas ciuman singkat yang nyatanya mampu membuat Langit terkesiap.
Ia menatap sang istri tak percaya. Kemudian tatapan mata keduanya bertemu untuk sesaat, sedetik kemudian keduanya kembali berciuman. Tidak kaku seperti semalam, saat ini keduanya hanyut dalam buaian cinta.
Perlahan tapi pasti, keduanya melangkah keluar kamar mandi tanpa melepaskan pagutan mereka.
"Kamu yakin, Kris?"
Tidak ada jawaban, nafas Kristal terdengar ngos - ngosan. Langit menatap manik mata sang istri, melihat sorot mata istrinya untuk menemukan sebuah jawaban.
Keduanya kembali berciuman semakin dalam. Langit menuntun istrinya ke ranjang. Merebahkan tubuh Kristal begitu pelan,
"Mas, bahumu?"
"Aku bisa menahan sakit di bahuku. Tapi aku tidak bisa menahan pesonamu"
🌻🌻🌻
Langit tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, setelah beberapa hari menahan iman, akhirnya ia dan Kristal telah menjadi suami istri yang sesungguhnya. Langit bahkan masing ingat bagaimana percintaan panas mereka se jam lalu.
"Arg!", Langit mengerang ketika ada yang memencet bahunya
"Masih sakit?"
Ia menatap Kristal yang sudah selesai mengeringkan rambutnya, "Seharusnya aku yang bertanya padamu. Apa masih sakit"
"Sedikit", jawab Kristal kemudian masuk ke kamar mandi untuk menaruh handuk yang baru saja ia pakai
"Kenapa jalanmu biasa saja?"
Kristal berdecak, "Lalu aku harus berjalan terseok - seok seperti pada cerita novel? Ayolah Mas, kita bukan remaja alay. Meski ini pertama kalinya, dan rasanya masih tidak nyaman, aku tetap harus berjalan biasa. Lagipula aku tidak mau menunjukkan ini pada keluargaku"
"Kamu malu?"
"Jangan jadi pria sensitif. Aku hanya menghindari ledekan Oma", Kristal menatap sekali lagi penampilannya di cermin dan memastikan bekas cupangan suaminya tertutup foundation dengan sempurna.
Langit tertawa pelan, "Kita turun sekarang?"
"Hm. Mereka pasti sudah lama menunggu"
Langit berjalan di belakang sang istri, meski berusaha berjalan biasa, tapi jika peka, ia bisa melihat perbedaan pada cara jalan istrinya. Langit kembali tersenyum, ia kembali mengingat sore pertamanya dengan Kristal. Bagaimana wajah istrinya saat menyatu dengannya pertama kali, erangan halusnya dan ciuman lembut bibirnya. Langit masih mengingat jelas semuanya.
"Maaf kami lama", ucap Langit
Makanan sudah tersaji di atas meja, dan beberapa adalah makanan kesukaannya.
"Ya sudah, sekarang kita makan saja"
Kristal menuangkan nasi dan lauk pada piring suaminya. Langit sendiri tersenyum karena perhatian Kristal, keduanya bahkan tak menyadari jika menjadi pusat perhatian.
"Papa berdoa, semoga Langit dan Kristal junior segera hadir di tengah - tengah keluarga kita"
Uhuk Uhuk Uhuk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
guntur 1609
kwkwk ketahuan gama mereka lagi unboxing
2023-05-27
0
Yunita Indriani
yazna yazna, bila sudah cacat fisik setidaknya jng pula cacat hati jg. hmmm kasian kamu saka hrs kembali menyaksikan kehancuran yazna dikemudian hari.
2023-04-11
0
Paula Abdul
wkwkwk.... akhirnya pecah telur juga, tercyduk pula kelakuan manis mereka oleh keluarga dan dido'akan agar Lqngit n Kristal junior segera hadir 😅😅😅
2023-04-11
0