Sampai di kantin mereka segera menuju tempat pemesanan, “Ra, kamu mau makan apa?” .
“Mm minum aja kak, soalnya masih kenyang, habis sarapan sih tadi” ucap Zahira meraba perutnya.
“Ya tapi kan sekarang sudah siang” balas Fian.
"Ga deh minum aja”.
“Ya sudah” tukas Alfian.
“Bu satu capucino, dan…” lalu menoleh ke Zahira menunggu pilihan Zahira, “Aku jus lemon aja”. Ucap Zahira.
“Baik silahkan tunggu sebentar ya” ucap pelayan kantin.
Setelah membayar pesanan, merekapun menuju kursi yang tak jauh dari tempat pemesanan.
“Oh ya Ra, aku masih penasaran dengan teman kamu itu, ko bisanya kalian tinggal bareng?” Tanya alfian sambil memperbaiki posisi kursinya lalu duduk.
“Apa itu yang ingin kakak bicarakan?” balas Zahira. Alfian tertawa merasa pertanyaanya balik menyerangnya. “Kamu tuh ya bisanya merecokin terus, ada aja cara kamu bikin aku mati kutu”ucapnya sambil terus tertawa. Kening Zahira mengerut,
“hhmm aku ga merecokin kok, aku Cuma Tanya balik, kan tadi kakak bilang ada yang mau dibicarakan, apa Cuma soal Daniah gitu?” terang Zahira.
“Aaah gitu,”sambil menahan tawanya. “Bukan masalah itu sih ada yang lain, ya Cuma sekedar sambil menyelam minum air, begitu kata pepatah” jelas Fian senyum.
“Apa masalah utamanya?” kembali Zahira bertanya.
“Ayolah, apa kamu harus terus bertanya tanpa menjawab dulu, dimana-mana kalau orang bertanya ya harus dijawab kan, habis itu baru tanya balik” gerutu Alfian.
Zahira terdiam sejenak sambil memandangi Alfian,
“apa aku harus bergosip gitu, lagian apa pentingnya cerita masalahku keorang lain, yang ada nanti Daniah pikir aku mengadu, tapi ga dikasi tahu pasti kak fian penasaran terus” Zahira membatin dengan mata terus menatap Fian tak berkedip.
Semenatara yang ditatap merasa keki “Apa wajahku segitu menariknya sampai-sampai kamu menatap aku tak berkedip?” tanya Alfian dengan senyum jenaka membuat Zahira tersadar dari pikirannya.
"Aaa,” Zahira terbelalak.
"ah maaf kak, bukan maksud aku begitu, aku Cuma sedang berfikir bagaimana caranya aku jawab pertanyaan kakak, biar ga disalah artikan, mm maksudku, supaya tidak terdengar seperti mengadu, itu yang aku pikir” ujarnya sambil tersenyum kecut.
Seketika muka Alfian memerah sejenak menahan malu, mengira Zahira memperhatikannya. Lalu tertawa mencoba mengimbangi wajah malunya, “Haha, aku Cuma bercanda kok, lagian kamu ngeliatinnya gitu, ya kekilah, ya kan.”
Zahira Cuma mengangguk mengiyakan sambil tersenyum.
Percakapan mereka terhenti saat pesanan datang diantar pelayan, dengan sigap mereka meraih minumannya lalu mengaduknya perlahan.
“Apa aku tidak boleh tahu masalahmu walau hanya sedikit, Ra?” tanya Alfian sedikit memelas.
“Mm gimana bilangnya ya, mm aku Cuma berfikir itu kan bukan masalah serius yang harus dibagi keorang lain kak, aku takut terkesan orang yang suka mengadu, nanti malah jadi melebar terus jadi gosip, kan dosa kak.” Tukas Zahira sambil menyeruput jus lemonnya.
Seketika Alfian terdiam seribu bahasa, dia tak mengira kalau Zahira bahkan tidak suka bergosip walau hanya sekedar memberitahu masalah sepele. Akhirnya dia cuma bisa manggut manggut. “iyya sih benar juga, maaf ya kalau aku banyak tanya, aku hanya takut ada apa-apa sama kamu nanti, soalnya dari apa yang saya lihat tempo hari, sepertinya Daniah sama sekali tidak bersahabat banget kayaknya.” Sembari mereguk capuchino miliknya.
“Terus apa yang sebenarnya mau kakak bicarakan?” lanjut Zahira.
“Oh itu, iyya aku hampir lupa, mm ini soal rencana pelaksanaan kegiatan KKLP yang sebentar lagi akan kami lakukan” jelas Alfian sembari meletakkan cangkirnya.
“Apa ada hubungannya denganku kak?”.
“Iyya ada, sebenarnya aku mau minta izin sekalian minta tolong sama kamu” balas Alfian, “apa itu kak, selama aku bisa sih pasti aku bantu” jawab Zahira dengan wajah serius. “aku rencananya mau berKKLP di kampung kamu Ra, itupun jika kamu setuju”. Ujar Fian sembari menatap Zahira penuh harap. Rencana itu memang sudah ada dibenaknya saat dia tahu kalau Zahira berasal dari daerah pedesaan.
“Ooooh gitu, ya pastilah kak, kenapa tidak, aku malah senang kampungku didatangi peserta KKLP dari kampusku, jadi bisa sekalian mengenalkan ke orang sekampung teman-temanku. Aku yakin mereka semua pasti senang”. Ucap Zahira bersemangat dan tentu dengan senyumnya yang merekah membuat lesung pipitnya yang mahal menampakkan diri.
Mata Alfian seakan tak mau berpaling melihat pemandangan itu.
“Masya Allah manisnya” batin Alfian. “kak Fian” panggil Zahira heran melihat alfian senyum tak berkedip memandangnya, keningnya mengerut lagi.
Alfian mendehem sebentar lalu mengalihkan pandangan ke cangkirnya, mengangkat lalu mereguknya.
“Kenapa kak, ada yang salah dengan ucapanku tadi?” tanya Zahira, dia mengira diamnya Alfian karena memikirkan sesuatu, seperti halnya dia tadi.
“Tidak apa-apa kok, aku Cuma sedikit terlena melihat wajah manis kamu” ucapnya jujur sambil tersenyum malu, yang membuat wajah Zahira bersemu merah, lalu menunduk menahan senyum malunya yang dikulum, sambil membenahi jilbabnya yang tidak kusut. jantungnya berdebar tidak karuan membuat nafasnya susah di keluarkan, ini adalah pertama kalinya Zahira dirayu laki-laki.
Melihat tingkah Zahira yang terus menunduk diam, Alfian merasa tidak enak hati, menyesal sudah berterus terang. Untung hpnya berdering, sebuah sms, disana, dibuka lalu dibacanya.
“Oh ya Ra, makasih ya udah diizinkan KKLP di kampungmu” ujarnya tersenyum, Zahira mendongak sebentar lalu menunduk lagi.
“Iyya kak sama-sama, lagian bukan hak aku ngasih ijin kok, aku kan bukan pak kades” .
“Iyya ya, tapi kalau udah ada ijin dari seorang warga setempat berarti jalan menuju kesana bakal lancar kan” ujarnya, Zahira Cuma senyum sambil menyeruput minumannya masih dengan wajah ditekuk.
“Ra, aku duluan ya, dosenku udah masuk” ujarnya lalu berdiri.
“Iyya kak, aku juga mau pulang” sambil ikut berdiri.
Sementara di luar kampus, Yeni tampak asik berbincang dengan seseorang yang berpakaian kumuh.
“Nih bang aku bayar 500 ribu asal abang mau kerjain temanku” kata yeni sambil menyodorkan lima lembar uang ratusan ribu.
“Tapi dek, teman kamu mau diapakan?” tanya si abang, Yeni lalu berbisik ke abang itu tapi jelas terdengar oleh Nova.
“Yeni kamu jangan kelewatan dong, aku takut kualat” cegah Nova.
“Kamu ini apa-apaa sih, siapa yang kelewatan, kita kan Cuma mau ngetes dia doang, dia itu disayang tuhan atau tidak”. Ucapnya bengis.
“Aduhh maaf ya dek, aku tidak mau masuk penjara” ujar si abang sambil mengembalikan uang Yeni.
“Aduuuh siabang, ga ada yang tahu kalau abang sengaja, kan pura-pura aja tergesa-gesa terus menyenggol temanku, yang ada bukan abang yang tanggung jawab, tapi mobil yang manabraknya.” Ucap Yeni meyakinkan.
“Gimana bang?” lanjut Yeni.
“Yeni ini kebangetan yen, gimana kalau Zahira ma.....”Nova menahan nafasnya tak sanggup melanjutkan kata-katanya, Cuma giginya yang gemeretuk. “Oohh ya Allah, ampuni temanku ini, dia benar-benar tidak mengerti akan adanya dirimu.”
Doa Nova sembari menegadah kelangit lalu mengusap wajah.
“Sialan lo, berpihak sama siapa sih, aku atau dia?” bentak Yeni.
“Ya sama kamu lah, ini juga aku lagi doain kamu biar ga kena karma” balas Nova ketus.
~bersambung~
Udahan lagi,, tunggu lanjutan ceritanya besok malam, yaah biasalah emma –emma kalau siang banyak kerjaan jadi waktu nulisnya Cuma malam, selamat malaaam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Peni Setyowati
kebangetan sibueni..pdhl Zahira ga ada salah sedikitpun sm Yeni..lagian Zahira ga pernah bermasalah dg siapapun..hati" kena karma Yeni..smua perbuatanmu kmbl pd km...
2022-11-14
0
auristela
like.. like... like....
semoga zakira taaruf ama fian
2020-10-21
3
🎯Pak Guru📝📶
like karyamu Feedback ya
Pendekar Tak Pernah Kalah
2020-09-16
0