Selesai sholat, Zahirah melangkah masuk ke dapur dimana semua temannya lagi sibuk memasak. Akan tetapi dia tidak melepaskan mukenanya karena bentar lagi masuk waktu isya. Tak ayal lagi, Della yang kebetulan melihat kearahnya langsung melompat menabrak daniah yang tengah mengaduk sayur.
“Aaaakkkhhh” jerit daniah kaget terkena cipratan sayur ditangannya.
“Daniaaaah, hantu lagiiiii” teriak Della.
Meta langsung menoleh keluar dimana Della melihat hantu, sempat kaget juga sih sedikit, tapi langsung lega saat melihat siapa yang datang.
“Apa apaan sih kamu, lihat deh aku kecipratan air panas,” ucap Daniah gusar sambil menoleh dan mendorong Della menjauh.
“Della itukan Zahira” tukas Meta ketawa.
“Haa, benarkah?” kata Della sembari mengatur nafas dan bergerak menjauh dari Daniah.
“Ah maaf karena aku pake mukena ya jadi kayak hantu” ucap Zahira tersenyum.
Daniah menurunkan sayurnya, Della dan Meta tanpa diperintah segera menyiapkan piring dan sebagainya. Lalu mereka makan bersama.
“Sebelumnya aku minta maaf, tapi a
ku merasa penasaran dengan satu hal, kalau kalian tidak keberatan, saya mau bertanya” ucap Zahira membuka percakapan ditengan acara makannya.
“Ya boleh kok tanya saja” balas Daniah dan yang lain Cuma mengangguk.
“Mm dari tadi terus menbahas hantu, sebenarnya ada apa tentang hantu?” tanyanya.
Mereka bertiga saling pandang, ada rasa takut di hati masing-masing. Namun tak ada yang bersuara, membuat Zahira berhenti mengunyah menanti jawaban. Akhirnya daniah mengangkat bicara.
“Gimana ngomongnya ya, dibilangin juga kamu ga bakal percaya, yaaah palingan kamu menganggap kami Cuma halusinasi” terangnya sembari melanjutkan menyuap makanannya.
“Maaf kalau kalianmenganggap begitu, tapi aku memang ga elihat hantu.” Zahira berhenti sejenak.
Yang lain Cuma memandangnya lalu kembali makan. Mereka benar-benar malas meladeni soal hantu. Sudah cukup hari ini ketegangan yang terjadi menggoncang jiwa mereka.
“Sebenarnya mungkin hantu itu memang ada, tapi kalau kita selalu ingat kepada Allah pasti yang namanya hantu atau apapun itu tidak akan mengganggu kita.” Kata Zahira memulai ceramahnya membuat Daniah panas.
“Udah deh, ga usah ceramah lagi, aku muak, yang ada kami juga yang diserang hantu bukan kamu, ya kan?” sergah daniah lalu menyudahi makannya.
“Iyya kan kamu anak alim makanya ga diganggu hantu. Tahu gitu kami ga ngajak kamu deh.” Ujar meta sambil menyuap membuat Zahira tertegun mendengar kepolosan Meta, Daniah yang baru beranjak jadi terbelalak begitu juga Della yang hampir tersedak akhirnya terbatuk.
“Meta kalau bicara itu jangan ngaco” bentaknya sambil melotot keMeta. Yang dipelototi Cuma bisa menutup mulutnya menyesal udah keceplosan.
“Apa maksudnya?” tanya Zahira heran. “Ah ga papa kok, Meta emang suka asal bicara, udah jangan dipikirkan, lagian kamu udah bayar penuh disini, jadi ga ada jalan lain selain tinggal disini, sama seperti kita, itu sudah menjadi perjanjian dirumah kos ini” terang Della panjang lebar.
Sementara Daniah sudah keluar dari ruang makan.
Sepeninggal Daniah, Della pun buru-buru menghabiskan makanannya, demikian juga Meta, mereka bergegas keluar.
“Zahira kamu yang beresin ya, habis itu kita kumpul di ruang tengah” ucap Della sambil berlalu diikuti Meta yang Cuma tersenyum kearah Zahira.
“Mereka kenapa ya, aneh sekali, apa maksud Meta menyesal mengajak aku?” gumam Zahira sambil berdiri membereskan semua piring dan peralatan makan mereka.
“Hantu apasih sebenarnya yang mereka bicarakan?” Zahira terus bertanya sendiri sembari membereskan ruang makan dan dapur yang masih berantakan bekas Daniah memasak.
Sementara di luar, Della dan Meta baru saja duduk di sofa di sampinng Daniah tiba-tiba terdengar suara bergedubrak di kamar mandi, dan serentak mereka saling pandang, tanpa diberi aba-aba mereka segera berdiri lalu masuk kembali ke dapur.
Zahira masih asyik dengan pikirannya sendiri, ketika Daniah and the gank muncul dengan muka tegang.
“Ada apa lagi?” tanya Zahira heran. “ahh ga ada apa-apa kok, kami Cuma malas menunggu diluar, habisnya kamu lama banget sih” ucap Della kikuk karena bohong berusaha menyembunyikan rasa takutnya.
“Oooh” Zahira menjawab singkat lalu melanjutkan pekerjaannya. Sementara yang lain duduk di kursi meja makan dengan nafas lega.
Merasa sedikit kasihan melihat Zahira bekerja sendiri, Meta bangkit membantu Zahira, sementara Daniah Cuma memonyongkan bibirnya melihat Meta membantu Zahira. Mereka masih duduk disana saat Zahira dan Meta menyelesaikan pekerjaannya.
Merekapun lalu bergabung dengan Daniah dan Della.
“Apa ada yang ingin kalian sampaikan padaku, sampai-sampai harus menungguku?”tanya Zahira begitu duduk di kursi.
“Iyya, ini soal aturan kita selama disini.” Celetuk Della.
“Ini tentang aturan dapur dan tugas di dapur.” Daniah menimpali.
“Ooh, baiklah, apa itu?” Tanya Zahira. “Begini, soal kebutuhan dapur itu kami bagi rata, tapi karena Meta tidak pandai memasak, jadi dia kebagian beresin dapur dan peralatan makan. Nah karena sekarang ada kamu jadi kebutuhan dapur sekarang dibagi 4. Dan karena tidak ada yang bisa buat sarapan maka sekarang yang bertugas membuat sarapan itu adalah kamu, bagaimana?” jelas Daniah seraya menatap Zahira lekat.
“Pokoknya, setuju ga setuju harus iyya ga boleh menolak.” Tambah Della.
Sementara Meta Cuma menyimak.
“Baiklah saya akan buat sarapan mulai besok, lagian aku sudah terbiasa bangun subuh-subuh.” Ucap Zahira pasti.
“Ya pastilah rajin bangun pagi-pagi, kamu kan rajin sholat” timpal Meta yang dari tadi Cuma diam.
“Eelleee sok tahu, Dah ah, aku mau ke kamar” gerutu Daniah sambil berdiri diikuti Della, Meta Cuma mendongak heran lalu beringsut pula mengikuti mereka. Demikian juga Zahira segera ke kamarnya.
Selesai menjalankan sholat isya, tak lupa Zahira membaca beberapa ayat dalam al-qur’an, suaranya yang merdu membahana memenuhi ruangan kamarnya hingga terdengar di kamar yang lain.
“Haadeeehh, dasar sok alim benar tuh anak, pake ngaji lagi udah malam juga, mending tidur.” Gumamnya sambil meraih selimut, belum lagi ia rebah dikasur, pintunya digedor orang dari luar.
Dengan malas Daniah bangun membuka pintu. “Kenapasih kalian?” ucapnya gusar karena merasa terganggu.
Tapi Della dan Meta malah menyerbu masuk kedalam langsung meringkuk dibawah selimut. “Heyyy kenapa sih ini?” Daniah semakin kesal.
Tapi Della Cuma menunjuk kerah pintu, Daniah melongok keluar dan tanpa pikir panjang pintu langsung ditutup lalu menghambur ke ranjang bergabung dengan temannya dibawah selimut.
Tubuh mereka gemetar, keringat dingin mengalir ditubuh mereka padahal didalam selimut sebenarnya terasa gerah. Terbayang-bayang terus di mata mereka bayangan hitam yang tergantung di ruang tengah.
Setelah merasa aman, mereka menyibak selimut, lalu memperbaiki posisi duduk mereka karena telah merasa pegal. Akan tetapi sungguh pemandangan yang mengerikan saat di depan mereka seseorang tergantung dan berayun-ayun lemah dibawah kipas angin, dan serentak mereka berteriak.
“Aaaaaaaaaaaaaaa” Suara teriakan mereka terdengar sampai ke kamar Zahira. Mendengar teriakan temannya, Zahira menyudahi bacaannya lalu berlari keluar kamar menuju ke kamar Della yang berhadapan dengan Kamarnya, tapi kosong, Zahira menutup pintu kemudian melangkah kesebelahnya yaitu kamar Daniah.
Saat pintu terbuka alangkah kagetnya Zahira melihat tingkah aneh temannya yang meringkuk dan menangis sejadi-jadinya di bawah selimut.
“Tolong, jangan ganggu kami, kami tak bersalah, kami tidak maksud mengganggumu, pergii, pergiii” Daniah berteriak, teriak menangis dan histeris demikian juga yang lainnya. Dan semakin menjadi-jadi saat sebuah tangan menyentuh selimutnya, mereka semakin meronta-ronta.
“Hey heyy, ini aku Zahira” teriak Zahira tak kalah karas karena temannya tidak berhenti berteriak. Teriakan mereka pun terhenti, perlahan mereka membuka selimut. Demi dilihatnya siapa yang berdiri disana, mereka serentak menangis sejadi-jadinya sementara Meta langsung berhambur memeluk Zahira.
Zahira semakin heran dengan tingkah temannya. “Sebenarnya ada apa sih?” tanyanya melepas pelukan Meta lalu duduk di pinggiran ranjang.
“Tadi tu ada hantu lagi” terang meta ketakutan.
“Ya tapi mana?” tanya Zahira melebarkan kedua tangannya.
“Kenapa sih justru kita yang diserang hantu bertubu-tubi?” Meta mulai menangis.
“Maksudnya” Zahira mengerenyitkan keningnya.
“Meta udah deh mending kamu diam?” ancam Daniah.
“Aaaaaaaa, aku bersalah, aku tiidak tahan lagi, aku harus berterus terang, aku benar-benar takut.” Ucap Meta terus menangis sejadi-jadinya.
“Meta cukup deh, jangan menambah masalah!” cegah Della.
Zahira semakin bingung namun tetap diam.
Meta meyeka air matanya, sesekali sesenggukan. Meta hendak berbicara tapi didahului oleh Daniah yang mengerti apa yang akan dikatakan Meta.
“Ra, kamu keluar deh, makasih udah menolong kita, tapi aku rasa kamu mau tidur kan” sambil berdiri dan mendorong tubuh Zahira keluar.
“Tunggu, biar aku katakan semuanya, aku ga tahan, aku merasa kita kena hukuman karena udah berniat jahat sama orang alim, aku takut kualat sama Allah, habisnya kita kerjai orang kesayangan Allah” ucapnya sembari menghalangi Daniah.
“Alaah, takut banget, memangnya tahu apa kamu soal ketaatan agama haa?” ucap Daniah gusar sambil menampik tangan Meta.
“Biarpun aku malas sholat tapi aku juga faham soal agama cuma malas aja ngerjainnya.” Jelas meta.
“Udah deh ya, maaf-maaf jangan lagi bilang orang kesayangan Allah, cuma rasulullah kesayangan Allah, aku mah sama aja dengan kalian, jangan bilang gitu, aku jadi ketakutan astagfirullah, ya Allah ampuni kami, temanku sama sekali tidak mengerti ya Allah, aamiin” ucapnya sembari mengusap wajahnya.
Mendengar doa Zahira, entah mengapa Daniah merasa kecut di hatinya, ada getaran yang entah apa itu, dia sendiri tidak faham lalu memilih duduk ditepi ranjang.
Meta memegang tangan Zahira “Ra,kamu jangan marah ya!!” pinta meta. “Tidak kenapa aku marah” ucapnya heran.
“Maaf ya sebenarnya, kami mengajak kamu kesini biar kamu juga melihat hantu, biar kamu tahu kalau hantu itu ada,” terangnya dengan nada menyesal.
“Tapi malah kami yang didatangi hantu,” lanjut Meta.
Zahira semakin heran, lalu terbelalak tajam memandangi Meta yang tertunduk sedih.
“Hahahaha, kamu bilang apa sih,” Zahira tertawa.
Seketika semua kaget mendengar Zahira tertawa. Namun diam seribu bahasa, Cuma bisa saling pandang dengan heran tak percaya, bukannya marah, malah tertawa.
“Ya sudah deh, kalau memang begitu biar aku aja yang didatangi hantu, jadi kalian jangan takut lagi ya, soalnya jantungku rasanya mau copot tiap kali kalian teriak, soalnya aku tidak biasa dengan teriakan, ya!” ujarnya sembari tertawa.
“Ra, aku tidak bercanda, disini memang ada hantu,” jelas Meta semakin tegang.
Zahira menerawang menatap langit-langit, mengedar pandang berkeliling, lalu memandangi temannya kemudian tersenyum lagi.
“Baiklah, aku akan meminta kepada sang hantu agar tidak memgganggu kalian lagi ya,” ucapnya tegas.
Yang dipandangi semakin tegang, mereka menganggap Zahira mengolok-olok mereka.
“Zahira kamu apa-apaansih, kamu sih enak karena ga melihat hantunya, tapi kami,” ucap Daniah sewot.
“Karena itulah, biar aku saja yang didatangi hantu, wahaaai hantu penghuni rumah, aku mohon jangan ganggu temanku ya, mereka tak pernah berniat mengganggumu, jadi aku mohon jangan ganggu mereka.” Pintanya seraya menegadah ke langit-langit kamar sambil mengangkat kedua tangannya bak dukun lagi beraksi.
Yang lain Cuma geleng-geleng kepala kesal. Tapi meta justru bernafas lega. “Makasih ya udah doain kita,”ucapnya sembari memegang tangan Zahira. “Aduuh Meta, aku bukan berdoa, ngapain berdoa sama hantu, doa itu sama Allah, aku Cuma mau menengkan hantunya kalau memang ada.
Daniah merasa kesal dengan tingkah Zahira yang dianggapnya mengejek itu.
“Heeh kenapa ga sekalian kamu minta supaya tu hantu datangin kamu, bukan kita” bentaknya lalu bersandar di sandaran ranjang.
“Baiklah, wahay hantu yang baik dan cantik, kalau kamu butuh teman, temui saja aku, jangan temanku, karena mereka sangat takut padamu, kalau aku kan ga takut padamu, jadi kamu bisa curhat tuh sekalian aku bakal kirimin doa buat kamu agar hidup kamu tenang dialam sana, sekalian mendapat tempat yang layak disisiNya. Aaamiiiin!!” ucapan Zahira itu benar-benar membuat Daniah and the gank merinding disko.
“Aaaaa udah deh, cukup, mending keluar sana, keluaaaar!!!” Daniah benar-benar marah dan kesal.
Zahira tersenyum melihat tingkah temannya, lalu beranjak keluar dari kamar. Kembali ke kamarnya lalu berbaring diranjangnya masih dengan senyum menghias bibirnya. Dan sebelum terlena Zahira tak lupa membca doa sebelum tidur agar terhindar dari segala hal-hal buruk baik dalam mimpi maupun dalam kenyataan.
Zahira menggeliat, mengganti posisi tidurnya lalu terdengar samar-samar suara orang menangis dan minta tolong. Masih dengan mata terpejam, namun Zahira mencoba menajamkan pendengarannya. Dan sekarang sudah sangat jelas di telinga Zahira suara itu.
“Toloooong, jangan sakiti aku, toloooong, lepaskan aku, hiik, hiiik. Siapapun toloooong aku, toloooong!!"
Dengan sigap Zahira membuka mata dan langsung bangkit dari tidur demi mendengar suara itu seakan berada disampingnya, lalu menoleh ke asal suara, tapi aneh, tidak ada orang disitu. Zahira terdiam sejenak untuk berfikir, dia mengira kalau “ahh mungkin Cuma mimpi?” sembari merebahkan tubuhnya.
Tapi belum sempat ia rebah, suara itu terdenganr lagi namun agak diluar, Zahira pun bangkit dari ranjang lalu membuka pintu kamar dan melongok keluar.
Cukup lama Zahira celingak-celinguk di pintu kamar, tapi Ga ada sesuatu yang mencurigakan, “ga ada apa-apa,” gumamnya.
Baru saja Ia berbailik hendak masuk, suara itupun terdengar lagi, namun kali ini terdengar agak jauh lagi keluar, Zahira pun mengendap menuju pintu rumah, membukanya lalu melongok keluar.....
~bersambung~
Udah pegal nulisnya, nanti lagi update sambungannya yah.
Buat teman pembaca jangan lupa like dan komennya, biar aku semakin semangat menulisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Edha Alvin
aku suka ceritanya thor
2022-05-31
0
auristela
suka banget ama ceritanya....
terutama zahira...
Memang kita harusnya takut hanya pada Allah tuhan semesta alam...
semangat bunda...
salam kompak selalu
2020-10-20
4
🎯Pak Guru📝📶
Like Karyamu
Feedback ya
Pendekar Tak Pernah Kalah.
2020-09-16
0