Misteri Dibalik Tali Gantungan
Dalam keheningan malam yang mencekam, dari sebuah rumah kontrakan sayup-sayup terdengar tangis perempuan yang merintih dan minta tolong begitu pilu bagi yang mendengarnya.
Namun sayang, di tengah malam seperti ini, saat semua orang terlena dalam mimpi indahnya, masihkah ada yang mendengar rintihan dan minta tolong dari wanita yang malang?
Rintihan tangis itu terus terdengar timbul tenggelam menembus dinginnya malam, hingga subuh menjelang rintihan itu menghilang diganti oleh Adzan subuh di mesjid-mesjid. Membangunkan semua orang untuk memulai aktifitas pagi sebagaimana biasanya.
Zahira tergopoh-gopoh memasuki kampusnya, dengan nafas tersengal dia berjalan dengan tenang mencoba menetralkan nafasnya.
" Ra!” Zahira lansung nenoleh kesamping mendengar namanya dipanggil seseorang.
“ Hei ya!" Zahira memjawab sambil tersenyum begitu tahu siapa yang memanggil namaya.
"Terlambat lagi?"sapa laki-laki disampingnya sambil tersenyum.
“Iyya kak, soalnya tante selalu minta dibantu pagi-pagi, tidak peduli meskipun aku bilang nanti telat tetap saja minta tolong," ujar zahira sambil menunduk dan terus berjalan.
“ Tenang aja kuliahnya juga belum mulai kok." Sambil tersenyum dan mengikuti zahira di sampingnya. zahira ikut tersenyum melirik lelaki di sampingnya dan teringat lagi saat acara pengenalan kampusnya yang berlangsung selama 1 minggu yang selalu saja terlambat dan selalu mendapat hukuman dari para seniornya, salah satunya Alfian, senior Zahira yang kini berjalan di sampingnya.
Flash back on
Zahira kebingungan, hari ini hari pertamanya di kampus, dia bahkan tidak tahu di mana ruangan tempat acara pengenalan kampus jurusannya, mau bertanya entah siapa yang mau ditanyai, akhirnya dia melihat seorang lelaki yang lewat tak jauh darinya segera iya mengejarnya. “Kak permisi, kak assalamu alaikum," nafasnya memburu karena yang dikejar, jalannya tidak berhenti juga.
“Kak tunggu!’ seru Zahira mencoba dengan suara agak keras dan berhasil lelaki itu berhenti.
Dia menoleh,
” Memanggil saya?” Kata lelaki itu sambil menunjuk ke dirinya.
“ Iyya Kak, saya mau tanya kalau boleh?” jawab Zahira sambil tersenyum menanti jawaban.
“ Ya silahkan!" Lelaki itu menjawab sambil mengangguk.
“Amm, Kak maaf acara pengenalan kampus untuk fakultas pertanian di ruangan mana ya?" kata Zahira sambil celingak celinguk.
Merasa jawabannya tidak dibalas, Zahira menghentikan celingukannya kembali memandang lelaki itu, sementara lelaki itu sendiri hanya memandangi zahira penuh Tanya dengan kening berkerut.
“Kamu mahasiswa baru?" Tanyanya heran.
“Iyya Kak," jawab Zahira sambil menatap dirinya penasaran.
” Kenapa, ada yang salah?" menatap orang itu dan dirinya bergantian.
“Tapi bukannya anak MABA dari pertanian pakaiannya putih biru?"laki-laki itu masih kelihatan bingung.
Zahira yang saat ini memang memakai kerudung besar dan panjang sampai menutupi kedua tangannya sehingga baju yang dipakainya tidak kelihatan meskipun roknya yang berwarna biru masih Nampak. Zahirapun sadar dengan itu dan segera menaikkan jilbabnya sedikit sehingga lengan bajunya terlihat dan berwarna putih.
“ Ini," jawab Zahira singkat.
Lelaki itu tersenyum lalu segera menunjuk kesebuah bangunan disamping bangunan tempat mereka berdiri.
“ Oh iyya Kak, terima kasih banyak,” sambil berjalan cepat kearah yang ditunjuk lelaki itu, dibelakangnya lelaki itu juga mengikuti Zahira pergi.
Sampai di bangunan itu, Zahira segera masuk di sana dan di dalamnya acara sudah berlangsung, suara panita acara pengenalan MABA terdengar jelas.
Zahira memandang ke dalam dan segera menarik nafas yang dalam lalu membaca basmalah.
“ Bismillah," dengan penuh keyakinan, Zahira mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
“Assalamu alaikum," sontak semua mata menoleh kearah suara, salah seorang panitia mendekat.
” Kamu siapa?” tanya seniornya.
” Saya Zahira, maaf kak Saya terlambat," Zahira menjawab agak menganguk sambil tersenyum sedikit.
“kamu MABA?" tanyanya penuh selidik, dengan kening berkerut wanita itu masih menyelidiki.
“Iyya Kak," jawab zahira sambil mengangkat sedikit jilbabnya dan lengan bajunya kelihatan.
“Mana atributnya?”masih penuh selidik.
“Aaa," Zahira ternganga sejenak lalu segera merogoh sesuatu dalam tasnya,
“ah ini Kak,” sambil menunjukkan atributnya berupa papan nama, dan pita berwarna merah.
“Kenapa tidak dipakai?”wajah wanita itu mulai tampak kesal, kedua tangannya dinaikkan kepinggang dan ditolakkan disana.
“ Kamu malu kalau kamu ini MABA di sini?” dengan nada bicara yang agak gusar.
” Ah bukan Kak, mm anu, ini , mm aku cuma ga sempat memakainya karena sudah keburu telat, jadi aku pikir baru mau pake kalau sudah sampai di kampus, cuma keburu telat jadinya lupa, maaf kak,” kepala zahira sedikit ditekuk kebawah karena takut mendapat murka dari seniornya.
Wanita itu berbalik dan melangkah masuk tanpa mengajak zahira, kini dia sudah berkumpul dengan senior yang lain, sementara tak jauh di belakang zahira, lelaki yang mengikuti sahira berhenti lalu tersenyum melaihat kejadian itu.
Zahira sendiri terdiam mematung karena tidak dipersilahkan masuk.
“Perhatian-perhatian, ada MABA yang terlambat tuh, waaah enaknya diapain yaah?”sambil berkacak pinggang wanita itu mengedar pandangannya ketemen-temannya.
Sementara para MABA yang lain Cuma terdiam membisu penasaran, mereka hanya melihat kearah Zahirah dan para senior bergantian.
"Yaaah apalagi, dihukumlah,” jawab salah satu senior itu.
"Hei kamu ayo sini masuk”. Panggil salah seorang senior laki-laki.
Zahira melangkah masuk dengan ragu-ragu, sementara laki-laki yang mengikutinya juga ikut melangkah mendekati pintu masuk.
Sesampai di dekat para seniornya, Zahira pun berdiri mematung dengan sedikit senyum tersungging dibibirnya.
" Masih bisa tersenyum yah, padahal sebentar lagi bakal kena hukuman,” kata senior wanita yang tadi menyambutnya di pintu.
“Bagusnya diapain ya?” berkata senior lelaki sambil memegang dagunya berfikir.
“Mmm bagaimana kalau kamu perkenalkan diri dulu terus kasih tau alasan kamu kenapa sampai terlambat," lanjut laki-laki itu.
“Setuju, aku setuju, iyya itu ide bagus," jawab para senior bergantian.
“Silahkan perkenalkan diri!" ucap senior lelaki lainnya sambil mengarahkan zahira dengan tangannya.
Zahirapun melangkah sedikit kedepan dan kini berbalik mengahadap ke arah teman-teman MABAnya.
"Perkenalkan nama saya Zahira, asal sekolah saya dari pesanteren, alamat saya di jalan Ahmad yani no. 187.” Zahira mengakhiri kalimatnya dengan menarik nafas dan menghembuskannya pelan-pelan.
” Ooooo anak pesantreeen?" jawab para senior hampir bersamaan.
“Pantas gayanya kayak begitu," ucap salah seorang senior cewe yang tidak berjilbab dengan mulut mencibir. Zahira hanya menoleh sebentar kearah suara itu lalu kembali tertunduk.
Sementara diluar ruangan lelaki yang mengikuti Zahira tadi menatap kearah Zahira tak berkedip, anak-anak Maba yang lain mulai saling pandang, Zahira kembali melanjutkan kata-katanya.
"Mm alasaan saya sampai terlambat karena pertama, saya harus bantu tante saya menyiapkan jualannya pagi-pagi, terus karena rumah saya agak jauh dari sini dan karena berangkatnya agak telat jadi kena macet dijalan, saya minta maaf sudah terlambat, maafkan saya yah teman-teman!" Ucapnya memelas lalu terdiam dan tertunduk.
"Oke" ucap salah satu senior lelaki sambil menepukan tangannya sekali kemudian sedikit berfikir lalu melanjutkan.
"Jadi bagaimana kalau hukumannya adalah kamu harus berjalan mulai dari ujung sana terus sampai barisan paling belakang sambil menanyakan nama mereka masing-masing.
"Oke" Jelas senior lelaki itu sembari menunjuk arah yang dimaksudkan.
" Tapi sebelumnya mungkin dia harus mengenal kita dulu deh Yan!” ucap salah seorang senior cewe .
"Kan dia belum kenal kita," katanya sambil mengedar pandangan ke teman-temannya menunggu persetujuan.
"Iyya aku setuju!" timpal yang lain.
"Baiklah, silahkan dek, dimulai dari dia yah,” ucap senior cowok yang member hukuman tadi.
Zahirapun melangkah mendekati cewe yang menyambutnya tadi dipintu, Zahira menjulurkan tangannya.
"Maaf Kak, nama saya Zahira, kalau Kakak?”. Cewek itu menjabat tangan Zahira "Nova” jawabnya singkat.
Zahira berpindah ke cewek yang satunya lagi yang tak berjilbab, “Zahira”, sambil menjabat tangan,
“ Yenni”.jawabnya cuek, melangkah lagi mendekati senior cowok.
Saat Zahira mendekat, si cowok langsung menjulurkan tangannya minta bersalaman namun Zahira malah mengatupkan kedua tangan di depan dada.
"Zahira Kak," yang diajak bicara malah bengong kemudian tersenyum kecut menahan rasa malu, lalu menarik tangannya dan melakukan seperti yang Zahira lakukan.
"Riyan." Suaranya penuh kecewa.
Sementara senior yang lain tertawa ngakak.
”Anak pesantren woiii, ga boleh bersentuhan bukan muhrim loo!” ujar beberapa senior, para MABA ikutan ketawa.
Yang diketawai cuma menyerinagi. Zahira melanjutkan.
"Mega” "Yolanda” "Doni," demikian nama para senior mengenalkan nama mereka ke Zahira.
Selesai mengenal para seniornya, Zahira pun melajutkan tugasnya yakni mengenal semua MABA di sana. Zahira tertegun sejenak memandang kearah MABA yang hampir seratusan banyaknya.
Dia menarik nafas dalam-dalam, sementara para senior senyum-senyum menahan tawa membayangkan betapa lelahnya harus berjalan menanyai orang satu per satu dengan jumlah yang banyak itu.
Dengan langkah pasti zahira mulaiberkenalan dengan semua maba mulai dari ujung ke ujung sesuai yang diperintahkan oleh Riyan, seniornya yang sempat menahan malu tadi.
Merasa sudah selesai dengan tugasnya, dia kembali kedepan tapi seseorang menegurnya karena tugasnya belum selesai.
" Heyy masih ada 1 nih!” ujarnya sambil menunjuk dirinya.
Kaget langsung menoleh ke belakang.
“Oooh, maaf saya tidak lihat tadi," Zahira kembali menuju asal suara. Seperti yang dilakukan pada semua cowok-cowok, Zahira mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
“Zahira." Yang diajak kenalan dengan hal yang sama menyebutkan namanya.
“Alfian gunawan!" sambil tersenyum. Zahira membalasnya dengan senyum manisnya.
Setelah menyelesaikan hukumannya, Zahirapun berlalu dan kembali kedepan menghapa para senior.
"Saya sudah selesai Kak,”demikian laporan Zahira.
"Whaaaat, sudah selesai? maaf tapi hukumannya baru dimulai ya”. Ucap Riyan dengan nada mengejek.yang lain Cuma ketawa.
“Hukuman kamu itu adalah, menghafal semua nama orang disini mulai dari dia sampai yang paling terahir itu..sambil menunjuk orangnya.” Kata Riyan ketus. Mata Zahira tebelalak mendengar hukumannya.
"Mana bisa aku mengahafal semuanya, mereka kan hampir seratus orang, ya Allah?" Batin Zahira, tak sadar dia menutup sebagian wajahnya dengan kedua tangannya. Terdengar suara tawa para senior pecah.
Para MABA saling pandang namun tak ada yang bersuara. Bahkan ada sebagian yang angkat bahu.
"Aku rasa dia bakal ****** deh,” “sumpah aku ga bakal telat deh” iih mengerikan." Demikianlah para MABA mulai berbisik.
Sementara Zahira terdiam dengan sebagian mukanya tertutup kedua tangannya, Alfian sudah berada diantara para senior.
“Ayooolah, jangan killer gitu dong, kasiaan anak baru,mustahil banget ingat semua nama orang segitu banyak dalam sekali kenal!” Ucap Alfian memecah suasana. Sontak semua tawa berhenti.
"Waaaahhh lihatt yang ketua udah telat, masih membela,”ujar Yeni merasa sewot.
“Apasihh, siapa yang membela, memang kenyataanya gitu kali, lagian menurutku dia tidak terlambat, soalnya dia masih lebih dulu datang dari ketua, iyya kan?" Alfian menegaskan.
“ Waaaahhh mentang-mentang sesama anak pesantren ya," Ucap Doni dengan senyum mengejek.
"Memang apa bedanya yang pesantren dan yang bukan pesantren, sama aja kali islam juga”. Ucap Yeni jengkel. “Biar saya ga jilbab aku juga islam kaliii!” yeni masih jengkel.
"Maaf ya teman-teman, bukan karena masalah pesantrennya cuma kan dia sudah bilang membantu tantenya, jadi kasih keringananlah, masa semua orang bisa dihafal, ingat aturan OPAK kan? Tidak boleh berlebihan dan hormati HAM, jangan sampai kelewatan dan menyusahkan para MABA!!”
Alfian tegas.
Sebenarnya Alfian bukannya telat, tadi sudah datang duluan namun karena ada panggilan pengelola kampus, dia harus meninggalkan acara sebelum dimulai. Dan Zahira pun mendapat keringanan, Cuma perlu menyebutkan minimal 10 nama MABA saja.
Meskipun Zahira selalu medapat pembelaan dari ketua panitia yang sejak awal sudah perhatian padanya, tetap saja dia dihukum lagi, lagi dan lagi, karena terus saja terlambat. Selain itu, Yeni kakak seniornya kelihatannya sangat dongkol melihat kedekatan mereka.
Flash back of
Kini mereka telah sampai di ruangan Auditorium kampus, mereka pun bergegas masuk dan mencari kursi kosong karena acara sudah dimulai terlihat dari MC yang sudah membacakan susunan acara hari itu. Mereka duduk dengan tenang mendengarkan acara kuliah perdana dengan seksama sampai acara selesai.
“Kamu mau kemana habis ini?” tanya Alfian.
Zahira menoleh ke arah Alfian, "mmm mungkin ke kelas deh Kak,” ujar Zahira sembari berdiri dan menyalempangkan tasnya di pundak, bersiap hendak keluar ruangan. Alfian hanya mengangguk sambil tersenyum serta ikut berdiri.
Mereka terus berjalan beriringan meskipun agak berjarak sampai dihalaman Auditorium. Mereka akhirnya berpisah.
”Duluan ya Kak assalamu alaikum." Sembari menunduk sedikit dan berlalu ke arah kelasnya.
“Ya, wa alaikum salam," balas Alfian juga dengan senyum.
Setelah berpisah dengan Alfian, kini Zahira berjalan sendiri, bukannya Zahira tidak punya teman, hanya saja Zahira lebih suka sendiri, kedekatannya dengan Alfian bukan karena Zahira yang sangat menginginkannya tapi Alfianlah yang selalu datang mengahampirinya, dan Zahira hanya membiarkannya, karena memang ga ada alasan untuk mengusirnya. Soalnya dia lelaki yang sopan dan ramah.
~BERSAMBUNG ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
like plus favorit ❤️
2023-09-13
0
Maliqa Effendy
sumpah deh..abis perbaharui noveltoon jadi kagok ..trus klo naro favorite dimn coba..klo yg dulu kan ada di bawahnya..ada yg bisa kasih tau? masalahnya ini cerita mo sy favorite in
2023-06-28
0
indah melani
nama anakku Zahira ❤️
2021-07-12
1