Zahira duduk berjongkok sambil bersandar di pintu rumah kosnya, soalnya Daniah yang bawa kunci, sudah hampir sejam lamanya dia duduk di sana.
“Astagfirullah, kenapa mereka lama sekali ya?” batin daniah lalu mendengus, “Kayaknya memang harus pergi dan pulang bareng, soalnya kunci rumah cuma satu,” gumamnya.
Karena merasa pegal, perlahan dia bangkit dan berdiri, matanya langsung berbinar saat melihat ketiga temannya di kejauhan. Sebuah senyum mengembang dibibirnya. Dia hanya bisa berdiri menunggu.
“Eh Zahira kamu sudah datang, kapan?” Tanya Meta segera menghampiri.
“Padahal sudah sejak tadi kami tunggu kamu lewat di depan warung makan sana itu, eeh kamu ga muncul-muncul, tau-taunya ada di sini,” tukas Della.
“Salah sendiri, suka nyelonong sendirian” ucap Daniah tersenyum bengis.
“Kamu pulang lewat mana? Sampai kita ga liat kamu?” Tanya meta lagi.
“Aku diantar sama kak Alfian,” tukas Zahira.
“Ooo udah maen antar ya?” ledek Daniah dengan muka masam.
“Tidak kok, tadi itu adiknya Kak Fian nabrak Aku, kakiku sakit, jadi diantar pulang” jelas Zahira menunduk.
“Hah ditabrak, terus gimana, kamu terluka?” Tanya Meta sambil memeriksa badan Zahira disana-sini.
“Lebayyyy, lebayyy, orang dia tampak baek aja tuh, ya pasti ga luka lah,” ucap Della kesal.
“Iyya aku baik, cuma lapar aja, hehe,” jawab Zahira malu-malu.
Yang lain ikut ketawa kecuali Daniah yang Cuma mendengus kesal.
Daniah membuka pintu, mereka pun masuk dan seperti biasa, mereka tidak langsung masuk kamar melainkan singgah mengaso dulu di sofa menghilangkan penat sehabis jalan.
Akan tetapi Zahira terus menuju dapur mencari makan.
“Ehh kenapa tuh anak ke dapur, padahal kan kita belum masak” tanya Della heran.
“Terus kamu mau masak buat dia gitu?” balas Daniah sambil memandang Della kesal.
“Kasian Zahira pasti kelaparan, secara sekarang udah jam berapa?” tukas Meta.
“Ah aauuu ah, aku mau ke kamar."
Belum sempat masuk kamar, pintu rumah diketuk orang, mereka saling pandang.
Zahira mengambil minum, soalnya dia sadar ga ada makanan di sana, tiba-tiba ponselnya berbunyi.
“Halo assalamu alaikum ummi” jawab Zahira.
“Waalaikum salam, Ra, kiriman umi udah sampai?”
“Ha, kiriman, ga ada tuh.”
“Ah masa sih, tadi kata abangnya dia sudah sampai,”
“Ya sudah biar aku lihat kedepan dulu ya ummi,”
“ya deh,”
saat mereka asyik ngobrol, Meta datang.
“Ra, ada orang nyari kamu, katanya ada kiriman buat kamu?” ucapnya sambil menarik Zahira keluar.
“Umi katanya kiriman datang, aku lihat dulu, ya ampuuuun Umii banyak amat,”
“Lho kan kamu berempat disitu kan? Ya udah Umi kirim banyak biar buat bagi-bagi, semua keperluan dapur udah umi taruh disitu, jadi kamu ga usah repot-repot ke pasar buat belanja ya, fokus belajar aja, jangan keluyuran, habis kuliah pulang, ya, umi khawatir nanti kamu kenapa-napa, dikota itu rentan Ra, faham maksud Umi kan?”
“Ya umi aku faham,”
“ Ya udah kalau gitu, assalamu alaikum,” telpon ditutup.
"Alaikum salam."
Zahira lalu memandangi kirimannya.
“Ini semua udah semuanya bang?” tanya Zahira saat si abang datang lagi bawa sekarung beras.
"Iyya dek, eh masih ada, tunggu sebentar,” lalu abang sopir segera kembali ke mobil mengambil sesuatu,
“Giiilaaaa, bwaaaaanyak beneer, buat apaan Ra,” tanya Meta mengedar pandang dengan wajah sumbringah
“Buat kita makan bareng” jawab Zahira ikutan senyum sementara Della cuma memandangi mereka bergantian, Daniah sendiri duduk lagi disofa dengan muka kurang seneng.
“Perasaan, aku juga orang kampung ga gitu-gitu amat deh,” gumamnya jengkel, entah apa sebabnya.
Si abang datang membawa kantong kresek.
“Inih dek, katanya isinya lontong sama lauknya” ujar siabang sambil menyodorkan kantongnya.
“Makasih ya bang, waah kebetulan banget aku lagi kelaparan” ujarnya seraya mengambil kantong.
“Ya udah abang pamit permisi dulu, marii dek” pamit si abang.
“Iyaa bang, makasih” jawab Meta dan Zahira bersamaan, siabang pun berlalu dan menghilang dibalik pintu.
“Ra, buka dong penasaran isinya apa aja?” pinta Meta tak sabar.
“Ayo bantuin!” ajak Zahira seraya meletakkan kantongnya, kemudian berjongkok didekat kardus besar di depannya.
Tiga kardus minyak kemasan dan satu karung beras, tiga sisir pisang, demikian jenis kiriman Zahira. Satu persatu kardus dibuka. Kardus pertama isinya minyak kemasan dan kerupuk, yang kedua, isinya cemilan dan abon. Sementara yang ketiga isinya telur asin.
“Wahhh gila banyak benar, ampe 3 bulan ga abis-abis ini, hahah!” Kata Della tertawa merasa lucu melihat kiriman umi Zahira.
“Ya kan ini buat berempat,” ucap Zahira menatap Della..
" Ya udah angkut kedalam yuk!” ajak Meta ga sabaran. Daniah Cuma mendengus malas.
Acara angkat mengangkat selesai, tinggal mengaturnya didapur.
“Ra, bagi nastar boleh ga?” tanya Della, “Iyya boleh, ambil aja,” kata zahira, “Della bagi dua” ujar Meta merebut nastar.
Daniah Cuma geleng-geleng,
“Iyya-iyya,” tukas della.
“Ga usah berebut kali, masih ada satu lagi tuh!” ucap Zahira sambil membuka kantong kreseknya
“By the way ada yang mau makan lontong ga?” sambungnya sambil mengambil piring.
“Ga silahkan aja, kita makan nastar di kamar, byeee!” ucap Meta sambil berlari ke kamar.
“Woiiii tungguiiin!” teriak Della sambil ikutan ke kamar.
Daniah menelan ludah melihat bungkusan kacang telur.
Berapa kali ditahan egonya buat bilang keempunya, rasanya malu karena udah kesal tanpa sebab tadi, tapi melihat kemurahan hati Zahira terbit rasa inginnya mencicipi satu kacang telur. “Daniah, kamu mau cemilan juga?” tanya Zahira sambil membuka lontongnya.
“Ahh itu kan buat kamu,” ujarnya malu-malu.
"Ga kok, umi kirimin buat kita semua makanya dibanyakin, kalau kamu mau ambil aja.” Perintah Zahira Sambil mengunyah makanannya.
“Ok deh aku ambil kacang, makasih ya” “Mm mmm” jawab zahira yang asyik mengunyah.
Daniah senyum sambil berlalu, sebungkus kacang telur sudah ditangannya.
“Kayaknya nih anak tajir deh, boleh juga tuh sekalian bisa ngirit uang bulanan, hah secara, emak ku susah nabungnya tiap bulan,” batin Daniah lalu masuk ke dalam kamar.
“Ya ampuuuun ngapain di kamarku” Daniah kaget melihat Della dan Meta udah disana asyik makan nastar sambil cengengesan entah apa yang lucu.
“Ya elaaaah biasanya juga begitu, bilang aja ga mau ketahuan kalau kamu ngambil cemilan” tukas Meta sambil ketawa.
“Idiiih siapa bilang ngambil, ini dikasih!” ujar Daniah sewot.
“Eh btw tuh anak pasti tajir, ya nggak?” lanjutnya.
“Iyya sih, udah gitu bae banget lagi Uminya,” sambung Della.
“Apa jangan-jangan dia ga diganggu hantu karena dia itu baik hati” tukas Meta.
“Weii yang benar dong, apa hubungannya, baik sama hantu!” bentak Daniah.
“Adalah, kan kata pak ustas orang baik disayang tuhan” jawab Meta
“Sabar kaliiiii” bantah daniah dan Della bersamaan, lalu mereka tertawa bersama
Tanpa menghiraukan suara tawa temannya, Zahira masuk kamarnya melepas jilbabnya lalu pergi berwudhu soalnya waktu dhuhur sudah berlalu hampir 2 jam.
Selesai sholat, Zahira membaca Alqur’annya, perempuan bermuka pucat yang bergelantung santai di atas ujung ranjangnya menjadi kegerahan, segera menggeliat lalu menghilang entah kemana.
Selama hampir setengah jam Zahira mengaji, rasa kantuk mulai menyerangnya, ia menyudahi bacaanya lalu tidur.
Setelah Zahirah terlelap dalam tidur siangnya, perempuan berwajah pucat muncul lagi dengan santai bergelantung di bawah kipas angin lalu tersenyum memandangi Zahira yang terlelap. Suara kerasak kerusuk dari luar akibat kehebohan teman Zahira membuat hantu tergantung itu menoleh lalu menarik senyum dibibir pucatnya.
Namun kali ini dia lebih memilih memandangi Zahira ketimbang mengganggu mereka lagi.
~BERSAMBUNG~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
emy safrida
ada gitu ya hantu pake' milih2 siapa yang mau di liatin. hehehehe...
2020-11-22
1
auristela
syuka banget ama zahira... di jahatin kayak apa juga dia ga pernah sakit hati bahkan dia selalu khusnuzon....
2020-10-21
1
🎯Pak Guru📝📶
Feedback ya
Pendekar Tak Pernah Kalah.
2020-09-18
0