19

Rhea menyunggingkan senyumannya, ia membasahi bibir bawahnya dan mulai fokus dengan bola yang akan dilempar itu. Hendry memang terlihat lebih tinggi, bahkan dia dengan mudah menangkap bola itu jika sudah dilempar oleh wasit abal-abal itu.

Ia memundurkan sedikit posisinya, Rhea sudah lama ingin bermain basket dan ternyata terwujud. Gadis itu sudah memasang kuda-kuda untuk melompat meraih bola itu, ini sangat menyenangkan.

“Bersedia. Mulai!” Dan suara peluit itu pun berbunyi nyaring, bola pun mulai dilemparkan setinggi mungkin. Rhea yang sudah ada ancang-ancang pun mulai berlari dan melompat mengambil bola basket itu, Hendry yang tadi hampir saja menyentuh bola itu pun terkejut saat melihat gadis itu telah mengambil alih bola basket itu.

Lompatan gadis itu tinggi. Hendry dengan cepat tersadar dari terpukaunya, dan mulai mengejar bola dari gadis itu.

“Woi, Hend! Masa kalah?”

“Cok! Kejar bolanya!”

“Wah, sudahlah.”

“Malu-maluin lo, Hend.”

“HAHAHAHAHA.. HENDRY MASA KALAH TINGGI SAMA KAELA.”

Sorakan dan ejekan dari teman-temannya membuat Hendry semakin malu, ia kira tadi bermain sedikit santai karena hanya seorang Kaela, tetapi dia malah dibuat bungkam oleh gadis itu.

Rhea dengan lincahnya berlari menuju ring basket lawannya, tetapi sekejap ia tersadar Hendry sudah menyusulnya, dan malah mencoba merebut bola basketnya. Reflek Rhea dengan tubuhnya yang sudah terlatih, membuatnya melakukan pivot saat Hendry hendak mengambil bolanya. Rhea selincah itu, dia seakan terlahir hanya untuk olahraga. Dan beruntungnya, tubuh Kaela dapat menyesuaikan kemauannya.

Tepuk tangan teman-teman Hendry semakin besar, bahkan sorakan semangat terdengar menyenangkan karena pertandingan antara Kaela dan Hendry yang begitu menarik.

“Widih! Kaela!”

“HAHAHAHAHA.”

“Hend..Hend, keluarin lah teknik lo.”

“Banyak dosa sih, lo!”

Hendry semakin tertinggal saat dengan lincahnya gadis itu menghindari halangannya, ia pun mulai mencoba menggagalkan Kaela untuk dapat memasukkan bola basket itu ke ring-nya. Ia melihat gadis itu hendak melompat untuk memasukkan bola, Hendry terlebih dahulu melompat, ternyata yang terjadi adalah itu gerakan fake dari Kaela.

Hendry terpaku saat Kaela melompat setelah dirinya sudah mendarat. Gadis itu tidak berbohong, benar-benar lompatannya dapat mencapai ring itu.

“WOHO! POINT KAELA CUY!”

“HAHAHAHAHAHA, HENDRY LO KALAH.”

“GILA, KAELA KEREN!”

“WAH! PARAH! KEREN BANGET SI KAELA!”

Teriakan itu benar-benar mengundang atensi para murid lainnya yang juga berolahraga, bahkan yang tadinya hanya mereka-mereka saja menonton, kini sudah bertambah karena adanya hal yang menarik.

Rhea tertawa bahagia, akhirnya dia dapat menyentuh basket. “Aduh! Kaela mau makan apa ya, habis ini.” Sindir Rhea dengan kedua matanya menggoda Hendry.

Hendry hanya menutup wajahnya selain karena malu, ia juga masih terpukau dengan relfek Kaela yang begitu bagus.

Namun, tanpa Rhea sadari, di sisi lapangan sana ada Jeno yang terpukau dengan apa yang baru saja ia lihat. Jeno yang tadi izin sebentar untuk mengambil minumannya di dalam kelasnya tiba-tiba saat kembali ke lapangan, ia melihat Kaela sudah berada di tengah lapangan dan tampak berbicara dengan teman-temannya.

Jeno hendak menyapa gadis itu, tetapi terhenti saat gadis itu mulai menantang teman-temannya untuk bermain bersama gadis itu. Dan yang membuatnya semakin terpukau adalah saat Kaela bermain begitu lihainya. Teknik itu tidak bisa sekali belajar, itu harus ada latihan yang rutin. Teman-temannya mendekati Kaela yang tengah tertawa melihat tingkah Hendry.

“Sebenarnya, seberapa banyak yang gue tidak tahu tentang lo, Kae?” tanya Jeno kepada dirinya sendiri.

**

Jaemin membolakan kedua matanya saat Kaela tiba-tiba membawanya ke meja kantin yang berisi anak-anak basket sekolah mereka. Bahkan anak-anak basket itu menyambut kedatangan Kaela dengan begitu ramah. Ini dia bingung, ada apa sebenarnya?

“Kaela bawa Nana juga, jadi traktirnya double, ya?” ucap Rhea dengan semangatnya, ia bahkan menarik Jaemin untuk duduk di sampingnya. Jaemin hanya mengikuti tarikan Kaela, dan terdiam saat sorakan kecil dari anak-anak basket itu di hadapannya itu.

“Boleh..boleh, kalau untuk Kaela.”

“Jaem, lo mau pesan apa?”

“Enak nggak dapat traktiran dari Kaela, Jaem?”

“Keren nih, sahabat lo, Jaem.”

Jaemin semakin bingung, tetapi responnya hanya menganggukkan kepalanya. Rhea tertawa terbahak-bahak saat melihat ekspresi sahabatnya yang begitu bingung, “Nana tenang aja, 1 minggu ke depan, kita makan enak. Nana pesan aja mau makan apa, biar mereka-mereka yang bayar. Ya, kan, kak?”

“Oh iya, pasti dong.”

“Hahahah.. pesan aja, Jaem.”

“1 minggu doang mah kecil.”

“Hendry yang paling banyak nyumbang dana kalau gini, mah.”

“Lailah! Udah, sih, gue masih malu nih.”

Dan tertawa kembali lah mereka saat mendengar ucapan Hendry. Jaemin mencoba mencari penjelasan lewat tatapannya ke arah Kaela, tetapi gadis itu hanya menepuk bahunya dengan lembut sebagai bentuk responnya semua adalah hal baik.

“Eh, ramai banget. Kita boleh gabung, nggak?” suara itu, Rhea yang sejak tadi tertawa pun kembali diam, ia melihat Karina dan Jeno sudah berada di sekitar meja mereka.

‘Perasaan numpang makan mulu. Kagak ada meja lain apa gimana, sih?’ tanya Rhea di dalam hatinya.

“Eh, ada Karina. Silakan, Karina cantik.”

“Geser dong, Hen.”

“Astaga! Salah mulu gue.”

“Lagian lo sih, kalah!”

Jaemin melirik sahabatnya yang kini sudah merubah ekspresinya pun mulai tersenyum, ia menarik dagu sahabatnya dan menatapnya. Rhea sedikit terkejut dan mengedipkan kedua matanya bingung.

“Sepertinya banyak hal yang perlu kita bicarakan, Kaela ku sayang.” Ucap Jaemin dengan senyuman manisnya. Rhea kalah, ia memang tidak bisa bertahan dengan rasa jengkelnya terlalu lama jika Jaemin sudah seperti ini. Dengan gemasnya, ia mencubit pipi Jaemin. Jaemin tertawa kecil.

“Jangan lupa sediakan amunisi dulu, Nana.” Balas Rhea dengan lucunya, ia bahkan mencubit pipi Jaemin tanpa henti dan dengan gemas. Jaemin kembali tertawa saat sahabatnya teralihkan dari Karina dan Jeno.

Jeno melihat kemesraan Kaela dan Jaemin, ia berdehem untuk melancarkan sesuatu yang tercekat di tenggorokannya.

“Emang ada apa sih kalau boleh tahu? Kok tadi di lapangan heboh banget, ya?” tanya Karina yang sudah mengambil posisi duduk di meja kantin itu. Jeno hanya membasahi bibir bawahnya sembari melirik Kaela dan Jaemin yang asik berdua dalam percakapan.

“Wah, tadi itu si Kaela sama Hendry satu lawan satu main basket.”

“Lo harusnya tadi lihat sih, Kar. Si Kaela kerena banget.”

“Seorang Hendry kalah tanding sama cewek.”

“Malu-malu..”

“Udah, woi, udah. Gue malu.”

Karina yang mendengar itu pun seketika melirik ke arah Kaela dan Jaemin yang bersebrangan dengan mereka, tampaknya Jaemin pun terkejut juga mendengar cerita itu. Ia bahkan terlihat mencoba memastikan apa itu benar atau tidak.

“Kamu berarti keluar dari kelas bukan ke toilet, tapi malah main?!” Dan Rhea hanya menundukkan kepalanya untuk berpura-pura melihat menu makan kantin, dengan ditemani omelan Jaemin.

Jeno menyunggingkan senyumannya saat melihat Kaela begitu patuh kepada Jaemin, bahkan terlihat cantik saat gadis itu berpura-pura membaca menu kantin itu. Tapi, Karina menangkap semua itu, tatapan Jeno kepada Kaela.

“Sayang, kamu mau makan apa?” tawar Karina untuk mengalihkan perhatian Jeno ke arahnya. Jeno seketika tersadar dan mulai menatap kekasihnya itu, “ah, iya. Kamu mau makan apa? Biar aku pesan,” jawab Jeno dengan sedikit cepat.

Karina memberikan senyumannya kepada Jeno, “aku ikut kamu aja.”

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!