TO HEAVEN

TO HEAVEN

1

“Dari sekian manusia yang ada di dunia ini, kenapa hanya kamu yang membuat aku sekarat karena sakit ini?”

Helaan napas yang kasar itu pun menjadi pengiring akhir cerita yang dibaca oleh gadis itu. Ia menutup novel yang sejak tadi membuatnya mengutuk alur cerita yang menyiksa si pemeran figuran itu.

“Gue heran sama penulis cerita novel ini, kenapa harus memberikan penderitaan kepada salah satu tokoh yang diciptakannya? Minimal dikasih pengganti jodohnya kek! Si laki-lakinya bahagia dengan perempuan yang dia cintai, lah terus si perempuan yang tersakiti itu gimana? Nangis mulu, sabar mulu, ngalah mulu. Sepenting apa sih cinta pemeran utama itu njing!” omel gadis itu sembari memukul cover novel yang ada di tempat tidurnya itu.

Gadis yang tengah mengutuki penulis serta alur cerita novel pun bangkit dari tempat tidurnya, ia membawa novel yang dibacanya itu, lalu membuangnya ke dalam tong sampah yang berada di sudut kamar tidurnya.

“Cerita sampah!” lalu ia meninggalkan kamar tidurnya dengan perasaan dongkolnya.

**

Angin laut itu berhembus dengan sedikit kencang, malam begitu pekat dan airmatanya tidak kunjung berhenti sejak tadi. Gadis mungil itu mengusap kembali airmatanya yang jatuh, rambutnya hitam legam itu dibelai oleh angin laut, ia menatap laut dengan beban yang dirasakannya.

“Tuhan, Kaela lelah dengan semua perasaan ini. Kaela lelah untuk menanggung sesak ini terus-menerus. Kaela mau merasakan ketenangan, Kaela lelah…” isak tangis gadis mungil ini sungguh menyesakkan hatinya. Ia terlalu sakit untuk menanggung semuanya.

“Tolong untuk kali ini saja, biarkan Kaela tidur. Kaela mau tidur sebentar saja, agar rasa sesak yang sekarang dirasakan dapat hilang untuk sementara waktu. Kaela mohon..”

Kaela – gadis mungil itu- berdiri dari duduknya di bangku yang menghadap ke laut, dengan badannya yang lemah, ia berjalan untuk kembali ke rumahnya. Entah Tuhan mendengarkannya atau masih betah untuk mengatur kehidupannya untuk menanggung beban yang dia rasakan,tetapi kilat di langit menggambarkan bahwa badai besar akan segara datang.

‘Kamu lelah, Kaela?’

Kaela mendengar namanya terpanggil, ada suara yang sangat jelas sehingga membuatnya menghentikan langkah kakinya.

‘Kamu mau beristirahat, Kaela?’

Kaela mengangkat kepalanya seketika, ia mencari siapa yang menyebut namanya itu. “Siapa di sana?!” tanya Kaela dengan sedikit kuat karena suara ombak laut yang keras itu.

‘Aku akan membantu mu untuk istirahat, menggantikan dirimu yang telah lama terluka.’

Kaela melihat kembali di sekelilingnya dengan sedikit gemetar, tidak ada satu pun di sekitarnya. “Siapapun itu, jangan pernah membuatku takut!”

‘Aku mengasihanimu, Kaela. Aku akan menggantikanmu, kau beristirahatlah. Tugas mu sudah selesai.’

Kaela  yang hendak kembali meneriaki suara itu pun seketika merasakan kesakitan yang luar biasa, ia terasa dikuliti. Pedih, perih, dan sangat sakit yang ia rasakan. Kaela terjatuh ke pasir yang ada di bawahnya dengan keras.

“T-tolong..” Dan mata itu tertutup.

**

“Novel gue mana, Rhea?”

Rhea yang terpanggil itu pun segera memukul meja belajar temannya yang berada di barisan tepat di belakangnya. Suara pukulan itu membuat Chika terkejut bahkan membolakan kedua matanya.

“Anjing!” ucap Chika terkejut.

“Rekomendasi novel lo yang lebih anjing! Nyesal gue minta rekomendasi novel ke lo, bangsat!” balas Rhea terlihat kesal. Ia bahkan menyentil punggung tangan Chika dengan sedikit keras.

Chika segera membalasnya dengan memukul kepala Rhea dengan buku tulisnya, “balikkin novel gue! Lo udah minjam, terus ngata-ngatain gue segala pula. Sini!”

Rhea bersedekap dada sembari menatap Chika dengan sengit, “ udah gue buang cerita sampah itu. Gak layak buat dijadikan bacaan!” balas Rhea dengan tatapan sengitnya kepada Chika.

Chika yang mendengar itu seketika berdiri dari duduknya, “APA LO BILANG? NOVEL GUE, LO BUANG? RHEAAA! LO TAHU NGGAK GUE BELI ITU PENUH PERJUANGAN! LO TAHU NGGAK, NJING!” Amuk Chika sembari menarik rambut Rhea dengan kuat.

“AAAA… SAKIT, CHIKAA! LEPASIN!” teriak Rhea dengan kuat pula. Mendengar teriakan yang kuat itu, teman-teman kelas mereka yang berada di luar pun seketika masuk ke kelas dan melihat dua perempuan yang tengah berkelahi.

“Tebak, kali ini siapa yang menang?”

“Hmm… sepertinya Chika.”

“Yok, seperti biasa, kumpul duitnya dulu.”

“Kali ini taruhan berapa?”

“10 ribu aja. Yang megang Chika siapa?”

“Gue..gue megang Chika, kali ini gue taruhan 20 ribu untuk Chika.”

“Eh, gue juga ikut dong. Gue megang Rhea! Juara berturut-turut nggak akan pernah mengecewakan.”

“Gue juga! Rhea hero gue. Gue taruhan 21 ribu kali ini.”

“Widih! Gila..”

Dan semakin banyak mengerubungi kelas mereka, bukan menengahi perkelahian itu tetapi memasang taruhan untuk perkelahian itu. Ternyata perkelahian mereka membawa ladang penghasilan untuk teman-teman sekelasnya.

Di sisi lain, Chika semakin brutal menarik kuat rambut Rhea, ia bahkan sudah mulai mencakar sahabatnya ini hingga berdarah di pipi Rhea.

“DASAR MANUSIA NGGAK TAHU DIUNTUNG! NYESAL GUE PINJAMIN  KE LO!” teriak Chika dengan wajahnya memerah.

“LO MANUSIA NGGAK ADA OTAK! NOVEL APAAN YANG LO PINJAMIN KE GUE, NJING! BALIKIN AIRMATA GUE! CEPAT!” tak kalah brutal, Rhea mencoba menendang Chika, tetapi Chika dapat menghindari tendangan itu.

Meja-meja yang tadinya rapi, kini sudah berantakan. Teman-teman sekelas mereka pun bersorak-sorak seperti menonton adu ayam.

Chika yang sudah kepalang emosi, tanpa ia dapat mengontrol dirinya, ia mendorong Rhea dengan kuat.

BRUK!

Sorak-sorakan teman-teman kelas mereka pun hening seketika. Begitupun dengan Chika, ia membolakan kedua matanya saat melihat Rhea terjatuh ke lantai dengan kedua matanya tertutup.

“Darah! Kepala Rhea berdarah!” teriak salah satu teman sekelas mereka. Darah mengalir ke lantai kelas mereka.

Chika seketika menjatuhkannya dirinya ke lantai itu, ia mencoba membangunkan Rhea. “Rhea… Rhea… bangun…Rhea,” ucap Chika panik.

Tubuh itu tidak merespon, “Rhea!”

**

Kini, penggantimu akan menyelesaikannya.

**

Membuka kedua matanya sembari menyesuaikan cahaya matahari mulai menyadarkannya. Ia pun merasakan angin kecil menyapa dirinya, bahkan mendengar suara deburan ombak yang menghanyutkan dirinya semakin nyaman.

“Ha? Ombak? Kenapa tiba-tiba ada ombak? Ada pemindahan laut, kah?”batinnya tersadar.

Warna biru laut menyapa dirinya saat membuka kedua matanya dengan jelas. Aroma lavender terhidu olehnya, bahkan gantungan bintang di langit-langit kamarnya bergerak. Ia mengernyitkan dahinya bingung.

“Kaela, kamu sudah sadar?” suara parau itu menyadarkan dirinya yang masih memproses ingatannya.

“Kaela? Coba lihat, ini angka berapa?”

Dan tiba-tiba dia melihat jari tangan itu di hadapannya, ada apa ini? Gadis yang dipanggil Kaela itu pun melihat ke arah si empunya tangan. “Lah dia siapa, anjir?”

“Kaela, Mama khawatir sayang. Kamu sudah tidak sadarkan diri selama seminggu, mama takut kamu pergi ninggalin mama. Mama nggak sanggup, sayang.” Dan tiba-tiba memeluk gadis itu dengan suara tangisannya.

Gadis yang tengah di peluk itu pun semakin bingung, nama dia Rhea, bukan Kaela. Apa dia salah rumah?

“B-bu maaf mengganggu nangisnya. Cuma, saya bukan Ka—” ucapannya terpotong saat sebuah suara menghentikannya.

‘Rhea Alyesha.’

Rhea membolakan kedua matanya, ia mencoba melihat di sekelilingnya, hanya ada beberapa orang, tetapi sama sekali tidak ada yang membuka mulutnya. Mereka terlihat menahan haru tangis karena tangisan wanita paruh baya yang tengah memeluknya.

‘Selamat datang di dunia Kaela. Kaela Faleesha.’

Rhea mencoba mencari siapa pemilik suara itu, tetapi nihil. Hanya suara isak tangis mereka yang terdengar di hadapannya saat ini.

‘Aku memanggilmu, aku merestuimu,dan aku menjadikanmu Kaela Faleesha. Banyak hal di hadapanmu sebuah kehidupan baru yang akan kamu jalanin.’

“Kaela, mama nggak mau kamu sakit lagi, sayang. “ Bisik wanita paruh baya itu dengan sedihnya.

Rhea memejamkan kedua matanya, “sebenarnya gue di mana?”

**

“Post Traumatik atau sering disebut Amnesia traumatik. Kehilangan ingatan karena faktor benturan atau kecelakaan yang mengakibatkan ingatannya akan hilang sementara waktu atau mungkin permanen. Berhubung kasus Kaela ini ditemukan di luar, bisa dikarenakan benturan saat terjatuh.”

Rhea memutar kedua bola matanya dengan malas, “ Dokternya ngaco banget, lupa ingatan pala lo meledak! Gue aja masih ingat jelas score Indonesia lawan Singapura. Harus dicabut nih tanda izinnya nih.” Batin Rhea dengan kesal.

Wanita paruh baya itu hanya terisak sedih saat mendengar ucapan dokter itu. Kenapa harus anak gadisnya ini menanggung semua ini?

“Ibu tidak perlu khawatir, ada beberapa terapi yang dapat membantu Kaela kembali. Saya juga akan merespkan obat untuk membantunya juga.”

Rhea yang mendengar kata terapi dan obat membuatnya menegakkan tubuhnya dari baringnya tadi. Seketika orang-orang di sekelilingnya terkejut, Rhea pun merubah ekspresinya menjadi tersenyum tidak sampai mata.

“Mama, Ka-kaela udah nggak apa-apa, kok. Memang butuh waktu untuk mengingat semuanya, tapi tanpa perlu terapi dan obat, Kaela yakin Kaela bisa mengatasi itu semua. Jadi, Mama nggak usah sedih dan risau, termasuk hmm.. tante dan om sekalian.” Ucap Rhea dengan mencoba meyakinkan.

Dokter yang hendak berbicara pun seketika terdiam, saat salah satu tangan Rhea memberi isyarat untuk diam. “Saya yakin, saya akan ingat semuanya. Terima kasih.” Rhea menegaskannya dengan tatapan tajam ke arah dokter itu.

Mama Kaela tersenyum sedih sembari mengusap rambut anak gadisnya dengan sayang, “mama percaya dengan Kaela, Kaela pasti bisa melewati semua ini. Kita akan mulai dari awal ya, sayang.”

Rhea menganggukkan kepalanya sembari tersenyum terpaksa kepada orang di sekitarnya. “Walau gue nggak tahu sekarang ada di mana, gue harus bisa amankan tempat yang gue tinggalin. Gue akan cari tahu, siapa gue sebenarnya?” batin Rhea dengan serius.

“Sayang, mama antar dulu dokternya keluar. Kamu istirahat ya, di sini. Jangan banyak berpikir ya.” Dan Rhea hanya menganggukkan kepalanya sembari memberikan senyumannya.

Semua yang ada di sekitarnya pun telah pergi meninggalkan dirinya di kamar ini sendiri.

“Anjinglah! Kenapa tiba-tiba gue jadi Kaela sih, bangsat? Seingat gue, gue kelahi sama Chika terus nggak kerasa kebentur dengan meja, habis itu gelap. Kenapa bangun-bangun jadi Kaela?” ucap Rhea sembari melihat kamar tidur ini.

Ia berdiri dari duduknya, ia melihat banyak foto-foto di pajang di dinding warna biru laut ini. Seorang laki-laki yang tersenyum hingga membentuk mata bulan sabit, tengah merangkul seorang gadis mungil yang tampak bahagia. Rhea menyipitkan sedikit matanya saat membaca tulisan dibingkai foto itu.

“Jeno Janurio. Ck.. namanya familiar, kayak pernah gue temui, tapi di mana?” Rhea bermonolog. Ia mencoba menemukan asal usul nama yang ia familiar menurutnya.

Sembari berpikir, ia kembali menjelajahi kamar tidur ini. Rhea menyusuri barang-barang yang ada di dalam kamar tidur ini, dan terlihat beberapa rak buku terpajang juga. Ia melihat ada sebuah buku kecil yang berwarna biru laut itu. Rhea menyunggingkan senyumannya.

“Suka banget kayaknya sama biru laut, Kaela.”

Rhea membuka buku kecil itu, ia membuka asal buku itu hingga ia memberhentikannya pada salah satu halaman.  Rhea mengernyitkan dahinya.

15/03/2020

Aku terjebak dengan rasa sakit ini. Aku mendapatkan kabar bahwa Jeno, sahabatku telah memiliki seorang kekasih hati. Aku sakit sekali, aku ingin mengatakan bahwa aku cemburu, aku mencintainya lebih dahulu, tapi kenapa aku tidak pernah dianggap? Aku patah hati saat melihat senyuman Jeno begitu lembut saat menceritakan gadis itu. Apa cinta sesakit itu?

Rhea merasakan dadanya terasa sakit, ia merasakan ada yang meninju keras dadanya. “Kenapa tiba-tiba dada gue sakit banget?” gumam Rhea dengan kebingungan melanda.

Aku mau menghilang saja rasanya, saat melihat Jeno mulai memeluk gadis itu, bahkan tanpa sengaja aku pernah melihat Jeno mencium bibir gadis itu.

Rhea seketika terjatuh dari berdirinya, airmatanya juga terjatuh. Dadanya semakin sakit, buku yang ia pegang pun terjatuh ke lantai kamarnya. “Ke-kenapa ini?” Rhea memukul dadanya sedikit kuat untuk menghilangkan sesak itu.

Ia bahkan meraba pipinya yang terasa basah, “gue nangis?” tanya Rhea yang mulai lemah.

‘Selamat datang di dunia Kaela, Rhea.’

Rhea seketika menegakkan kepalanya kembali, suara itu kembali. “Siapa lo sebenarnya? Kenapa gue harus di sini?!” desis Rhea dengan kedua matanya yang memerah karena sesak di dadanya.

‘Aku adalah pencipta dunia yang sekarang kamu tempati. Dunia ini ada karena aku menginginkannya.’

Rhea berdiri dari jatuhnya, ia mengepalkan tangannya. “Hidup gue bukan karena lo menginginkannya! Kembalikan gue ke tempat gue berasal.” Ucap Rhea dengan emosinya.

‘Gantilah Kaela, maka kamu akan kembali ke tempat asal kamu berada. Jadilah Kaela.’

“BANGSAT! SIAPA LO SEBENARNYA, ANJING!” bentak Rhea dengan emosinya. Suara itu menghilang.

Ia pun tanpa sadar melihat cermin di dalam kamar tidur ini, wajahnya dan tubuhnya sama dengan dirinya. Yang berubah hanya panggilannya, dan bentuk rambutnya. Matanya memerah karena masih menahan sakit yang secara tiba-tiba melanda karena membaca tulisan itu.

“Apa mau lo, Kaela?”

**

Terpopuler

Comments

IndraAsya

IndraAsya

jejak 🐾

2023-05-21

0

ana in her bebas era

ana in her bebas era

BARBAR BANGET AMPE KEPENTAL KEDUNIA LAIN

2023-05-13

0

rahasia k.h Siti

rahasia k.h Siti

semangat

2023-04-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!